23

1.1K 103 3
                                    

Naruto menatap Hinata, sebenarnya ia takut Hinata terkena mental breakdown karena Sara. Naruto juga menyuruh bawahannya memposisikan kan Sara menjadi duduk, kalau Hinata melihat Sara diikat di tiang. Ia akan semakin takut, Naruto menangkup wajah Hinata.

"Hime kau yakin?"

Hinata mengangguk pasti, ia hanya ingin mendengarkan alasannya setelahnya ia mungkin akan memaafkannya.

"Aku bisa menghukumnya kalau kau mau"

"Kita dengarkan dlu alasannya Naruto kun"

Naruto mengehela napasnya panjang, kemudian mengecup bibir Hinata.

"Aku akan selalu di sampingmu Hime, aku mencintaimu"

"Aku juga mencintaimu Naruto kun"

Entah firasat Naruto yang memang tidak enak atau intuisi tajam nya sebagai dewa Inari. Ia merasa Hinata mungkin akan menjadi down setelah ini, ia berharap mungkin feelingnya salah. Sudah terlalu sakit melihat Hina tanya menangis dan jatuh selama 2 hari dan bermimpi buruk. Hingga semalam saat ia meninggalkan Hinata sebentar untuk bertemu dengan Sasuke tadi malam. Ia harus memotong pertemuannya karena Hinata yang menangis menjerit di tengah tidur nya.

Mungkin Hanabi dapat menerima kenyataan itu karena ia sangat membenci ayahnya, tapi tidak dengan Hinata. Meskipun dibuang dan di sisksa ia tetap mencintai ayahnya, kehilangan anggota keluarga satu persatu membuat Hinata sangat takut.

Naruto kemudian menuntun Hinata ke ruangan bawah tanah, awalnya Hinata sangat takut karena ruangan ini begitu berbeda dengan manor. Ruangan ini berdominan berwarna merah dan hitam, namun lorong nya berwarna abu. Dari lorong koridor banyak terdapat pintu, dari setiap pintu ada ruangan lagi menuju tempat lain. Ruang bawah tanah memang didesain seperti labirin, hanya orang tertentu yang tau jalan keluarnya.

Naruto mengusap pelan bahu Hinata, mencoba menenangkannya. Awalnya ia ingin menggendong Hinata, tapi ia menolak takut direpotkan. Justru Naruto sangat menyukai saat dirinya menggendong Hinata, ia sangat suka Hinatanya bersandar pada dirinya. Memeluk lehernya sembari mendengarkan degup jantung Hinata yang begitu cepat.

Ketika mereka sampai di depan pintu besi berwarna hitam, Naruto sekali lagi memastikan Hinata.

"Hime apapun yang terjadi kau harus tabah okey, masih ada aku dan Hanabi. Semua pasti akan baik-baik saja"

Hinata hanya menggangguk, ia sebenarnya bingung kenapa Naruto sebegitu takutnya? Ia hanya ingin mengetahui alasannya itu sudah lebih dari cukup. Setelahnya mungkin ia akan memaafkannya tapi ia ingin semua berjalan sesuai hukum. Dan Hinata tau pastilah Naruto yang memegang Hukum tersebut, ia pasti akan melakukannya dengan jalannya sendiri.

Saat Naruto membuka pintu terdapatlah Sara yang sedang terduduk dengan tangan diikat beserta dengan kakinya. Ia juga sudah memakai kimono pendek berwarna Hitam, ia tengah duduk tertunduk dengan rambut merahnya yang terjuntai menutupi wajahnya. Di temani dengan 2 bodyguard di sampingnya, Naruto memberikan isyarat kepada bodyguard tersebut. Salah satunya langsung memegang bahu Sara agar ia menatap Hinata dan Naruto.

Hinata Sangat terkejut melihat menampilan Sara, wajahnya pucat dengan banyak luka lebam. Hidungnya yang mengeluarkan darah juga dengan ujung mulutnya yang semungkinan robek sedikit. Ia menatap Naruto dengan sedikit takut.

"Maafkan aku tapi aku tak bisa menahannya, aku harap kau tidak takut padaku hime"

Sara yang melihat Hinata menatapnya dengan benci, ia begini karena Hinata. Ini semua adalah salahnya! Begitu ia menatap Naruto ia begitu takut, kenapa Monster itu ke sini lagi?! Tak cukup kah ia menyiksanya? Setelah pertemuan pertama dirinya ditendang dan di lempar lalu pergi. Tak lama ia datang kembali dengan bertanya tentang pertanyaan seputar jimat yang mana Sara sendiri tidak tau siapa yang mengasih nya.

THE KITSUNE BRIDETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang