Tanpa Tergesa

8 1 0
                                    

"beri waktu hingga aku mampu lupakan semua"

🚴🏻‍♀️🚴🏻‍♀️

Tok.. tok.. tok..

"Fariz?" Bingung Vina.

Entah angin darimana yang membawa Fariz hingga tiba-tiba berkunjung ke rumah Vina, Minggu ini.

"Hai" sapa Fariz aneh dan canggung.

Vina mengerutkan dahi nya, ia benar-benar bingung apa maksud kedatangan Fariz ke rumah nya hari ini. Di tambah Fariz berbicara canggung seperti itu kepada nya, sangat tidak seperti biasa nya. Memang Fariz jarang berbicara akrab seperti Iwan, tapi Fariz juga tipikal orang yang kadang juga senang melawak dengan wajah datar nya.

"Ee.. lo ada waktu gak?" Jeda nya masih ragu untuk melanjutkan kata-kata nya "gue.. mau ngomong serius sama lo"

Vina menatap Fariz dengan ragu dan tidak percaya, belum bisa ia cerna permintaan Fariz kali ini. Tapi ia tetap menurut saja, mumpung hari ini dia memang free. Daripada dia memusingkan kotak peninggalan Ali di rumah, lebih baik dia pergi dengan Fariz. Pikir nya.

Dan disini lah mereka sekarang, di atas Kereta MRT. Fariz sengaja memarkirkan motor nya di tempat khusus parkir MRT tadi yang membuat Vina pelanga-pelongo kebingungan, karena ia sama sekali tidak tahu mau kemana ia dibawa Fariz hari ini.

Dari tadi hanya pertanyaan-pertanyaan kecil yang Vina lontarkan, agar kebingungan nya sedikit meredam. Tetapi Fariz menjawab nya juga sangat amat pelit, seperti orang yang tertekan karena banyak masalah.

"Vin.." panggil Fariz tiba-tiba disaat Vina sedang mengamati luar jendela kendaraan umum itu.

"Hah.. ya?" Tanya nya langsung menoleh ke Fariz yang ternyata tidak melihat ke arah nya sama sekali dari tadi.

"Tadi gue gak sengaja liat kotak yang ada di meja di rumah lo. Ali's ya itu tulisan nya"

"Oh itu, iya barang-barang yang dititip si Ali dulu. Gak jelas banget emang, tadi aja gue mau pindahin ke gudang"

Fariz hanya mengangguk-angguk mendengar penjelasan Vina, sebab ia tidak mau memperpanjang pembicaraan itu lagi.

"Eh tapi lo jangan bocorin ya, serius kok tadi gue pengen pindahin ke gudang"

"Enggak.. eh itu udah sampe" Fariz berdiri dan diikuti oleh Vina di belakang nya

Kini mereka sedang berjalan di sepanjang jalan Stasiun Sudirman, menikmati sore ibu kota yang tidak ada mati nya.

"Vina.. lo mau gak serius sama gue?" Tanya Fariz tenang sambil berjalan dan masih sama sekali tidak menoleh Vina

"HAH?!" Terkejut Vina bukan main "anjay kan sekarang bukan april mop"

"Ya emang bukan"

"Trus lo ngapain?"

Fariz hanya menjawab dengan helaan napas yang terdengar jelas oleh Vina. Yang membuat hati dan pikiran Vina dalam sesaat mendadak gundah. Apa ini semua? Ia tidak tau harus senang atau sedih. Mengapa terlalu mendadak?

Tetapi dalam kebingungan itu, ia tetap berjalan di samping Fariz menelusuri jalanan.

"Lo mau makan dulu gak, Vin? Atau minum?" Ucap Fariz tiba-tiba yang membuat hati dan pikiran Vina semakin gundah gulana.

"Riz.." ucap Vina berusaha meyakinkan diri "tunggu bentar ya, kasih gue waktu untuk nyembuhin hati gue dulu ya"

Perkataan yang kali ini keluar dari mulut Vina seperti benar-benar tulus, hingga membuat Fariz berhenti melangkah. Dan begitu pula dengan Vina.

"Tapi kenapa Vin?" Jawab Fariz yang mulai mencoba berani melihat wajah lembut Vina.

"Coba lo rasain lagi deh, Riz.. gue takut lo cuma jadi bayang-bayang dia nanti nya"

Fariz menghela lagi napas nya, ia memejamkan mata nya sebentar. Berusaha menenangkan diri, karena mereka juga sedang diantara orang-orang yang juga berjalan kaki disana.

"Coba pikir lagi ya Riz, gue pulang dulu" ucap Vina sambil bergegas lari meninggalkan Fariz sendiri disana.

Fariz hanya termenung dengan apa yang barusan ia lakukan. Ia memilih berputar balik dan kembali mengambil motor nya yang tadi ia tinggal.

Namun di tengah itu semua, tiba-tiba Vina menelfon.

Kring..kring..

"Kalo lo udah selesai mikir dan tanya hati lo, besok jemput aja gue jam makan siang. Udah ya, assalamualaikum"

Kata-kata itu seakan satu kali napas Vina mengucapkan nya, entah mungkin pikiran nya sedikit berubah. Namun disini Fariz tiba-tiba ada lekukan bulan sabit di bibir nya. Seperti ada harapan untuk nya, dan semoga memang ada.

({})

"Fariz?.."

Kaget Vina saat melihat di belakang mobil nya yang sedang terparkir ada Fariz disana. Ternyata laki-laki itu benar datang, padahal kemarin Vina sudah merasa seperti mencampakannya.

"Eh.. vin, mau langsung makan siang?"

"Lo dari tadi?"

"Enggak.." jawab nya meyakinkan dan ada senyum diakhirnya.

"Lo udah coba pikir lagi?"

"Udah, dan tetap sama Vina"

Vina menghela pelan napas nya, dan mencoba meyakinkan dirinya.

"Riz.." ucapan itu berbalas tatapan penuh arti dari Fariz, yang membuat Vina harus semakin yakin dengan apa yang akan dia katakan. "Bukan gue ga suka sama lo, tapi gue capek ngulangin kesalahan yang sama, Riz"

"Iya.. gue ngerti kok Vin"

"Tapi gue pengen buka itu semua buat lo" ia menyimpan senyum kecil manis nya disana "dan tapi kita jalani nya pelan-pelan ya, jangan buru-buru. Gue pengen sembuh sama-sama bareng lo"

Fariz terharu mendengar penuturan dari Vina barusan, mata nya berkaca-kaca. Hati nya sangat lega, penantian nya dari SMA agar bisa datang mapan ke Vina akhirnya terwujud.

"Makasih ya" ucap Fariz sangat amat tulus

Parkir Rumah Sakit pun menjadi saksi cinta mereka berdua. Semoga mereka bisa saling mendewasakan satu sama lain ya, doanya masing-masing.

🐝🐝

Hi readers!

Bagaimana ya kisah cinta Fariz dan Vina ke depan? Apakah mereka bisa akan terus bersama? Dan tidak seperti Adipati dan Vanesha?

Dan kenapa ya di part ini tidak ada Nanda? Kemana ya dia?

Anyways..

Terima kasih telah membaca cerita ini. Jika menarik tolong tinggalkan jejak vote nya, bila rindu boleh dibaca ulang, hehe:)

Salam hangat dari author yang sangat rindu ke hangatan:'

Lv u, all

#IndonesiaMembaca

SENTIMENTALTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang