Pregnant.

760 99 15
                                    

45 hari. 1095 jam. 65700 menit. Atau lebih mudahnya kita sebut satu setengah bulan. Kira-kira sudah selama itu Beomgyu menghilang dan tak ada kabar, bahkan sekedar untuk menanyakan anaknya pun tidak. Setelah kejadian waktu itu Beomgyu tidak pulang ke rumah, Rosè kira saat pulang dari rumah Seulgi dia akan disambut dengan wajah dingin atau pun teriakan Beomgyu lagi. Namun, nyatanya tidak. Ia pulang ke rumah yang keadaannya sepi dan hampa.

Sudah satu setengah bulan pula Rosè hidup dengan keadaan yang kacau. Jarang ke kampus, tidak pernah memperdulikan tugas, mengurus Bomi pun dia malas-malasan. Seperti sekarang ini, alhasil teman-temannya lah yang bergantian mengurus anaknya itu. Selagi ada teman-temannya Rosè memilih mengurung diri di dalam kamar. Menangis sesegukan, melamun, lalu tiba-tiba tertawa sendiri kala mengingat kebodohannya.

Jika ditanya mengapa ia tidak pulang saja ke rumah orang tuanya agar anaknya lebih terurus? Jawabannya, karena Rosè tidak mau melibatkan lagi keluarganya di dalam masalah rumah tangganya. Sudah cukup masalah kemarin aja, setelah itu biarkan dia menyelesaikan masalah rumah tangganya sendiri. Ia ingin belajar lebih dewasa lagi.

Rosè sakit. Iya, dia sakit dengan Beomgyu yang tidak memperdulikanya seperti ini. Tapi, dia juga marah pada dirinya sendiri karena ini semua juga karena kebodohannya.

"ROSÈ ANAK LO MINTA SUSU NIH!" teriak Joy dari luar kamar.

Tidak ada jawaban.

"ROSÈ KASIAN ANAK LO NJIR. MUKANYA MELAS BANGET. KALAU LO NYURUH GUE BUAT NYUSUIN, GA AKAN KELUAR." teriak Joy lagi, tetapi masih tidak ada jawaban dari Rosè.

"ROSÈ KALAU LO GA KELUAR GUE DOBRAK YA PINTU KAMAR LO."

Wanita blonde itu tertawa parau mendengar teriakan serta ketukan pintu yang semakin kencang. Mata merahnya menyipit diikuti tawa frustasi yang keluar dari mulutnya.

"Pintu beton mau di dobrak, gila." gumamnya tak jelas sambil memejamkan mata.

Sedangkan di luar pintu, Joy masih mengetok sambil memutar-mutar knop pintu secara paksa. Raut wajahnya jelas terlihat khawatir, walaupun rasa kesal lebih mendominasi dia saat ini.

"ROSÈ SUMPAH YA, GUE BAWA ANAK LO KE PANTI KALAU LO GA MAU NGURUSIN LAGI." Joy lagi-lagi berteriak sampai urat lehernya timbul.

Hening.

Joy masih menunggu jawaban dari dalam sambil masih mengetuk pintu, yang lebih terdengar seperti gedoran sekarang. Sampai tiba-tiba kalimat menyebalkan terdengar dari dalam.

"KUNCINYA DI BAWAH PINTU GOBLOK."

Secepat kilat Joy menunduk, geram sendiri melihat sebuah kunci yang tergeletak di samping kakinya. Joy menarik napas kesal seraya mengambil kunci dan membuka pintu kamarnya Rosè.

Ceklek.

"Lo goblok banget sih. Gue udah ngelempar tuh kunci ke luar, biar kalau gue pingsan lo semua bisa gotong gue."

Niat hati ingin mengamuk karena sudah hampir setengah jam dia membujuk wanita blonde ini, tapi sekarang melihat kondisi ruangan dan wanita itu yang terdampar di sana membuat Joy menutup mulutnya tak percaya. Ia berjalan pelan ke tempat tidur untuk membereskan benda-benda yang berserakan. Buku, pulpen, laptop yang terbuka, kaleng soda. Dan juga Joy memungut bantal-bantal yang terjatuh.

"Putus cinta emang bikin orang gila. Tapi kan mereka ga putus." gumam Joy sambil berjalan ke arah wanita blonde itu. Duduk bersila di depannya.

Mereka berdua saling diam dan hanya bertatapan dalam beberapa menit. Bisa Joy lihat tatapan wanita itu tersirat luka yang teramat menyakitkan, tetapi rasa sesal di sorot matanya lebih dalam dari rasa sakitnya.

RUMAH TANGGA | Beomgyu x RoséTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang