Malam telah berlalu. Sang mentari kembali memancarkan sinarnya memenuhi penjuru semesta.Syafira sudah selesai bersiap untuk kuliah dan bergegas sarapan.
"Morning baby," sapa momy sembari mencium pipi Syafira.
"Morning mom, tumben ada dirumah." balas Syafira sembari mengunyah makanannya.
"Masa, momy harus diem aja setelah tahu anaknya sakit?" Syafira tidak menjawab dan meneruskan sarapannya.
"Sayang, kamu gapapa kuliah disana? Kamu kuliah nya privat aja gimana? momy punya banyak kenalan dosen atau kita bilang aja ke dady," cemas Momy.
"Gak papa kok mom, i'm fine." timpal Syafira sembari tersenyum dan menyudahi sarapannya, ia pun pamit untuk pergi.
Syafira menyapa supirnya yang sedang berdiam diri, seperti orang kebingungan."Ada apa mang?"tanya syafira.
"Ini non, dari tadi ada yang nungguin diluar gerbang. Katanya temen non." Jelas supirnya.
"Gapapa biarin aja, ayo mang kita berangkat." ucap syafira dan masuk kedalam mobil diikuti oleh supirnya.
Gerbang pun terbuka, memperlihatkan sosok Danial yang tampan duduk bersandar di motornya.
"Jalan aja terus pak, kayaknya dia gak tau kalo aku di dalam mobil,"
Danial hanya menatap kepergian mobil fortuner hitam yang baru saja berlalu dari pandangannya.
"Kok Syafira lama ya, masa dia kesiangan," batin Danial, ia pun bertanya kepada satpam yang kembali menutup gerbang.
"Pak, maaf Syafiranya udah berangkat belum ya?"tanya Danial.
"Itu barusan, yang lewat mobilnya non Syafira" ucap satpam Danial berdecak sebal.
"Makasih ya pak" Danial, bergegas menjalankan motornya.
Drt..drt..drt
Pesan masuk dari Diki.
"Morning syafira , bagaimana keadaanmu? kudengar semalam kamu pingsan?"
"morning too, sekarang sudah baik baik saja."
"Ouh syukurlah, btw ayahku mengajakmu makan siang bersama hari ini, aku akan menjemputmu."
Syafira hanya me-read chat dari Diki. Sebenarnya dia sedang enggan pergi kemana mana. Yapi, ayahnya Diki adalah mitra bisnis ayah Syafira.
"Non, motor yang tadi di depan rumah ngikutin kita." Cemas supir.
"Gapapa, biarin aja dia satu universitas sama saya,"
"Euh, bilang atuh non kalau kenal, mamang kan khawatir." Syafira hanya terdiam dan mengalihkan pandangannya.
Sesampainya di kampus. Danial segera memarkir motornya dan berlari menghampiri mobil Syafira.
"Ra, tunggu!" Panggil Danial, "Gimana keaadan kamu sekarang?"
"Baik." jawab Syafira singkat.
"Ra .." ucap danial namun hanya dibalas deheman oleh syafira.
"Syafira, ternyata kamu masih nyimpen poto kita yah," ucap Danial tiba-tiba, Syafira tidak menghiraukan.
"Kamu masih marah sama aku? Aku bakal lakuin apa aja asal kamu maafin aku." lirih Danial.
Syafira mengentikan langkahnya dan menatap wajah Danial lekat meski hatinya tak sanggup."Bakal ngelakuin apa aja?" tanya Syafira, Danial mengangguk cepat.
"Oke, jauhin aku jangan pernah muncul dihadapan aku dan bersikaplah seolah kamu tidak pernah mengenalku!" Danial diam tak bergeming.
Syafira pun melangkahkan kakinya pergi, meninggalkan Danial yang membisu."Ra.." panggil Danial lemah, ia hanya menatap kepergian Syafira.
"Heh bro! Ngobrol juga lu sama syafira." ucap Rian "Lo kenapa?" Tanyanya yang melihat Danial terdiam.
"Dia selalu ngehindar Ian dia selalu bikin jarak sama gue, dia selalu bersikap seolah gue gak pernah ada." lirih Danial.
"Yang sabar bro, mungkin Ira masih butuh proses buat terbiasa ketemu sama lo." Rian menepuk pundak Danial.
mereka pun berjalan beriringan menuju kelas.
Selama mata kuliah berlangsung, fikiran danial melayang entah kemana hatinya tak karuan dengan perasaan yang terus membelenggu. Hingga, panggilan sang dosen pun tidak ia hiraukan.
"Danial"ucap dosen.
"DANIAL!!!"teriaknya menyadarkan danial dari lamunan.
"Iya bu!"ucap danial kikuk
"Kamu dari tadi tidak memperhatikan apa yang ibu jelaskan? Selesai kelas ikut ibu ke kantor!" ucap bu dosen kemudian melanjutkan materinya
"Mampus gue, kalo udah berurusan sama bu Dina!"gerutu Danial
"Ian bantuin gue!" cemas Danial Rian hanya mengedikkan bahunya
"Bu dina lirik lo tuh!" ucap Rian tanpa menatap Danial dan pura pura mencatat. Danial hanya tersenyum memperlihatkan deretan giginya.Kelas pun usai,Danial mengikuti bu Dina dari belakang menuju kantor.
"Bu ini file yang kemarin ibu suruh udah selesai "ucap seseorang setelah bu Dina masuk ke kantor diikuti dengan danial ."Oh makasih ya, simpen aja di meja, Ayo duduk."ucap Bu Dina
Sedangkan danial hanya berdiri terdiam
"Ira Kamu apa kabar kata momy kemarin kamu sakit lagi?" tanya Bu Dina."Ya mungkin kecapean bu, tapi sekarang udah gak papa kok." Syafira tersenyum hangat.
"Kenapa, Syafira gak pernah senyum kalo ketemu sama gue." batin Danial.
"Syukurlah, kamu jangan sungkan ya, kayak kesiapa aja." Syafira hanya tersenyum.
"Khem maaf bu." Danial menyela, Bu Dina pun menoleh. Danial menggaruk tekuk nya yang tak gatal.
"Ouh iya lupa ,ada kamu disini "ucap Bu Dina membuat danial sedikit geram.
"Karena suasana hati ibu mulai membaik, gini aja karena Syafira masih mahasiswi pindahan kamu kenalin syafira sama seluruh fasilitas di universitas ini dan bantu dia kerjain tugas susulan"ucap Bu Dina panjang lebar.
"Lho, tante gak papa aku ... gak usah." ucap Syafira menolak.
"Baik bu, saya gak keberatan." timpal Danial. Syafira hanya menatapnya dingin.
"Yasudah sayang, have fun ya. kalo ada apa-apa kasih tau tante." ucap Bu Dina dan meninggalkan mereka berdua. Atmosfir di ruangannya berubah menjadi dingin dan canggung.
"Euh ra .. mau kemana dulu"ucap danial syafira bangkit dari duduknya.
"Kamu gak usah ngelakuin itu, aku udah tau kok sama lingkungan universitas. "
"Tapi gimana nanti, bu Dina–" Syafira memotong perkataan Danial.
"Hmm, sorry menyela. Nanti aku bilang sama Bu dina kamu gak usah khawatir. Kalo gitu, aku duluan."
Lagi-lagi Syafira segera pergi, dia tidak ingin berlama lama bersama Danial. Namun Danial mencekal lengan Syafira dan menariknya untuk saling berhadapan. Pandangan mata sendu Danial menelusup mata Syafira yang sayu, mata indah yang kembali ia lihat, namun kehilang binar dimatanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Move On
RomanceRasa itu rumit, Move on itu pilihan bukan keharusan. karena yang menjadi pilihan tentu saja menjadi keharusan yg akan dilakukan. Namun tetap saja, move on dari masa lalu membutuhkan proses. Semua perihal waktu.