BAB 3

482K 12.1K 261
                                    

Adam POV

Rasanya kejadian tadi siang saat di kantor benar-benar menggelitikku, membuatku selalu ingin tertawa. Bagaimana tidak jika, aku mengingat tadi dirinya yang bersikap sangat formal padaku, tidak seperti biasanya yang suka merajuk saat bersamaku.

"Daddy kok senyum-senyum sendiri sih?" Aku merasakan kedua lengan mungil itu merangkul pundakku dari belakang dan bibirnya yang lembut itu mengecup singkat pipi kananku.

"Kamu sendiri belum tidur hah?" tanyaku tanpa menjawab pertanyaannya tadi. Ia melepaskan rangkulannya dan berjalan mengitari sofa, duduk di sampingku yang sedari tadi sibuk mengganti channel TV.

"Gak bisa tidur," ucapnya sambil merebahkan kepalanya di pangkuanku. "Daddy belum jawab pertanyaanku tadi."

"Pertanyaan yang mana?" tanyaku, masih sibuk mencari acara TV yang bagus.

"Yang tadi, kenapa Daddy senyum-senyum sendiri?" ucapnya mengingatkan.

"Oh, lagi keingat kejadian tadi saja."

"Kejadian tadi?" gumamnya menatapku sambil menaikkkan sebelah alisnya.

"Iya, tadi sikapmu formal sekali, tidak seperti biasanya yang suka merajuk padaku," terangku. Kulihat ia pun tersenyum malu.

"Daddy jugabiasanya Daddy paling jahil sama Mika, tapi tadi kelakuan Daddy jauh dari itu. Daddy terlihat sok perfeksionis," ucapnya sambil mencebikan bibir mencibirku.

"Ya, itu wajib karena aku atasan di kantor. Gengsi dong kalo bersikap seperti di rumah," ucapku.

Aku lihat dia mencibir ucapanku lagi dan hal itu membuatku tersenyum geli.

"Mika lebih suka melihat sikap Daddy saat di rumah," ucapnya sambil memiringkan tubuhnya dan memeluk pinggangku.

'Ohh, gadisku ini manja sekali.'

Kubelai lembut rambut hitam panjang dan lembutnya itu. Aku suka sekali membelai rambut gadis kecilku ini. "Dad." panggilnya, masih menenggelamkan wajahnya di perutku sambil tetap merengkuh pinggangku.

"Hmm." gumamku.

"Bu Lidya itu siapanya Daddy?" tanyanya.

"Kamu dengar gosip dari orang-orang kantor?" Ia mengangguk, "Dia bukan siapa-siapa Daddy, hanya rekan kerja."

"Do you like her?" tanyanya sambil kembali menatapku.

"No." jawabku menyingkirkan anak rambut yang menutupi wajah cantiknya.

"Love?" tanyanya lagi.

"Of course not. Why did you ask me like that?"

"Just to make sure." jawabnya. Kini tatapannya tertuju pada layar kaca televisi di depanku.

"Apa ada yang mengganggumu?!" Aku mulai meninggikan suaraku, ada sedikit geram disetiap ucapanku.

"Tidak ada," ucapnya kembali menatapku sambil mengusap kerutan geram di dahiku dengan jemarinya.

"Baguslah," ucapku meraih jemarinya yang tadi menyentuh dahiku dan mengecupnya.

"Jika ada yang macam-macam bilang padaku!"

"Hmm," gumamnya mengangguk dan tersenyum manis, membuatku kembali menyunggingkan senyumku. Tatapannya kembali mengarah ke layar televisi, kulihat ia tertawa saat melihat adegan kungfu Jacky Chan di TV.

Entah sudah berapa lama ia terlelap di pangkuanku, rasanya senang sekali melihatnya tertidur pulas seperti ini di pangkuanku. Tatapanku tak pernah beralih dari wajah cantik itu walau tayangan di TV jauh lebih menarik, tapi bagiku, memandangi wajahnya adalah hal yang paling menarik di dunia ini. Aku benar-benar telah jatuh hati kepada gadis kecil ini, gadis yang kini telah tumbuh menjadi wanita dewasa.

My Daddy is My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang