7. Aku akan pergi

13 0 0
                                    

♡♡♡

Menangispun tak akan menyelesaikan masalah dan memperbaiki masalalu yang menyakitkan. Tapi, setidaknya dengan menangis membuat hati sedikit tenang. Menangislah saat ingin menangis, jangan menahan rasa sesak di dada hanya karena harga dirimu terlalu tinggi untuk menangis.

Danial masih duduk di kursi taman sembari menengadah ke langit yang mulai menggelap dengan sinar jingga yang perlahan redup.

Sementara Syafira yang masih terbaring lemah hanya bisa menatap kearah jendela. Perasaan yang selama ini ia biarkan tenggelam, kembali meronta menuju ke permukaan.

"Kamu boleh pulang, aku mau sendiri." ucap syafira lemah.

Diki menggeleng," aku gak akan ninggalin kamu sendirian."

"Pergi Dik ... biarin aku sendiri, Pergi!!" bentak Syafira, hingga terdengar suara isak tangis darinya.

Diki mendekati Syafira kemudian memeluknya erat seakan memberi kekuatan.

"Ra jangan inget hal itu lagi." ucap Diki sembari mengelus rambut Syafira.
"aku akan selalu ada buat kamu dan jagain kamu Ra."

"Kamu gak perlu janjiin hal semacam itu sama aku, karena adakalanya kamu gak akan bisa jagain aku ... hiks kumohon pergilah aku ingin sendiri." lirih Syafira Dikipun melepaskan pelukannya dan menangkup wajah Syafira.

"Oke, aku pergi kamu harus istirahat. " ia mengacak rambut Syafira lembut kemudian melenggang pergi.

- pada akhirnya, seseorang yang pernah dikhianati akan sulit mempercayai orang lain. Meskipun dia adalah orang terdekat.-

"Non, Danial masih ada di taman." ucap perawat, Syafira pun mencoba bangkit dari tidurnya dengan dibantu perawat tersebut dan memapahnya menuju balkon.

"Aku pengen banget meluk dia, pengen banget ngasih tahu kalo aku kangen sama dia, aku selalu inget dia. Tapi aku gak bisa melakukannya saat aku berhadapan dengannya aku gak bisa mbak," tangis Syafira pecah air mata mengalir membasahi pipinya.

"Non Syafira harus kuat, kalian juga punya jalan masing-masing. jangan sampai hal ini mengganggu kesehatan anda."

Syafira pun meluruh terduduk di lantai dan menatap Danial dari celah pagar balkon.

"Apa aku harus pergi lagi agar aku gak ketemu sama Danial. Aku gak bisa terus menghindar." lirih Syafira di sela isak tanginya.

"Non ayo kita kembali ke dalam dan istirahatlah." ucap perawat tadi dan kembali memapah Syafira, tak sengaja pandangan mereka bertemu sorot mata Danial yang terasa begitu menyayat hati syafira, rasanya syafira ingin memeluk Danial untuk terakhir kalinya sebelum akhirnya Syafira akan kembali pergi dari kehidupan Danial.

"Ra ... gue seneng punya sahabat kayak lo yang sayang tulus ke gue. sekarang gue sadar orang kayak lo enggak bakalan mudah dicari, meskipun ada gak akan sama kayak lo. Sorry karena selama ini gue cuma nyakitin lo." Danial pun melenggang pergi dari rumah sakit. Ia berjalan ngontai di sepanjang jalan.

"Dan .. Danial!" panggil Rian namun tidak dihiraukan. Iapun menarik lengan Danial.

Danial menatap Rian dingin. "Lo harus ikut sama gue sekarang." bisik Rian sembari menarik paksa lengan Danial untuk mengikutinya.

"Apa sih, lo tau kejadian hari ini bikin gue muak sama diri gue sendiri!" kesal Danial dan melepaskan cekalan Rian kasar.

"Iya oke ... tapi lo harus ikut gue!" ucap Rian dan kembali menarik lengan Danial.
Merekapun memasuki salah satu restoran yang tak jauh dari rumah sakit.

"Lah kenapa ke restoran?" ucap Danial ketus,
"Lo belum makan, 'kan?"tanya Rian.
"Tapi gue gak nafsu makan." balas Danial

"Udah masuk aja." merekapun duduk disalah satu kursi yang tak jauh dari pintu masuk.

"Ayo pesen." perintah Rian sembari menyodorkan buku menu pada Danial.

"Gak gue males makan. Lo bisa to the poin gak sih?" Danial semakin kesal karena Rian masih belum memberitahunya.

"Bisa! udah pesen dulu aja," timpal Rian.

"Serah lo deh!" ucap Danial sembari melempar menu ke hadapan Rian.

"Ck elu mah. nih pake dulu." ucapnya sembari memberikan sebuah topi hitam kepada Danial.

"Buat apa?" Danial bingung, namun tetap memakainya.

"Udah pake aja!" perintah Rian setengah berbisik.

"Kenapa sih bisik bisik?"

Rian juga memakai topinya, pesananpun datang bersamaan dengan orang yang sedari tadi ditunggu memasuki restoran.

"Njir, brengsek tu orang!" kesal  Danial sembari bangkit dari duduknya dia mengepalkan tangannya kuat, seakan siap meninju kapan saja. saat Danial melihat siapa yang masuk ke restoran sembari merangkul perempuan, namun ditahan oleh Rian.


(-syaika-)

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang