Jarum jam telah menunjukkan pukul setengah sembilan. Artinya, tersisa tiga puluh menit bagi Moonbi untuk tiba di kampus tepat waktu. Gadis itu segera mengambil iPad, apple pencil, dompet, ponsel, earphone, charger, dan powerbank lalu segera memasukkannya ke dalam tas. Tungkainya berlari kecil menuju meja di ruang tamu, tempat ia menaruh kunci mobil.
Moonbi hendak meraih kunci mobilnya, tetapi ada tangan yang menghalanginya. Gadis itu mendongak, menatap Jaemin bingung.
"Itu kunci mobil gue," ucap Moonbi.
Jaemin menaikkan sebelah alis. "Gue mau ke kampus."
"Gue juga!" Moonbi mengerang frustasi. "Mending lo pesen ojek online aja, deh. Gue hampir telat." Ia hendak mengambil kunci mobil tersebut, tetapi kalah cepat dengan Jaemin.
"Ya Tuhan!" Moonbi mengacak rambutnya, moodnya mendadak buruk pagi ini. "Lo 'kan bisa pake mobil lain. Tanya sama Bibi Hanna, entar dikasih kuncinya."
"Mobil gue masih di Tangerang. Bokap lo bilang pake mobil lo aja. Salah?"
"Jaemin, please!"
Pria itu justru terkekeh pelan. Matanya menatap Moonbi dengan sorot tajam. Ia berjalan melewati Moonbi kemudian berbisik di samping telinga gadis itu, "There's no other choice. You leave with me."
"For God's sake!"
* * *
Alunan musik dari radio mengalun dengan volume sedang, memenuhi mobil berwarna putih yang tengah melaju dengan kecepatan di atas rata-rata.
Moonbi sedikit takut dengan kemampuan menyetir kakak tirinya. Ia memang terbiasa membawa mobil dengan kecepatan di atas 80 km/jam, tetapi Jaemin berani menginjak gas sampai kecepatan mobil itu di atas 120 km/jam.
Gadis itu menggigit bibirnya seraya melirik Jaemin yang tampak fokus menyetir. Maniknya terkunci beberapa detik, hatinya mengagumi betapa tampannya Jaemin sekarang. Namun, detik berikutnya, ia merutuki dirinya sendiri karena telah memuji pria sialan itu.
"Mm ..." Tak tahan dengan keheningan yang menyeruak di dalam mobil, akhirnya Moonbi nekat bersuara, "Lo emang kuliah di kampus gue?"
"Hm."
"Gue kayaknya gak pernah liat lo, deh," ucap Moonbi. Ia berusaha mengingat apakah dirinya pernah melihat Jaemin atau belum selama ia menyandang status mahasiswi di kampusnya.
"Lo anak fakultas apa?"
"FK."
"Jurusan?"
"Kedokteran."
Mata Moonbi sontak melebar, menatap Jaemin tak percaya. "Gak kebayang kalau lo jadi dokter, kasian pasiennya harus berobat sama dokter dingin cenderung bisu begini."
Jaemin melirik Moonbi tajam tanpa berniat menjawab.
Tak lama kemudian, mobil yang dikendarai oleh Jaemin itu berhenti sempurna di depan gedung FISIP. Moonbi mengecek penampilannya sebelum keluar. Namun, ketika hendak keluar dari mobil, Jaemin menahan tangan gadis itu.
"Jangan pernah bilang ke orang-orang kalau lo adik tiri gue."
Dahi Moonbi mengerut, ia menutup pintu mobil yang sempat ia buka dan menatap Jaemin penuh tanda tanya. "Maksud lo? Bukannya bokap nyiarin acara pernikahannya? So what? Mereka pasti udah tau tanpa perlu dikasih tau."
"Gue udah minta sama bokap buat ga nyiarin pernikahan mereka."
Moonbi memutar bola matanya malas. Ia tak mengerti maksud Jaemin, kenapa ia harus menyembunyikan statusnya dengan pria itu?
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother | Na Jaemin
Fanfiction"I wish you are not my step brother, Jaemin." "Let's break the rules then." June 2O21 by knyfolklore.