2. 99 Kriteria Cowok Idaman Filza

650 145 232
                                    

KEJUTAN! SENENG GA NIH?
HAPPY READING!

Filza berjalan melewati lobby. Gadis itu celingak-celinguk keheranan. Sepertinya tadi itu masih ramai, banyak orang wara-wiri, tapi kenapa sekarang koridor jadi sepi?

"Mamas!" panggil Filza begitu melihat seorang laki-laki yang ia kenali berjalan tak jauh dari tempatnya berada.

Laki-laki yang juga berseragam putih abu-abu itu menoleh. Dengan segera laki-laki itu menghampiri Filza. "Kamu ngapain masih di sini?"

"Lah, terus gue harus kemana? Gue tadi diajak bicara sama guru, eh tau-tau jadi sepi," jelas Filza.

"Kan ini waktunya acara pembukaan MPLS, Za. Harusnya kamu udah ada di aula. Kalau gitu, ayo Mamas anterin," ajak laki-laki yang ternyata adalah Vino, sepupunya sendiri. Vino juga bersekolah di sini, katanya ingin menjaga Filza. Cowok itu sekarang sudah duduk di kelas sebelas. Filza sendiri sampai sekarang masih memanggil Vino dengan sebutan Mamas.

"Ntar dihukum nggak? Kakaknya galak-galak, nggak?" tanya Filza beruntun. Vino menghela napas pelan.

"Makanya ayo kita kesana, biar hukuman kamu nggak nambah," jawab Vino. Filza mengangguk cepat.

"Eh, iya. Ayo!"

***

"Assalamualaikum, Mamank!" seru Filza yang membuat semua orang menoleh ke arahnya. "Eh, Assalamualaikum maksudnya, hehe," cengir Filza karena merasa tidak enak.

"Harus sopan biar nggak dihukum," bisik Vino. Filza mengangguk dan tersenyum kecil.

"Ayo Mamas ajak ke depan. Izin ke Kakak OSIS, bilang kalo kamu terlambat," ajak Vino lalu berjalan memdahului Filza. Filza mengekor.

"Siapa nih, Vin?" tanya seorang cewek yang juga menjadi anggota OSIS. Cewek itu melihat penampilan Filza dari atas ke bawah. Cantik, dan imut.

"Adek sepupu, namanya Filza. Telat. Langsung di suruh duduk apa gimana?" tanya Vino.

Cewek itu melirik Filza sekilas sebelum akhirnya memanggil temannya, "Rizki!"

Laki-laki yang bernama Rizki itu menoleh. Tanpa basa-basi, langsung menuju ke arah mereka. "Kenapa?"

"Ada yang telat. Gimana, kasih hukuman apa nggak?"

Laki-laki itu- Rizki- melirik Filza dengan tajam. "Namanya peraturan ya tetap peraturan. Kalo telat ya harus terima hukuman. Gak peduli apa alasannya," ujarnya dengan dingin.

Filza menatap laki-laki bertubuh tegap di hadapannya. Ia seperti mengenali laki-laki ini. Apalagi mata birunya yang seperti menyala.

"Kakak pantun, 'kan? Yang katanya Mama makanannya katul?" tanya Filza sok akrab. Kedua matanya berbinar senang.

"Kak Pantun? Maksud kamu apa, Za? Trus katul itu apa?" sahut Vino tak paham dengan omongan Filza.

"Gue pernah ketemu dia, Mas. Pas gue mau beli sayur sama Mama. Kakak cakep, kaya pantun. Kata Mama orang cakep itu makanannya katul. Katul itu makanan ayam, hehe," jelas Filza sambil menyengir tak jelas.

Mereka melongo. Terlebih lagi laki-laki yang kata Filza cakep itu. Menatap Filza tak terima. Kalau untuk kata cakep, ia bisa terima. Tapi kalau kata cewek di depannya ini ia makan katul? Tak bisa diterima. Dikira dia doyan pakan ayam? Dasar, keterlaluan!

"Lo gue hukum!" putus Rizki karena Filza tadi mengejeknya plus karena datang terlambat.

"Hukum orang itu dosa!" balas Filza.

"Kata siapa?!"

"Kata gue barusan, lah. Masa nggak denger," ketus Filza.

"Kamu telat, Za. Terima aja hukumannya. Inget kata Om Ridwan, kan? Jadi orang harus bertanggung jawab," ucap Vino memberi nasihat. Filza menatap Vino dengan tatapan tak dapat diartikan.

Pangeran untuk Filza 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang