1. MPLS

1K 136 136
                                    

Selamat Datang Peserta Didik Baru di SMA Cendekia Tahun Ajaran 2019/2020.

Hari yang ditunggu-tunggu telah tiba. Ya, hari pertama masuk sekolah bagi semua pelajar. Sebagian ada yang mengatakan jika hari ini adalah hari yang sangat menyenangkan karena bisa mengenal lingkungan, suasana, dan teman baru. Ada juga yang mengatakan sebaliknya, karena artinya mereka akan kembali bergelut dengan tugas nantinya.

"Papa antar masuk?" Seorang pria menatap putrinya yang kini sibuk celingak-celinguk mengamati lingkungan sekolahnya.

Gadis itu kembali menatap Papa-nya dengan senyum manis. "Filza masuk sendiri aja, Pa. Dulu Filza kan udah pernah ke sini, diajak Papa," cengirnya.

Ya, gadis itu bernama Anissa Filza Zhafira, putri pertama Muhammad Ridwan Abraham dan Kanaya Diandra. Sesuai Janji Ridwan pada Filza dulu, Ridwan benar-benar memyekolahkannya di sini.

"Beneran?" tanya Ridwan memastikan.

Filza mengangguk pelan, "Kalo Filza masuk sama Papa, ntar ketahuan dong kalau Filza anak pemilik sekolah. Nggak bisa bebas, Pa. Filza nggak mau."

Ridwan tersenyum, memang sejak awal Filza sudah memberitahunya agar tidak memberitahukan identitasnya kepada siapapun. Pria itu mengusap puncak kepala Filza.

"Yah, Rafka hampir telat, loh," ucap bocah laki-laki yang ada di kursi belakang. Filza dan Ridwan kompak menoleh, lalu terkekeh geli.

Rafka, adik Filza yang sekarang sudah duduk di bangku kelas lima sekolah dasar. Filza dan Rafka pun memanggil Ridwan dengan sebutan yang berbeda. Filza memanggil papa, sedangkan Rafka memanggil Ridwan dengan sebutan ayah. Filza memanggil Kanaya dengan sebutan mama, sedangkan Rafka memanggil bunda. Terkadang Ridwan pusing sendiri dengan kelakuan anak-anaknya.

"Makanya jangan ngaret," ledek Filza pada Rafka.

"Ih, nggak. Bukannya kakak tadi yang bikin kita berangkatnya kesiangan?" balas Rafka. Memang kakaknya itu sangat ribet. Tidak biasa diajak cepat.

"Kakak kan perlu dandan, Raf. Kamu itu kaya gak tau cewek aja sih," balas Filza.

"Dandan? Padahal kakak cuma pake bedak tabur doang," cibir Rafka. Merias diri versi Filza itu hanyalah memakai bedak. Itupun bedak tabur. Kakaknya itu tidak suka ribet. Katanya, dia sudah cantik, jadi tidak perlu memakai make-up. Dasar, kepedean!

"Sekali-kali kak, pakai skincare. Biar kaya cewek," ledek Rafka. Entah kena hidayah dari mana, sedari adik tersayangnya itu terus-menerus meledeknya.

"Emang selama ini Kakak itu hantu jadi-jadian? Lagipula Kakak itu nggak suka skincare-an. Gambar alis aja gak bisa." Filza menyilangkan kedua tangannya di depan dada.

"Ya bagus, deh. Jangan sampai Kakak itu inget urutan skincare, sedangkan baca surat Al-Kaafirun aja masih kebalik-balik. Kena getok Bunda baru tau rasa!"

"Ih, enggak, ya. Kakak hapal tau. Dari dulu diajari Papa," Filza menatap Ridwan yang sedari tado hanya menyimak perdebatan kecil mereka. "Iya nggak, Pa?"

Ridwan mengangguk.

"Kakak mah, mainnya gitu. Padahal itu Ayah ngangguknya karena terpaksa."

"Dih, nggak, ya. Dasar, Rumput Jepang," cibir Filza.

"Rafka bukan Rafia, apalagi Rumput Jepang!" kesal Rafka. Kakaknya itu memang menyebalkan. Namanya dipleset-plesetkan seenaknya sendiri. "Yah, Kakak ngeselin. Ntar pas ngaji, kalo kakak salah baca cubit aja hidungnya, biar kaya pinokio."

"Siap, Raf. Tapi nanti kalo kamu juga salah baca, hukumannya sama loh, ya. Kan kakak-adik itu harus adil," balas Ridwan. Rafka mengerucutkan bibir kesal. Bukan itu maksudnya.

Pangeran untuk Filza 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang