Manik berwarna biru laut itu memandangi langit malam yang penuh dengan bintang. Bulan yang bersinar paling terang mendapat perhatian lebih dari gadis itu. Maniknya kemudian beralih ke arloji yang melingkar di pergelangan tangan kiri, jarum jam menunjukkan pukul tujuh malam.
Roda dari mobil sedan berwarna hitam itu berputar kencang. Lalu lintas kota Jakarta tak begitu padat akhir-akhir ini. Udara malam terasa dingin tetapi masih bisa ditoleransi mengingat Haechan telah meminjamkan jaket kepadanya.
Kedua insan itu sedang menempuh perjalanan menuju rumah Moonbi setelah lima hari menginap di Bandung. Gadis itu memutuskan untuk langsung pulang ke Jakarta setelah pulang dari pernikahan sang papa. Namun, alih-alih pulang ke rumah, Haechan malah membawanya liburan ke Bandung.
Lima hari jauh dari rumah dan bersama Haechan merupakan keputusan yang sama sekali takkan pernah Moonbi sesali. Ia benar-benar bersyukur mempunyai sahabat seperti pria itu.
Awal persahabatan mereka dimulai sejak kelas 1 SD, ketika dulu Haechan sering menjadi objek penindasan di sekolah. Saat itu, Moonbi kecil tak sengaja melihat kaki Haechan yang terluka akibat disandung secara sengaja oleh Daejun, salah satu anak yang menindas Haechan. Moonbi kecil yang tak tega melihat Haechan menangis, memutuskan untuk membantu Haechan kecil dan memarahi Daejun.
Moonbi tersenyum mengingat kepingan memori itu. Lihat Haechan sekarang. Dia telah tumbuh menjadi pria yang sangat dewasa.
"Kenapa lo senyam-senyum gitu?" Haechan melirik Moonbi kemudian kembali fokus menyetir.
"Gue keinget pas lo dibully sama Daejun. Muka lo jelek banget," jawab Moonbi seraya tertawa kecil.
"Anjing," maki Haechan, "Tapi keren 'kan gue sekarang?"
"Ew, ngomong sama tembok." Moonbi bergidik ngeri dan memilih untuk membuang muka. Apa yang dikatakan Haechan benar adanya. Ia memang keren sekarang.
"Oiya, gue lupa nanya sama lo. Itu cowok yang pake jas kemarin, kakak tiri lo?" tanya Haechan.
"Iya. Ganteng ya?" goda Moonbi.
Haechan mendegus kasar. "Yang bener, Biya."
Moonbi terkekeh kemudian menjawab, "Iya. Dia kakak tiri gue. Kenapa?"
"Gapapa sih. Cuma kemarin mukanya galak banget buset, kayak mau makan orang."
Gadis itu mengangguk setuju. "Kemarin dia juga ngeliatin gue mulu. Mana sinis banget," ujarnya.
"Dia gak terima kali punya adek tiri jelek kayak lo."
Buk. "Bajingan lo ya!"
"Jangan pukul gue, anjir! Lagi nyetir ini. Lo mau kita kecelakaan?" ujar Haechan ketus sembari mengelus lengannya yang baru saja dipukul Moonbi.
"Makanya lo punya mulut dijaga," ujar Moonbi kesal.
"Fakta."
Moonbi hampir melayangkan pukulan kedua ke lengan Haechan, tetapi aksi tersebut ia urungkan karena Haechan menghindar terlebih dahulu dan demi keselamatan mereka berdua.
Satu jam kemudian, mereka sampai di pekarangan rumah Moonbi. Mobil sedan itu telah terparkir secara sempurna sejak sepuluh menit yang lalu. Moonbi masih ragu untuk masuk ke dalam rumahnya. Ia benci beradaptasi dengan lingkungan dan suasana baru.
"Papa pasti udah di rumah," ucap Moonbi.
"Iyalah, 'kan dua hari yang lalu dia ngabarin lo kalau dia sama yang lain udah sampe Jakarta."
"Kenapa gak langsung cabut bulan madu aja sih? Ck." Moonbi berdecak kesal.
"Yaudah, sana lo turun. Kalau lo emang belum siap serumah sama keluarga baru lo, mending lo nginep di rumah gue dulu aja deh, gimana?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother | Na Jaemin
Fanfiction"I wish you are not my step brother, Jaemin." "Let's break the rules then." June 2O21 by knyfolklore.