Hello Goodbye - B

42.4K 3.7K 139
                                    

Indira kembali ke rumah setelah waktu menunjukkan pukul sebelas malam. Ia membawa beberapa kantung belanja berisi kosmetik, pakaian, dan juga beberapa sepatu cantik yang kata Tita harus ia kenal mulai saat ini untuk mempersiapkan diri menjadi janda, cepat atau lambat.

Sejujurnya Indira bahkan tidak tahu apakah ia akan segera menggugat cerai Anggara atau tidak. Separuh bagian dari hatinya masih tidak mempercayai kalau suami panutannya justru bermain api di belakang nya, hingga menghasilkan seorang anak tak berdosa dari hubungan nista nya bersama perempuan yang rela mengangkang hanya demi berbuat zina bersama laki-laki beristri, suaminya.

Setelah meletakkan kantung belanja di atas kursi pantry dan mengambil air minum, Indira termenung di kursi pantry dengan pikiran melanglang buana. Rumah terasa sepi dan juga gelap, jadi Indira bisa sedikit merasakan lega karena yakin kalau Anggara mungkin saja sudah tidur, atau bahkan mungkin menginap di rumah selingkuhannya. Ia sedang tidak ingin tahu saat ini.

Segelas teh melati tawar yang ia seduh mampu membuat pikiran penat nya sedikit melemas dan relaks. Ia akan memikirkan semua nya masak-masak. Rumah tangga yang sudah diujung tanduk ini sebetulnya membingungkan Indira untuk bagaimana caranya membalikkan keadaan, paling tidak menjadi sedikit lebih kondusif, seperti ketika Anggara belum berterus terang mengenai kisah asmara terlarang nya bersama mahasiswi magang di kantor suaminya.

"Dira? Kamu baru pulang?" Tubuh Indira terlonjak kaget kala sapaan lirih Anggara mengalun lembut menyapa gendang telinganya. Netra hitam milik Indira menatap sekilas wajah kuyu dan lelah Anggara saat menyapa nya.

Indira hanya mengangguk dan kembali menyesap cangkir teh nya dengan tangan bergetar. Ia bahkan harus menopang cangkir tersebut mengenakan kedua tangan agar menyamarkan tremor di jari jemarinya.

Hanya itu yang keluar dari bibir kedua nya. Indira bertahan untuk tetap bungkam, pura-pura menikmati teh di cangkirnya yang sejujurnya sudah terlalu sepat di lidah karena ia yang lupa mengambil kantung teh dari gelas air panas nya.

Anggara sendiri bukannya pergi menjauh untuk bercumbu ria bersama selingkuhannya, justru ikut mendudukkan diri bersama Indira di kursi pantry yang biasa nya menjadi saksi obrolan ringan mereka tiap harinya.

"Ini semua belanjaanmu?"

Indira berubah defensif ketika Anggara mulai mengajaknya mengobrol seperti tidak ada masalah diantara mereka. Kening nya berkerut dengan bibir berkedut menahan rasa tak senang nya.

"Kalau iya, emang nya kenapa?"

Pertanyaan di balas pertanyaan. Anggara mengulas senyum yang terlihat sendu di mata Indira. Ah tidak mungkin! Buat apa Anggara menatapnya sendu? Bukankah harusnya ia bahagia? Bukankah ini tujuannya? Apa lagi yang melatar belakangi suaminya untuk jujur mengenai perselingkuhannya kalau bukan karena ingin menyakiti dan menyiksa nya?

"Mas cuma tanya, Dira. Karena seingat Mas, ini semua bukan kebiasaanmu. Dira yang Mas ingat itu lebih suka menabung ketimbang berbelanja hal seperti ini."

"Jadi sekarang kamu mau protes karena aku belanja?" Nada suara Dira sudah naik beberapa oktaf. Hal yang juga sebelumnya tidak pernah sekalipun Indira lakukan, bahkan ketika mereka terlibat perdebatan sekalipun.

Kamu....

Anggara terkejut sekaligus tak menyangka kalau saat ini, Indira ternyata sudah memanggil dirinya dengan sebutan 'kamu', alih-alih 'Mas' seperti yang biasa di lakukan istrinya selama mereka berstatus suami istri.

"Bukan itu maksud Mas, Dira. Mas justru senang lihat perubahan kamu. Mas justru bahagia karena..."

"Tsk, udahlah. Nggak usah diperpanjang lagi. Aku capek mau istirahat." Indira tidak menunggu lama untuk meninggalkan cangkirnya dan segera meraup tas-tas belanja nya ke dalam genggaman tangannya.

Anggara mencekal pergelangan tangan Indira yang sudah nyaris berbalik, dan tanpa kata segera meraup tubuh mungil Indira ke dalam pelukan eratnya. Mata Anggara terpejam, entah perasaan apa saja yang sedang berkecamuk di dalam diri lelaki pemilik tinggi tubuh seratus delapan puluh lima sentimeter itu.

Indira tidak memberontak, atau menerima. Ia tetap diam dengan tangan terkulai di sisi kanan dan kiri tubuhnya tanpa ada niatan membalas pelukan Anggara, atau setidaknya mendorong tubuh jangkung suaminya.

"Mas nggak mau ada perdebatan di antara kita, Dira. Tolong jangan salah paham sama maksud kata-kata nya Mas."

Indira masih tak bergeming. Tubuhnya sekaku papan dengan wajah datar ketika suara lirih Anggara menggelitik telinga nya. Namun semarah apapun Indira, ia mencoba memilih tetap diam dan menunggu Anggara yang melepaskan tubuhnya tak lama kemudian.

Binar di mata elang Anggara redup tak bersisa. Ia menatap lemah dan sedih pada Indira yang lagi-lagi tetap diam.

"It's all my fault, Dira. And I know that. Mas cuma...berusaha jujur ke kamu." Cicit Anggara lemah menatap pada Indira yang mati-matian menahan tangis nya, tak ingin terlihat lemah di depan lelaki pengecut seperti suaminya.

Kedua netra mereka bertemu, saling menyalurkan perasaan lewat ekspresi di mata mereka berdua. Indira lah yang pertama kali memalingkan wajah, enggan menelisik lebih jauh di kedalaman mata Anggara.

"Aku cuma mau tanya satu hal ke kamu."

Anggara menatap waspada akan reaksi Indira yang tiba-tiba saja menginginkan suatu jawaban yang entah seperti apa pertanyaannya. Anggara mengangguk, memberi sebuah izin tak tersirat untuk istrinya melanjutkan keinginannya.

Senyum nanar terbentuk di wajah ayu Indira yang nyaris tidak pernah merasakan sedih sepanjang lima tahun pernikahan bersama Anggara. Ini pertama kalinya ia mengalami luka, yang sialnya benar-benar begitu dalam dan menyakitkan. Tanpa ampun dan hampir merenggut kewarasannya di detik pertama kata laknat itu muncul dari bibir Anggara-nya.

"Pernah nggak kamu memikirkan aku, rumah tangga kita, sekali aja, di saat kamu asyik tidur bersama pelacurmu itu?"

TBC

Buat yang tertarik, aku ada jual paket pdf epiphany, hello darling, sama short story collection dengan harga 100k aja. Bagi yang mau beli tapi udah beli epiphany atau hello darling, kalian bisa menambahkan kekurangan uang dari terakhir kali kalian bayar, dan pdf segera kukirimkan. Yuk yang tertarik, hubungi ke nomor whatsapp 083103526681

260221

Hello GoodbyeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang