Moonbi menggigit bibir kemudian menarik napas dalam. Jarum jam telah menunjukkan pukul dua malam. Usai bertemu dengan Doyoung, gadis itu justru mengelilingi kota Jakarta guna menenangkan diri. Ponselnya ia sengaja matikan karena suasana hatinya sangat buruk.
Namun, ia mendadak menyesal karena telah mematikan ponsel. Haechan pasti khawatir mencarinya. Menghela napas sekali lagi, Moonbi mendorong pintu rumah dan berjalan masuk ke dalam.
Iris biru laut itu tak mendapati siapa-siapa. Rumahnya tampak kosong. Jaemin entah di mana, para asisten rumah tangga termasuk Bibi Hanna pasti sudah pulang mengingat hari sudah larut. Moonbi lantas melempar kunci mobilnya ke meja dekat ruang tamu dan melangkahkan kakinya gontai.
Tungkai jenjang itu berhenti di depan kulkas. Jemarinya menarik pintu kulkas hingga terbuka. Ia langsung menyambar satu kaleng soda dan meminumnya.
Setelah habis, Moonbi membuang kaleng tersebut dan berniat untuk ke kamar. Perutnya lapar, tetapi nafsu makannya hilang malam ini. Ia hanya ingin segera tidur.
"Dari mana?"
Moonbi menoleh dan mendapati Jaemin yang tengah turun tangga. Surai pria itu sedikit berantakan. Ia memakai kaus berwarna hitam dan celana panjang dengan warna senada.
Jaemin menyisakan sekiranya jarak satu meter dari Moonbi. Kedua tangannya ia masukkan ke dalam saku celana. Iris hazelnya terus mengawasi adik tirinya itu.
"Gue mau tidur," ucap Moonbi kemudian berjalan melewati Jaemin.
Pria itu menahan pergelangan tangan kiri Moonbi. Gadis itu menghela napas lelah. Seharusnya Moonbi ingat kakak tirinya ini pemaksa.
"Dari mana?" tanya Jaemin kelewat dingin.
"Cuma jalan-jalan sekitar sini. Puas?" jawab Moonbi seraya menghentakkan tangannya, tetapi Jaemin mencengkeram pergelangan tangannya kuat.
"Lo tau gue sama Haechan nyari lo kayak orang gila?" Jaemin menatap Moonbi tajam. "Dan sekarang lo pulang kayak gak ada dosa?"
"Gue capek, Jaem. Please, ngertiin gue."
Jaemin mendekatkan wajahnya ke wajah Moonbi hingga tersisa beberapa senti. "Doyoung bilang apa sampe lo pulang malem begini?"
Rahang Moonbi mengeras. Jaemin memancing emosinya.
"Bukan urusan lo."
Pria itu terkekeh kemudian mengangguk. "It's not my business tapi lo seenggaknya tau diri. Lo udah gede. Bisa gak sih kalau ada apa-apa kabarin orang?"
"Gue capek, Jaem. Let's talk later."
"Lo egois."
"The f—"
Berbanding terbalik dengan ucapannya, Jaemin justru menarik gadis itu ke dalam pelukan. Mata Moonbi sontak terbelalak atas perlakuan kakak tirinya. Jaemin menghirup aroma tubuh Moonbi dan mengelus surai gadis itu.
"Kalau ada masalah, cerita," bisik Jaemin, "Jangan main ngilang gitu aja. HP dimatiin, bikin orang-orang panik aja tau gak."
Moonbi meremas kaus yang dikenakan Jaemin. Air mata yang telah mengering kini mengalir lagi, membasahi pipi Moonbi untuk yang kesekian kalinya. Jaemin yang menyadarinya langsung menyenderkan kepala gadis itu ke dadanya.
"Maaf ...," lirih Moonbi.
Jaemin diam. Ia hanya mengelus punggung gadis itu, berusaha memberi kenyamanan agar Moonbi segera tenang.
"You can cry," bisik Jaemin.
Beberapa saat kemudian, Moonbi menarik tubuhnya ketika ia sudah merasa lebih baik. Ibu jari Jaemin bergerak untuk menghapus sisa air Moonbi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother | Na Jaemin
Fanfiction"I wish you are not my step brother, Jaemin." "Let's break the rules then." June 2O21 by knyfolklore.