3. Riz atau Ris?

650 127 224
                                    

HAPPY READING❤️

"Move on, enggak, move on, enggak, move on, enggak, move on." Azka menghitung jarinya sambil berbicara sendiri. Bukannya waktu istirahat digunakan untuk pergi ke kantin, malah melakukan hal yang aneh.

Rendi memutar kedua bola matanya jengah. "Move on ae, move on. Kok ribet," ucapnya.

Azka menggeleng tegas, "Nggak, harusnya lo juga ikutan. Sini jari lo, biar gue hitung."

"Ogah," ketusnya. Menurutnya Azka itu kurang kerjaan. Bingung ingin move on atau tidak,  tapi saat ia sarankan move on malah tidak mau.

Dengan cepat Azka menarik tangan Rendi dan langsung menghitungnya. "Move on, enggak, move on, enggak, move on, enggak, move on. Loh, kok move on lagi, sih!" kesal Azka. Maksud dari menghitung jari Rendi tadi akan agar berhenti di kata 'enggak', eh ini malah sama saja!

"Takdir lo suruh move on," ucap Rendi.

"Takdir, takdir. Sok tau, lo. Takdir mana bisa dispoiler!" cibir Azka.

"Dih, percuma lo maju terus, kalo ntar bukan jodoh gimana? Yang ada lo nyesek."

"Trus kalo Filza beneran jodoh gue gimana?" Azka tersenyum tengil. "Jodoh mana ada yang tau. Makanya, berjuang aja dulu."

"Maksa banget sih lo," gerutu Rendi. "Lo sama Filza beda keyakinan padahal," lanjutnya.

"Gue sama Filza sama-sama Islam, woy!" Azka melotot.

"Maksud gue, lo emang yakin sama Filza. Tapi Filza-nya yang gak yakin sama, lo!" Tawa Rendi mengudara. Apalagi saat melihat wajah Azka yang langsung masam.

"Lo kayaknya gak ikhlas banget kalo gue sama Filza. Atau jangan-jangan.. Lo juga suka sama Filza?!" selidik Azka. Cowok itu menatap Rendi dengan tatapan mengintimidasi. Saingannya sudah cukup banyak, ia tak mau tambah saingan lagi!

"Suka atau enggak, gada urusannya kan sama lo? Toh kalaupun suka, gue bakal bersaing secara sehat. Intinya gini, kalau doi nggak serius, sini biar gue yang maju," jawab Rendi santai, lalu berjalan meninggalkan Azka sendirian. Maklum saja mereka baru hari pertama masuk sekolah, belum terlalu mengenal banyak orang. Biasanya mereka akan bermain dulu dengan teman lama.

"Pantesan aja gak dukung gue," batin Azka.

***

"Jika engkau minta intan permata akan aku tendang!" Filza bernyanyi lirih. Enak saja minta intan permata, kerja dong! Minta donat satu aja belum tentu Filza kasih.

"Lo emang suka banget ngelawak ya, Za?" tanya Kayla, teman yang baru berkenalan dengannya tadi.

Filza meneguk minumannya sebelum akhirnya menjawab pertanyaan Kayla. "Gue nggak ngelawak, dari pabriknya emang udah gini," jawabnya.

"Tapi tingkah Lo tuh lucu banget. Padahal ya, gue dulu pas masih SMP terkenal bar-bar gitu, eh pas gue ketemu sama lo, jiwa-jiwa kenakalan gue malah insecure sama tingkah lo," ucap Kayla lagi. Filza hanya tertawa menanggapinya.

"Lo gak laper, Za? Ke kantin yuk! Gue juga laper soalnya," ajak Kayla.

"Laper, tapi males ke kantin. Pasti antrinya banyak banget."

"Iya juga sih, gue juga males ngantri."

"Iya, agak nanti aja ke kantinnya. Biar sepi dulu. Kalo ngantri pasti lama, jadinya capek. Filza aja udah capek ngurus bisnis," ucap Filza yang membuat Kayla melongo.

"Lo punya bisnis?" tanya Kayla sambil menatap Filza kagum. Tak menyangka jika Filza mempunyai sebuah usaha di usianya yang masih muda.

"Punya, biasanya pas pulang sekolah gue ngurus bisnis."

Pangeran untuk Filza 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang