Moonbi menghindari Jaemin. Ia sebisa mungkin dan mencoba berbagai cara agar ia tak bertemu dengan Jaemin. Beruntung, usahanya berbuah manis. Hari ini tepat seminggu ia menghindari pria itu. Moonbi pikir, semesta turut membantunya kali ini mengingat mereka tinggal di rumah yang sama.
Gadis itu selalu berangkat lebih pagi dari Jaemin. Bahkan tiga hari belakangan ini, Moonbi meninggalkan rumah pukul enam pagi dan pulang pukul sepuluh malam. Ia rela menghabiskan waktunya di dalam mobil yang terparkir di kampus selama berjam-jam. Walaupun bosan, menurut Moonbi hal ini lebih baik daripada ia bertemu dengan pria itu.
Kakak tirinya itu tidak waras.
Haechan bahkan terheran-heran dengan sikap sahabatnya itu. Namun, Moonbi tak ingin membuat Haechan curiga. Ia terpaksa berbohong kepada pria itu, mengatakan bahwa dirinya dan Jaemin sedang bertengkar.
Selama seminggu ini pula Haechan tidak menginjakkan kakinya di rumah Moonbi yang ia anggap sebagai rumah kedua. Justru Moonbilah yang bermain ke rumah pria itu. Entah bermain game dengan Haechan, bermain dengan Goofy, mengerjakan tugas, atau bahkan hanya numpang tidur siang.
Tak apa, Moonbi menjalani semua ini dengan ikhlas. Ia masih takut dengan kakak tirinya itu.
Pekan ulangan akhir semester akan dimulai minggu depan. Hal itu tentu membuat Moonbi semakin semangat belajar. Sembari menunggu jam kelasnya mulai, hal yang Moonbi lakukan adalah membuka bukunya. Ia sangat ambisius untuk mendapatkan nilai bagus di semester ini.
Berbeda dengan Moonbi, Haechan justru tampak tak peduli dengan pekan ulangan yang akan dilaksanakan mulai minggu depan. Ia justru sibuk mengemil sembari memainkan ponselnya sekarang.
"Belajar, Haechan," ucap Moobi kesekian kalinya. Mereka sedang berada di rumah Haechan dan jam telah menunjukkan pukul setengah sepuluh malam.
"Nanti aja, Biy," jawab Haechan tak acuh.
Moonbi mendengus kasar. "Kalau nanti IP lo turun jangan ngerengek ke gue."
"Sejak kapan gue ngerengek ke lo karena masalah nilai?"
"Pikun, anjing," cibir Moonbi, "Itu kemarin yang nangis-nangis sambil narik baju gue gara-gara IP-nya turun, siapa? Setan?"
"Ye, itu gue nangis gara-gara mobil gue disita, bangsat."
"Mobil lo disita karena IP lo turun, anjing." Moonbi menatap Haechan malas. "Magadir ya lo."
"Magadir apaan?"
"Manusia gak tau diri."
Haechan berdecak. Ia memilih untuk bungkam. Berdebat dengan Moonbi tak akan ada habisnya mengingat sifat Moonbi yang benci mengalah. Pria itu kembali terfokus pada ponselnya, melihat instastory teman-temannya yang sedang belajar, nongkrong, bahkan liburan.
"Gue jadi pengen ke Dubai, deh," ujar Haechan dengan mata yang masih menatap layar benda persegi panjang itu. "Lo mau ke Dubai gak?"
"UAS dulu, Chani."
"Iya, ya ampun. Tau gue," cibir Haechan, "Abis UAS maksud gue."
"Mau."
"Asiikk!!" Haechan berucap senang. "Abis UAS ke Dubai, ya? Lo beneran mau gak? Atau lo mungkin mau ke negara lain?"
"Dubai aja sesuai kemauan lo," ujar Moonbi dengan mata yang terpusat ke buku tebal yang berwarna hitam itu.
Haechan lantas berdiri. Ia memeluk Moonbi dari belakang seraya berjingkrak. "Tumben lo baik banget sih, Biy?" ucapnya tepat di samping wajah gadis itu. "Kalau gini 'kan jadi semangat belajar gue."
KAMU SEDANG MEMBACA
Step Brother | Na Jaemin
Fanfiction"I wish you are not my step brother, Jaemin." "Let's break the rules then." June 2O21 by knyfolklore.