Prolog

53 7 2
                                    

Di malam bising Jakarta, ada seorang wanita yang baru saja menemukan album foto semasa ia masih duduk di bangku SMA. Album foto bersama teman-teman yang enggan sangat ia sebut 'geng', ia dan teman-teman nya lebih suka memanggil diri mereka dengan 'asosiasi' atau bahkan 'paguyuban' terdengar tua tapi begitu keren dan lawak untuk mereka semua.

Pertemanan yang terdiri dari 4 orang lelaki dan 5 orang perempuan yang sangat kompleks, yang hobi nya berdebat tentang hal yang sangat rumit sampe masalah yang paling sepele; seperti mereka yang tiba-tiba memakai sendal yang sama tanpa sengaja, dan tidak lupa cinta-cintaan di dalam nya. Ah.. satu yang pasti mereka sangat jarang memuji satu sama yang lain, gengsi adalah hal yang patut berkuasa diantara ke sembilan manusia itu.

Mereka juga tidak pernah mengenalkan keberadaan masing-masing sebagai sahabat kepada dunia, ya biasanya
"oh itu teman saya".

Entah seperti ada hukuman atau dosa apa, hingga susah sekali melabeli ini semua sebagai sebuah persahabatan. Mungkin karena mereka masing-masing sedikit lebih berhati-hati tentang umbar-mengumbar di sosial media yang berkata, 'yakin itu sahabat mu atau hanya teman saja?' . Jadi sepertinya kata kakak-beradik yang mereka pikir cocok untuk mereka, semua skala tinggal dilihat dari siapa yang duluan lahir hingga yang paling telat.

"Yaaang"

Suara panggilan dari luar kamar Nanda membuat ia menoleh ke belakang. Dan ia sudah melihat Fiki, suaminya. Berdiri di sana..

"Anak-anak udah tidur?" 

"Udah kok, kan sekarang juga udah jam 9. Si abang juga besok kan juga sekolah"

"Oh gitu, kamu lagi liatin apasih?" Fiki mulai penasaran dan mendekat.

"Album foto pas aku masih SMA, sini deh Fik"

Mereka berdua pun kini duduk di karpet bersandar ranjang, serta segelas teh di tangan Fiki yang ia bawa dari luar tadi.

"Eh itu apasih? Teh ya? Minta dong"

Fiki memberi gelas itu kepada Nanda yang menyeruput teh tersebut sedikit. Dan mengembalikan nya..

Kembali lagi mengenai album foto bercover putih yang ditatah Nanda dengan tangannya yang tidak terlalu besar namun lumayan tebal. Ia melihat ke arah Fiki dan tersenyum.

"Kamu tau mereka semua kan?" Nanda memberi tatapan yakin kepada Fiki

"Tau, ini Iwan yang dulu pernah naksir kamu tapi kamu tolak karena kamu gak mau lagi pacaran sama temen kamu kan?" Fiki menunjuk salah satu orang di foto pada halaman pertama di album itu

"yang ah.. jangan ungkit yang itu kenapa. Semua itu karena dia kebanyakan aja curhat sama aku ya namanya mungkin terbiasa mana lagi aku gak bisa bawa motor ya dia sering jemput aku juga"

"Lho.. aku bener kan tapi"

Fiki melihat ke arah Nanda seperti meminta suatu persetujuan, yang hanya dibalas helaan napas oleh Nanda.

"Nah yang ini, yang satu mantan sama kamu kan? Eh salah kalian semua yang cewek kan pada semantan sama kamu" goda nya

"Fikiii!" Nanda mencubit Fiki sampai ia meringis kesakitan

"Duh kamu mah KDRT, tapi aku bener lagi dong" ledek nya

"Ah iya lagi"

"Yang ini satu mantan sama kamu pas SMA, satu-satunya mantan yang kamu akui karena paling wajar aja menurut kamu dan kayak nya dia tipe kamu banget deh. Oiya dan yang paling bikin kamu susah move on, right?"

"Hmm..."

"Ini.." Fiki terlihat sedikit berpikir dan mengingat-ingat "oh ini yang dikira mirip sama kamu ya? Sampai-sampai guru SMA kalian aja sering ketukar. Dia juga yang sering ngajak kamu menjelajah kan dulu kata kamu?" Ucap Fiki sangat yakin "hahaha menjelajah apaan menjelajah"

"Nah ini, temen kamu dari PAUD. Eh bukan dari SD, pas PAUD sebenarnya cuma tau-tau an nama. Kayak nya kamu sayang banget ya sama dia? Gak tau deh kek nya iya"

Kali ini Nanda hanya tersenyum melihat suami nya menjelaskan itu semua. Ia menghela napas halus dan tersenyum lagi.

"Udahlah, kalo dibiarin nanti kamu bakal makin ngawur ngeluarin opini-opini kamu yang gak akan pernah bisa dilawan sama siapapun"

"Yap benar banget, dan itu yang buat kamu suka banget banget banget sama aku, right?" Fiki menaik-turun kan alis nya dengan tersenyum penuh smirk.

"Terserah!" Nanda memutar bola matanya dan tertawa kecil setelahnya, "Nah sekarang mumpung anak-anak udah tidur kamu juga besok gak sibuk-sibuk banget, sekarang aku mau bawa kamu kekisah pertemanan aku sama mereka berdelapan, kisah yang sangat kacau namun juga galau"

Disana Fiki tetap setia mengamati istrinya..

"Udah sini tangan nya mana.. ayo kita pegangan tangan dan kembali ketahun-tahun itu. Ke tahun bahkan kayak nya kamu belum tahu aku. Siap?"

"Gak usah tanya aku. Nanti kamu yang ga siap karena akan mengulang rasa kamu yang susah move on kelas kakap sama mantan kamu"

"Fik sst... diam! ayo berangkaaat" Nanda mengambil tangan Fiki paksa dan segera berpegang tangan.

Di sisi lain, Fiki bahagia berada di malam Jakarta ini yang sejuk karena penyejuk ruangan serta penyejuk hati nya yang sedang bersemangat untuk bercerita sesaat lagi. Meski sangat imajinatif wanita nya ini karena seperti akan melewati mesin waktu sebab harus bepegangan tangan dengannya.

Ia tahu meski malam ini akan terasa lebih panjang karena banyak nya kisah ini, ia akan pasang telinga serta seluruh indera nya yang lain sampai beribu tahun pun untuk mendengarkan antusiasme istrinya malam ini.

Dan ya disinilah Fiki yang siap akan Nanda selalu.

({})

Pertengahan tahun 2017 di Bogor, Jawa Barat terdapat sebuah gedung SMA yang diberi nama SMA Pancasila. SMA yang ramai riah akan kenangan oleh berbagai penghuni terdahulu ataupun yang masih disana sampai hari ini. Termasuk dengan Paguyuban Bahagia yang memulai ukiran napas nya bersama di tempat itu.

"NANDAAAAAAAAAA" Vina berusaha sekali lolos dari kerumunan orang-orang pemburu info keberadaan kelas kepada Nanda yang berdiri di belakang nya "KITA SEKELASS"

Mata Nanda berbinar lebar, menarik tangan Vina untuk melakukan penjelajahan selanjutnya mencari dimana kelas itu berada. Dengan bakat sok kenal yang mesti harus dipancarkan saat ini, mereka pun berhasil tahu dan mencari posisi duduk yang pas untuk mereka berdua.

Dan dari kelas itu kisah penemuan tujuh orang lain terus berlanjut,  dan rencana-rencana yang hanya berujung wancana serta mimpi-mimpi yang sepertinya mari kita lupakan saja. Kisah lucu dan menyebalkan dari "aku tu lemot kadang suka gak connect" yang sering dilafaz kan Iwan, atau kisah menegangkan dari pertengkaran antara Putri, Nanda, Ralya dan kadang juga Ali serta emosi nya yang susah dikontrol sering kali ikutan.

Ukiran napas yang sukar, gusar dan tak sadar membuat semua pelosok sekolah mengenal mereka. Bukan karena bandel dan pembuat onar, bukan juga karena anak-anak olimpiade yang bawa piala dari sana-sini yang hanya memenuhi lemari kaca di ruang guru, tetapi seperti perkumpulan manusia yang selalu menyedekahi kebersamaan mereka dimanapun mereka berbeda. Hingga membuat dunia familier dengan keberadaan mereka.

Meski hanya selalu ada 6 orang yang sekelas dan 3 lagi berpencar. Tak meragukan cahaya itu terpancar.

Selama kurang lebih 3 tahun mereka bergelut disana, dalam tangis, doa, bahagia, marah, gelisah, takut dan damai sentosa. Ingin selalu ada rasa untuk memeluk masing-masing tanpa ragu dan malu, tapi siapa berani menurunkan gengsi? Sudahlah hanya 3 tahun diberi jatah mengenal.

Ya, dan akhirnya mereka berpisah kota. Demi berkuliah, di selera nya masing-masing.

({})

Hai guys, ini cerita baru ku yang tottaly terinspirasi dari album dari band Juicy Luicy yang sangat membuat ku tersihir dan berimajinatif terlalu jauh.

Hope u like it🖤

#IndonesiaMembaca

SENTIMENTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang