9. Kalang kabut

4 1 0
                                    

~ Tanpa Lo di hidup gue, gue bisa apa?~

ooOoo

Hari kedua untuk Rafa, tinggal tersisa delapan hari lagi ia menaklukkan hati Deandra. Hari ini ia akan menjemput Deandra dan mengajaknya untuk berangkat bersama. Ia melihat Deandra berdiri di teras rumahnya dan ia tak melihat kembaran gadis itu.

Ia pun berjalan menghampiri gadis itu. Rafa kemarin menginap di rumah sang Mama, dan ia mendapat kesempatan agar bisa lebih dekat dengan sang target. "Lagi nunggu siapa sih?"

Deandra terkejut, ia melihat siapa yang mengagetkannya pagi-pagi begini. Deandra sebelumnya meratapi nasibnya, Papa tidak bisa mengantarkannya karena Keandra tiba-tiba demam. Raka juga tidak bisa mengantar karena ia pergi dengan Anya, Raka sedang buru-buru jadi ia naik motor agar menghemat waktu. Dan tidak mungkin ia pergi bersama Lintang, suasana akan berubah canggung.

"Rafa? Kok Lo disini?" Tanya Deandra yang menatap Rafa heran. "Gue nginep di rumah nyokap. Kok Lo belum berangkat? Mau bareng?"

Deandra berpikir sejenak, ia tidak diperbolehkan untuk naik ojek. Apa ia menerima tawaran Rafa saja?

Rafa melihat Andra keluar dengan kaos dan celana pendek yang membungkus tubuh Ayah dua anak itu, Rafa mengernyit ketika melihat Andra tidak memakai pakaian kerja.

"Rafa?" Andra berjalan menghampiri putrinya dan mengelus rambut putrinya lembut. "Eh, Om. Nggak kerja Om?"

"Saya ambil cuti hari ini. Kee demam, dan nggak ada yang jagain. Sayang, kita berangkat?" Deandra menatap Papa, kemudian menatap Rafa. Ia tidak ingin egois kali ini, Keandra lebih membutuhkan Papa daripada dirinya.

"Dee berangkat sama Rafa aja deh, Pa. Papa di rumah aja, jagain Kee. Kee lebih butuh Papa." Andra heran, biasanya Deandra selalu merengek agar Andra mengantarkannya walaupun Keandra sakit.

"Bener nih?" Tanya Andra memastikan. Deandra mengangguk, Andra beralih menatap Rafa intens. "Kamu jaga anak Om baik-baik ya, Raf. Inget, jangan sampai lecet."

Rafa berdiri tegak dengan tangan berada di pelipis. "Siap, Om" ucapnya tegas, ia menyalimi tangan Andra setelah melihat Deandra berjalan meninggalkan teras. "Kalian hati-hati ya. Jangan ngebut."

"Iya, Pa. Kita pergi dulu ya, Pa. Assalamualaikum." Setelah mendengar Andra menjawab salam, Rafa melajukan motornya meninggalkan perumahan. Andra masuk ke dalam rumah dan mengecek kondisi putri bungsunya.

Ia menempelkan punggung tangannya di kening putrinya untuk mengecek suhu tubuhnya. Panasnya semakin naik, dengan cepat ia berjalan ke dapur untuk mengambil baskom kecil lalu mengisinya dengan air hangat. Ia kembali ke kamar putrinya dan meletakkan baskom berisi air tersebut ke atas nakas, ia berjalan menuju lemari pakaian Keandra untuk mencari handuk kecil.

Andra melipat handuk itu, merendamnya di air hangat dan memeras handuk itu perlahan. Ia meletakkannya di kening gadis itu dengan wajah penuh khawatir. Ia mengorek laci di samping tempat tidur untuk mencari termometer, setelah menemukannya ia meletakkannya di mulut Keandra.

Ia berjalan meninggalkan kamar menuju dapur untuk membuat bubur. Setelah beberapa menit, ia menyajikannya di mangkuk. Ia mengisi segelas air dan juga mengambil parasetamol. Meletakkan bubur, minum dan juga parasetamol ke atas nampan.

Ayah muda itu berjalan menuju kamar putrinya. "Ayah"

Andra mendengar suara lirih Keandra. Ia meletakkan nampan dan mengambil termometer, mengeceknya sebentar. 39,5°C.

"Demamnya tinggi sekali." Andra mencelupkan handuk itu ke dalam baskom, memerasnya kemudian meletakkannya di kening Keandra. "Sayang" Panggilnya pelan.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Feb 26, 2021 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SurenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang