08. Jealous

229 12 4
                                    

Sinar matahari menyelinap di celah gorden, membuat gadis bermarga Choi itu mengerjapkan matanya pelan. Hal pertama yang ia lihat adalah langit kamarnya yang berwarna putih. Masih dengan keadaan setengah sadar, Moonbi menoleh dan mendapati Jaemin terlelap di sampingnya dengan tangan yang memeluk pinggangnya posesif.

Sudut bibir Moonbi secara tak sadar melengkung. Jemarinya mengelus rambut Jaemin lembut. Irisnya tak dapat lepas dari struktur wajah Jaemin yang tampak sempurna. Bulu mata yang panjang, hidung mancung, dan bibir tipis berwarna merah itu yang entah sejak kapan menjadi bagian favorit Moonbi.

Moonbi menyelinapkan rambut Jaemin di celah jarinya kemudian menarik pelan rambut pria tersebut. Ia memang menyukai rambut yang halus. Tak jarang, ia mengelus rambutnya sendiri setelah habis keramas.

Alis Moonbi bertaut tatkala punggung tangannya bersentuhan dengan kening pria itu. Tubuh Jaemin hangat.

"Jaemin," panggilnya pelan.

"Jaem, bangun," panggilnya lembut.

Kelopak mata Jaemin perlahan terbuka. Ia menatap Moonbi beberapa saat seraya mengumpulkan nyawa. Sudut bibir pria itu menukik. Mata bulatnya menyipit.

"Good morning, baby."

Moonbi tercenung. Jantungnya mendadak berdetak kencang. Otaknya mendadak menggila ketika rungunya mendengar suara serak dan berat milik Jaemin. Padahal ini bukan kali pertama ia mendengar suara pria khas bangun tidur. Ia telah mendengar suara serak milik Doyoung dan Haechan, tetapi kali ini Moonbi hampir kehilangan kewarasannya.

"Jam berapa sekarang?" tanya Jaemin.

Seakan kembali tersadar, Moonbi mengerjapkan matanya beberapa kali kemudian melirik jam yang tergantung di atas televisi. "Delapan."

Jaemin menarik tubuh Moonbi mendekat dan menyembunyikan wajahnya di ceruk leher gadis itu. "Gue mau ke kampus nanti."

"Hari ini bukannya kita libur? Sekarang kan hari Sabtu, Jaemin."

"Iya, tau." Napas hangat Jaemin menerpa kulit leher Moonbi. "Gue ada rapat hima, Biy. Sekalian mau kerja kelompok."

"Cih, sok sibuk banget sih lo," cibir Moonbi seraya menarik tubuhnya menjauh.

Punggung tangan Moonbi kembali menyentuh kening Jaemin untuk memastikan apakah tubuh pria itu hangat atau tidak. Jaemin mengerutkan alisnya, maniknya menatap Moonbi bingung.

"Badan lo anget." Moonbi menghela napas. "Gak usah ke kampus, istirahat."

Jaemin menggeleng. "Gue gapapa. Nanti panasnya juga ilang abis gue minum obat."

"Jaem—"

"Gapapa, sayang. Gue tau lo khawatir tapi gue beneran baik-baik aja." Jaemin menarik tubuh Moonbi mendekat. "Give me a kiss."

"Hah?"

Pria itu lantas tertawa, memperlihatkan deretan gigi yang putih dan rapi. "Give me a kiss."

"Gak mau, lo bau," ujar Moonbi seraya mendorong tubuh Jaemin menjauh. Jantung Moonbi berdetak kencang dan ia tak mau Jaemin menyadari hal itu.

"Ck, jual mahal banget sih lo." Jaemin menggeser tubuhnya dan langsung mendaratkan sebuah kecupan di bibir gadis itu.

"Jaemin, ih!" Moonbi mendorong tubuh Jaemin dan mengusap bibirnya dengan punggung tangannya. "Lancang lo!"

Jaemin tertawa kemudian bangkit dari ranjang. "Gue mau mandi. Tolong ambilin baju gue ya, hehe."

"Lah? Lo mandi sana di kamar lo!" ujar Moonbi ketus.

Step Brother | Na JaeminTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang