5. Calon Istri Haris?

555 115 200
                                    

Happy Reading ❤️

"Bisnis, yuhuuu!" Filza berjalan menuju ruang tamu. Dari tadi ia tak melihat kucing kesayangannya itu di semua tempat. Kamar, kamar mandi, dapur, gudang, kolam renang, laci, bawah meja, bawah kursi, bawah tempat tidur, sampai di kulkas pun Bisnis juga tidak ada.

"Gue gak suka ya kalo ngumpet-ngumpet gini. Gue nyari kucing, bukan maling!" ucap Filza lagi.

Meong

Mendengar suara tersebut, Filza menuju ke sumber suara. Ia mendengkus kasar begitu melihat Bisnis tengah rebahan di pojok dekat sofa. Dengan gemas Filza langsung menggendong kucingnya.

"Ih tambah berat. Gini nih kalo tiap hari rebahan sama makan tidur doang. Beratnya nambah terus. Sekali-sekali dong kerja, Nis. Kamu itu dinamain Om Kevan Bisnis biar enak nyari kerjaan loh. Kerjaan apa gitu penting halal. Bengkel kucing, jadi kuli bangunan rumah kucing atau apa gitu, Nis," oceh Filza. Bisnis hanya menunjukkan wajah datar tanpa ketertarikan sama sekali.

"Liatinnya biasa aja," gerutu Filza. Ia menurunkan Bisnis di atas sofa lalu bergegas pergi untuk mengambil donat. Rencananya Filza ingin menonton film ditemani donat dan Bisnis.

Saat berjalan ke dapur pun Filza bersenandung. Menyanyikan lagu-lagu yang ia dengar dari teman-temannya tanpa tahu judulnya apa. Sangking sering ia mendengar, semakin hapal-lah Filza. Membuka kulkas, Filza mengambil beberapa donat lalu meletakkannya di piring dan mengambil teh kemasan kotak. Ia kembali menuju ruang tamu.

"Tak mengapa bagiku, mencintaimu adalah bahagia untukku. Bahagia untukku." Filza menyanyikan lagu yang biasanya dinyanyikan teman-temannya di sekolah. Lagu yang cocok untuk para sad boy dan sad girl menurutnya.

"KU INGIN KAU TAHU, DIRIKU DI SINI MENANTI—

"PAKET!"

"Haish, Pak Paket ganggu aja!" gerutu Filza karena merasa konsernya dikacaukan. "Lagian siapa sih yang belanja online. Perasaan gue nggak main sopi, deh."

Filza segera meletakkan donat dan minumannya di atas meja lalu bergegas menemui kurir.

"Paket buat siapa, Pak Kurir? Buat Mama pasti, ya? Bu Kanaya? Atau buat Pak Ridwan? Atau buat Rafka? Secara kan saya nggak pernah pesen online. Download sopi aja cuma buat main game doang," oceh Filza tak memberi kesempatan pak kurir bicara.

"Maaf, ini paketnya buat Mbak Anissa Filza Zhafira," ucap Pak Kurir sambil menyerahkan paket yang dibawanya.

Filza langsung menggeleng, "Saya nggak pernah pesan online Pak, serius. Saya nggak mau terima deh, takutnya itu paket nyasar, kan bukan hak saya  juga."

"Tapi ini alamatnya benar kok Mbak." Pak Kurir menunjukkan alamat yang tertera. "Mungkin ini beneran buat Mbak dari seseorang yang nggak mau disebutkan namanya. Ini hak Mbak Filza, diterima aja."

Filza mengamati paket yang dibawa pak kurir itu. Beberapa detik kemudian ia memutuskan untuk menerimanya. "Iya deh, Pak. Terima kasih Pak Kurir sudah antar paketnya."

Filza masuk sambil mengamati kotak berplastik hitam yang dibawanya. Isinya lumayan berat. Gadis itu duduk di sofa dan masih memandangi kotak tersebut. Bertanya-tanya, siapa yang mengirimnya. Karena menurut Filza orang yang mengirim paket ini pasti tahu tentangnya.

"Bisnis kamu tau nggak kira-kira siapa yang ngasih gue hadiah ini?" tanya Filza. Bisnis hanya mengeong.

"Ih kamu—

"BISNIS, KELUAR KAMU!"

Filza melotot kaget, menatap Bisnis galak. "Kamu nyolong ikan tetangga lagi?!"

Melihat kucingnya yang hanya diam saja, Filza langsung menggendong Bisnis dan membawanya keluar. Sampai di luar, ia melihat tetangganya yang juga tengah menggendong kucing.

Pangeran untuk Filza 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang