BAB 6

386K 12.4K 141
                                    

Author POV

Terlihat dua pria bertubuh kekar dan tampan itu keluar dari mobil Range Rover Sport yang kini telah terparkir di depan pekarangan mansion megah itu. Adam dan Jonathan terlihat lelah.

Adam menghempaskan tubuhnya di sofa ruang keluarga disusul oleh Jonathan yang kini tengah duduk di sofa khusus untuk satu orang, sambil melepaskan dasi dark blue itu dari kerah bajunya. Adam melepas tuxedo-nya dan melemparnya ke atas meja, ia melirik arloji gold bermerek Calvin Klein yang bertengger manis di pergelangan tangannya itu menunjukan pukul 9 malam.

Selesai meeting dengan client di sebuah resto mewah di daerah Jakarta Pusat tadi, Adam dan Jonathan memutuskan untuk tidak kembali ke kantor. Niatnya mereka ingin mampir ke sebuah club malam dan menghabiskan waktu dengan wanita-wanita one night stand mereka, tapi mereka memutuskan untuk pulang ke mansion Adam terlebih dahulu.

"Albert!" seru Adam memanggil kepala pelayannya.

"Ya Tuan." jawab Albert yang dengan sigap telah berdiri di samping Tuannya itu.

"Saya mau mandi air hangat, tolong siapkan. Oh ya, Bebby di mana?" tanya Adam memastikan keadaan keponakannya itu, Adam sempat berpikir jika keponakan tercintanya itu pasti sudah terlelap.

"Nona Mika belum pulang Tuan, saya kira beliau ikut dengan Tuan." Penjelasan Albert membuat Adam terkejut.

"Belum pulang?! Ini sudah jam berapa?" ucap Adam gusar.

"Santai Bro, mungkin dia lembur, coba telepon dia dulu. Mungkin saja dia masih di kantor," ucap Jonathan menenangkan Adam.

Adam mengambil ponsel dari saku celananya dengan gusar, dia mendial nomor panggilan cepat yang memang sudah dipasang untuk panggilan kepada gadisnya itu. Dering pertama belum ada jawaban begitu pula dengan dering kedua, ketiga, dan keempat, hal itu membuat Adam semakin gusar, hingga nada sambungan terputus tak juga ada jawaban dari nomor di seberang diulangnya beberapa kali lagi, namun tetap nihil. Bebby sama sekali tidak mengangkat panggilannya.

"Arrggghhhh!!! Kemana sih anak itu!" geram Adam.

"Mungkin dia ke toilet," ujar Jonathan kembali menenangkan Adam agar tetap berpikir positif.

Adam kembali mendial nomor pos security di kantornya, panggilan kedua langsung dijawab oleh orang yang bersangkutan di sana.

"Ini saya Adam!" tegas Adam, membuat orang yang ada di sebetang telepon terkesiap.

"Pa--Pak Adam, ada yang bisa saya bantu?" ucap orang di seberang itu dengan gelagapan, karena baru kali ini CEO-nya itu menelepon langsung seperti ini.

"Cepat cek seluruh ruang kantor, terutama di Divisi Administrasi, apakah masih ada karyawan yang lembur atau tidak!" Perintah Adam langsung di-iyakan oleh bawahannya itu tanpa bertanya macam-macam.

"Baik Pak saya cek sekarang," ucap orang di seberang itu sambil melihat layar monitor CCTV di ruangannya itu yang menunjukan semua sudut ruangan yang ada di gedung kantor itu.

"Tidak ada Pak kantor sudah kosong," ucap orang di seberang telepon Adam. Hal itu membuat Adam semakin frustrasi, tanpa babibu Adam langsung mematikan sambungan teleponnya.

"Dia tidak ada di kantor," ujar Adam pada Jonathan yang sedari tadi memperhatikannya dengan raut wajah ingin tahunya.

"Sial! Kemana dia, apa jangan-jangan dia." Kemarahan Adam terlihat jelas dari rahangnya yang mengeras dan tangannya yang terkepal hingga buku-buku jarinya memutih. Pikiran negatif mulai melingkupinya.

"Tenanglah jangan berpikiran negatif seperti itu dulu, mungkin dia ke rumah temannya. Sebaiknya kita cek langsung saja ke kantor, siapa tahu sekuriti itu salah...." ucap Jonathan sambil mengambil kunci mobil Adam yang tergeletak di atas meja, Adam mengikuti langkah Jonathan sambil berucap pada Albert yang juga tengah mengikuti langkahnya itu.

My Daddy is My UncleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang