09. Pillowtalk

242 12 4
                                    

Ketukan yang berasal dari sepatu dengan tinggi hak lima senti meter itu terdengar di seluruh penjuru ruangan manakala Moonbi memasuki pintu besar berwarna putih.

Ia meletakkan tas berwarna hitam yang tak terlalu besar di pinggir meja makan lalu berjalan menuju dispenser. Kerongkongannya cukup kering mengingat ia hanya minum sedikit selama di kampus tadi.

Selama perjalanan menuju ke rumah, baik Moonbi dan Jaemin sama sekali tidak ada yang membuka suara. Kedua insan itu menutup bibirnya rapat-rapat. Hanya alunan lagu yang terdengar di dalam mobil tersebut.

Moonbi meletakkan gelas di atas pantry. Kerongkongannya terasa puas karena permintaannya telah dipenuhi. Manik biru laut itu menoleh dan mendapati Jaemin yang sedang bersender di bibir dapur seraya mengeluarkan sebatang rokok dan satu pemantik dari kantung celana.

"Nyokap sama bokap dua hari lagi balik," ujarnya kemudian mengapit rokok itu diantara celah bibir lalu membakar ujungnya dengan pemantik.

"You smoke?" tanya Moonbi.

"Sometimes."

Moonbi mengangguk lalu membuka kulkas, meraih lima stroberi lalu menutup kulkas tersebut. "Want some?"

"Nope."

Gadis bermarga Choi itu mengangguk. Ia memilih untuk memakan buah berwarna merah itu sambil berdiri, lebih tepatnya bersender di pantry dengan mata yang terpaku pada halaman belakang rumahnya.

Lamunan Moonbi terpaksa buyar tatkala rungunya mendengar ponselnya berdering. Ia segera berjalan ke meja makan dan meraih ponselnya yang tersimpan di dalam tas.

Ibu jari itu memencet tombol speaker, sedangkan tungkainya kembali melangkah mendekati kulkas dan mengambil beberapa stroberi lagi.

"Kenapa?" tanya Moonbi.

"Lipstick lo ketinggalan, anjing," ujar Haechan di seberang sana.

"Yang mana?"

"Guerlain, yang warna merah ngejreng itu."

"Buang aja." Moonbi melirik Jaemin yang masih setia di tempatnya. "Someone said they didn't like the colour of the lipstick that I usually wear."

"Siapa?"

"Ada," jawab Moonbi.

"Ck, biasanya cuek aja lo sama omongan orang. Tumben sekarang begini, kesambet apaan lo?"

"Kesambet petir kali," jawab Moonbi asal.

Haechan menghela napas di sana. "Ngomong jangan sembarangan."

"Iya, maaf."

Keduanya tak ada yang berbicara selama beberapa detik. Moonbi sibuk mengunyah stoberinya, sesekali ia melirik Jaemin yang masih berdiri di bibir dapur sembari menghisap benda mematikan itu.

"Biya."

"Apa, Chani?" jawabnya dengan suara yang sengaja dilembut-lembutkan.

"Gue merinding, anjing," pekik Haechan kecil.

Moonbi terkekeh pelan. "Apa?"

"Wanna know something?"

"Tell me."

"Fuck that person. You look hot in red."

"Yo, Haechan is flirting," goda Moonbi seraya terkikik.

"Gue serius, Biya," ujar Haechan, "I'll keep this. Gue balikin sekalian berangkat ke Dubai nanti. Gue mau mandi, baru sampe rumah. Jangan lupa mandi lo, lo 'kan jorok."

Step Brother | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang