10. keputusan

8 0 0
                                    

Aloha ~~~




Syafira berusaha menghentikan isak tangis dan air mata yang terus jatuh membasahi pipinya. Matanya sembab dengan penampilan yang sudah tidak terlalu baik.

"Ra, maaf ... maafin aku ... sebanyak apapun maaf yang aku ucapkan gak akan bisa ngerubah apa yang udah menjadi luka dihati kamu. Kamu berhak benci, kamu berhak marah sama aku. Tapi, kumohon jangan pergi dari pandanganku. Tak apa walau aku tidak di dekatmu asal aku bisa melihatmu,"
Perlahan Syafira memejamkan matanya, ia menghela napas dan merasakan semilir angin yang melaluinya untuk sejenak melepaskan sesuatu yang mengganjal dihatinya.

"Ini adalah untuk pertama dan terakhirnya kamu memelukku seerat ini, Danial," batin Syafira ia pun membalikan badannya menatap wajah Danial yang sendu. Danial menundukan wajahnya tidak berani menatap wajah Syafira.

"Danial tatap aku!" ucap Syafira parau. ia menggeleng pelan Syafira  menangkup wajah danial dengan jemarinya agar menatap matanya.

"Tatap aku Danial," ucap syafira sekali lagi. Danial pun memberanikan diri menatap wajah syafira yang cantik, matanya hazelnya, kulit putihnya, Danial mengusap air mata Syafira dengan ibu jarinya.

"Dan, aku sudah memaafkan mu. kamu tidak perlu merasa bersalah lagi. Hanya saja, aku masih memerlukan waktu untuk terbiasa dengan diriku yang sekarang. Kamu gak perlu capek ngikutin aku dari kejauhan. jangan khawatir aku akan baik baik saja," Syafira tersenyum ketir dengan mata yang berkaca kaca. Danial semakin menatap mata Syafira dalam. Rasanya ia ingin menangis, karena telah membuat wanita yang selalu ada untuknya terluka.

" jika kau menangis, kau sangat cengeng tidak seperti dirimu yang angkuh."ucap syafirà sembari terkekeh membuat dada Danial semakin terasa sesak melihat senyum ketir Syafira.

"Danial, terimakasih telah memberi warna dan pengalaman dalam hidupku. Aku tidak menyesal bertemu denganmu. Tapi sayang waktu begitu cepat berlalu,"
Danial menggenggam lengan syafira erat.

"Jangan pergi, kumohon!!" desis  Danial syafira tersenyum.

" Maaf danial, aku tidak bisa untuk tidak pergi. karena ini pilihan yang aku pilih," tegas  Syafira dan melepaskan genggaman Danial.

"Kamu mengajarkanku arti dari sebuah kesabaran dalam persahabatan. Bukankah kamu bilang move on ituh pilihan yang harus dilakukan?" tanya Syafira, Danial mengangguk.
"Apa kau ingat? Jika aku sudah lelah, mungkin aku akan memilih pergi dan mengingat kenangannya, atau bahkan melupakannya perlahan."

Danial terpaku beberapa saat. perkataan itu adalah hari dimana Syafira menceritakan orang yang sangat ia sukai.
"Apa, kau sudah bertemu dengan laki laki itu?" tanya Danial ragu. syafira tersenyum dan mengangguk.

"Semoga kamu bahagia bersamanya."

"Tidak, sepertinya aku lebih bahagia tidak bersamanya. karena aku sudah memilih pergi dari kehidupannya," timpal syafira ia pun menepuk pundak danial dan pergi.

"Tunggu, kenapa kamu memutuskan untuk pergi, ada apa dengan laki-laki itu? Apa aku harus menghajarnya untukmu? Apa ini semua terjadi karenanya!" tanya Danial bertubi tubi dengan amarah yang terlihat dari sorot matanya.

"Tidak perlu, aku tidak ingin melihatnya terluka. karena sekarang dia berada tepat di hadapanku," ucap Syafira. Danial tercegang, "Selamat tinggal Danial." Syafira pergi meninggalkan Danial yang masih terdiam membeku.

"Apa maksudnya? Laki laki yang selama ini syafira ceritakan padaku adalah diriku sendiri?" ucapnya seakan tersadar.
"Hahahaha bodoh emang "kesal danial. Ia menendang dan meninju tembok yang tak bersalah. hingga jemarinya terluka mengeluarkan darah. Syafira sudah berada di bawah tepatnya di lapangan. Ia melihat ke atap tampak sosok Danial yang menatapnya sendu penuh penyesalan.


☺️

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang