8. Rasa yàng tak berarti

11 0 0
                                    

"-memang sulit untuk mengembalikan kepercayaan, meski hanya kesalahan kecil dan sekali di lakukan, tetap saja akan menimbulkan keraguan-"

Danial kembali duduk dan menenangkan dirinya, Rian menepuk pundak Danial pelan.

"gue udah nyuruh temen gue yang kerja disini buat simpen alat penyadap sama cctv di tempat yang bakal dia dudukin, soalnya mereka booking vip." jelas Rian membuat Danial sedikit tenang.

Iapun membuka laptopnya dan memberikan earphone pada Danial, Rian menjelaskan jika ia kebetulan mendengar percakapan mereka ditelpon dan bergegas mencari Danial untuk menginvestigasi bersama.

"Tunggu wanita itu ... bukankah dia Amelia?"  Danial membelalakan matanya tak percaya, Rian mengangguk membuat Danial semakin merasa kecewa.
"Tapi, ngapain Ameli bareng sama Diki?"
Rian menghela nafasnya,"Makanya dengerin dulu, gue fikir lo bakal marah karena Ameli bareng Diki."

"Ngapain juga gue marah!" tegas  Danial, merekapun kembali memperhatikan dengan seksama gerak-gerik dan perbincangan mereka. setelah hampir satu jam masih belum banyak hal yang mencurigakan.
"Gue ke toilet dulu ya, ada panggilan alam," ucap danial sembari bangkit dari duduknya.

Cukup lama Danial menghambiskan waktu pergi ke toilet. Hingga Rian merasa cemas sembari memperhatikan laptopnya dengan seksama.

"What !! Wah Danial harus tau ini." ucap Rian bergegas pergi untuk memberitahu Danial. namun ia duduk kembali saat melihat Amelia keluar dari restoran.
"hampir aja ketauan. " Rian menghela nafasnya lega ia pun membereskan laptopnya dan segera mencari Danial.

Keluar dari toilet, tak sengaja Danial melihat Diki yang sedang menelpon dengan serius.

"Oh bagus dong kalo Syafira mau dibawa sama om ke jerman, jadi dia bisa fokus buat sembuhin traumanya"

"...."

"Ya , setidaknya syafira bisa melupakan Danial yang selama ini udah campakin dia om"

"..."

"Nanti diki urusin paspornya"

"..."
"Ah, om bisa aja saya hanya membantu dan saya gak akan maksa Syafira buat nikah sama saya. Sebentar lagi juga kuliah saya selesai." ucap diki.
Danial merasa aneh saat mendengarnya ia juga merasa ada suatu hal yang mengganjal.

"Cih,semudah itu ya buat bikin om Haidar percaya kalo gue sayang sama Syafira." seringai Diki  dan melenggang pergi

"Apa maksudnya ini?" batin Danial bingung. Tak lama Rian pun datang membuatnya tersadar. Danial pun menjelaskan apa yang ia lihat barusan.

"Lo juga harus tau sama vidio yang tadi gue amatin." ucap Rian.

"Tapi, sekarang kita pulang dulu. kalo ada hal yang harus dibicarakan nanti aja, gue udah di telpon sama nyokap" ucap Rian pamit.
"Baiklah."

merekapun pulang karena senja telah terganti dengan gelapnya malam. Banyak hal yang telah terjadi, entah semua akan baik-baik saja dan berjalan sesuai rencana atau bahkan tak memiliki perkiraan yang menjanjikan.
Syafira tak kunjung memejamkan matanya setelah ia kembali berada di rumah.

"Huft udah jam segini." syafira pun berjalan keluar menuju balkon kamarnya, menatap langit malam yang indah dengan taburan bintang yang menghiasinya.
"Aku tah,u mungkin kamu gak ada niat sama sekali buat lakuin itu ke aku. aku udah maafin kamu dari dulu tapi, tetap saja cermin yang udah retak gak bakalan bisa kembali semula .
Aku kecewa, kecewa karena kamu berubah setelah mengenal ameli kamu ingkar sama perkataan mu sendiri.
Mungkin aku wanita bodoh yang masih menyayangi sahabatnya setelah apa yang terjadi bahkan sampai sekarang." batin Syafira ia menelungkupkan wajahnya air mata kembali mebasahi pipinya.

"Aku juga kangen kamu Danial ..." lirihnya.

Sedangkan Danial baru saja tiba dirumahnya dengan pakaian yang lusuh acak acakan, penampilan yang sangat membuat sang ibu kesal melihatnya.
"Kenapa kamu pulang larut, tampilan kayak yang gak diurus sama ibunya." bentak mama yang telah murka dan siap menjadi singa.
"Aku tadi nolongin Ira mah." ucap Danial lesu.
"Ira, dia kenapa Dan?" tanya mamah intonasi suaranya seketika melembut.

"Tadi dia tiba tiba pingsan, katanya dia punya trauma." jelas Danial sembari berjalan menaiki tangga.

"Trauma apa? Hei mamah belum selesai bertanya!" teriak mamah.
Danial menghentikan langkahnya sejenak dan menghela nafasnya.

"Mah, aku capek besok aja aku cerita maaf ya mah."

Danial pun melemparkan tas nya kesembarang arah dan pergi untuk membersikan diri selesai mandi iapun merebahkan tubuhnya di kasur sembari menatap langit-langit kamarnya.

"Syafira, gue baru sadar kalo ternyata gue lebih sakit hati lihat lo kayak gini yang benci gue karena kesalahan gue juga. Gue bego yah percaya sama omongan ameli dulu kenapa gue gak pacaran sama lo aja, Haha dasar bego! Sekarang gue bisa nerima tapi gue mohon setidaknya jangan ada hal yang bikin gue gak bisa lihat lo lagi." sesal Danial sembari mencoba memejamkan matanya.

Hari-hari pun berlalu. Namun, Syafira belum menampakan dirinya di universitas semakin membuat Danial merasa cemas, ia takut jika percakapan yang ia dengar benar kenyataannya.

Saat ini Danial sedang berada disalah satu kedai coffe bersama Rian.

"Danial yang waktu itu gue obrolin ke lu,"

"Apa?"tanya danial
"Yang waktu pulang dari resto." jawab rian Danial mengangguk tanda mengerti.

"Jadi sebenernya amelia punya dendam ke syafira karena dia fikir syafira ngerebut ayahnya,"

"Maksud lo? Syafira sama amelia punya hubungan darah?" tanya Danial.

"Iya , ibu amelia adalah wanita yg menikah sirri dengan Om haidar , tanpa sepengetahuan ibunya Syafira"ucap Rian.

"Dan yang parahnya lagi amelia berencana ngebunuh syafira secara lembut, makanya waktu di taman kota, dia manfaatin elu dan bersikap seakan-akan korban padahal dia dalangnya".ucapan rian membuat Danial geram.

"Ini gak bisa di biarin, gue harus ngelindungin ira dari mereka. meski pada akhirnya gue akan pergi dari kehidupannya".

"Lo yakin, emang lo mau lakuin apa buat ira ? Kita kalah cepat buat sadar kalo semua ini udah di rencanain." ucap Rian.

"Gue yakin kok, Ira tau kalo gue sama sekali gak bermaksud ngelakuin itu." ucap danial percaua diri.

"Jadi rencana lo apa? bukannya Syafira aja gak bakalan sanggup ketemu lo?"

"Gak papa gak ketemu, seenggaknya gue bisa ngelindungin Syafira meski gue jauh dari dia." ucap Danial mantap.

"Dan, gue mau nanya sama lo. sebenernya, gimana perasaan lo ke Syafira ? Kenapa lo sampai kayak gini?"ucap Rian.

"Gue sayang sama dia, gak bakalan ada yang bisa gantiin sosoknya dikehidupan gue." ucap Danial, Rian menghela nafasnya berat mendengar perkataan Danial.

"Sayang dalam arti apa? Seorang sahabat? Atau seorang pria kepada wanita?" tanya Rian, "tapi, menurut gue sangat disayangkan karena lo terlambat menyadari perasaan lo selama ini ke Syafira." sambungnya.

Move OnTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang