3. Tantangan

11 1 0
                                    

~Udah secaper apa, lo?  Buktinya gue tertarik sama lo~

ooOoo

"Ciao"

Dengan buru-buru Dean meninggalkan Rafa yang memberinya senyum itu. Ia berjalan dengan cepat hingga tidak sengaja menabrak seseorang.

"Sorry, gak sengaja" ucapnya menunduk. Ia tidak tahu siapa orang yang tidak sengaja ia tabrak itu. Karena tidak mendapatkan respon, kepalanya perlahan mendongak. Ia terdiam sesaat saat mengetahui orang yang ia tabrak.

Ia menutup matanya sembari meringis. Kenapa semakin menghindar, malah ketemu dia lagi sih? Batinnya.

Rafa hanya mengulas senyum sembari merapikan rambutnya. "Kita ketemu lagi. Jangan bilang kita itu... " ucapannya sengaja tidak dilanjut.

Dean membuka matanya dan bersiap untuk pergi. Namun pergelangan tangannya dicekal oleh Rafa. "Mau kemana, hm?"

Dean hanya pasrah saja. "Gu-gue buru-buru."

Rafa memiringkan kepalanya untuk memperhatikan gadis didepannya. Cantik. Bahkan lebih cantik dari foto di instagramnya. "kita belum kenalan."

Rafa menegakkan kepalanya sembari terus memperhatikan gadis didepannya ini. "Gue Rafa, dan gue suka tantangan." ucapnya dengan senyum miring andalannya.

Dean menatap orang dibelakang Rafa kemudian tersenyum. Rafa yang melihat senyum itu terpana. "Kean"

Senyum Rafa luntur. Kean? Apa ia salah mengenali orang? Bukannya nama gadis ini Deandra ya? Kenapa jadi Kean? "Nama lo Kean?"

Dean tersadar. Ia menatap Rafa sebentar kemudian menatap Kean, senyumnya semakin lebar saat gadis itu mendekatinya. Brukk

Cekalannya pada tangan Dean pun terlepas. Rafa yang mendapat serangan di bahunya dengan tiba tiba pun menoleh. Ia melihat gadis yang mirip dengan gadis tadi. "Apaan lo nyerang dari belakang"

Kean tersenyum sinis. "Gue gak nyerang" ucapnya enteng. Saat ini ia akan menuju ruang olahraga, pukul 8 nanti mereka akan berangkat. Namun saat melihat kembarannya didekati oleh seseorang, ia mendatanginya.

"Jelas-jelas lo nimpuk dari belakang." Rafa masih ngotot sedangkan Kean hanya melipat lengannya didepan dada. "Perasaan lo aja kali."

Rafa tidak mau kalah. Tangannya terkepal dan wajahnya mulai merah. Ia tidak peduli dengan lawannya yang berbeda jenis dengannya. Menurutnya, siapapun yang mencari masalah dengannya itu artinya ia mengajak perang.

Rafa tidak mempedulikan orang-orang yang mulai berdatangan mengerumuni mereka. "Lo" tunjuknya pada Kean.

Dean berjalan mendekati Kean dan bersembunyi dibelakangnya. Kean menatap Rafa, senyumnya mengembang. "Apa?" ucapnya menantang.

Rafa semakin naik pitam. Ia mengepalkan tangannya dan melayangkannya kearah Kean. Kean menghindar. Mereka yang ada di sana ngeri melihatnya. Kean terkekeh. Lipatan tangannya ia lepaskan. 

"Lo tau kan, orang yang berani nantang gue itu artinya apaan?" Kean hanya menghendikkan bahunya acu. "Gatau tuh. Gak peduli juga"

Kean menarik pergelangan tangan Dean agar menjauh dari kerumunan. Rafa yang melihat itupun berteriak. "Woy lo cewek belagu. Lo pasti bakal nyesel karena udah berurusan sama gue!"

"Iya iya terserah lo" ucap Kean santai. Ia berjalan santai bersama Dean yang cemas. "Kee, lo tau kan Rafa itu gimana? Kok lo malah tenang tenang aja sih?"

Kean berhenti dan diikuti Dean. Ia mendengus. "Terus gue harus takut gitu?" Ia tergelak. Dean yang melihat itu hanya menggelengkan kepala tak percaya. "Tapi dia gak main-main, Kee. Gimana kalau dia beneran mau celakain lo."

Kean menghentikan tawanya. Ia menghela napas pelan. Pelahan tangannya memegang kedua bahu Dean. "Dengerin gue. Lo tau kan gue gak takut sama apapun, kecuali murkanya Ayah. Jadi kalo dia berani, kenapa gue takut? Tenang aja, gue bakalan jaga diri." Kean tersenyum menenangkan.

Dean perlahan tersenyum. Ia yakin Kean pasti baik-baik saja. Dean mengangguk, diikuti terbitnya senyum Kean. Mereka kembali melanjutkan langkah mereka menuju tempat tujuan masing-masing.

Kean dan Dean berbeda kelas. Dean berada di kelas XI IPA 1, sedangkan Kean berada di IPA 3. Dan Lintang juga sekelas dengan Kean. Dean berjalan menuju kelasnya. Kean benar, tidak ada yang ditakuti gadis itu kecuali kemurkaan sang Papa.

Dean terkekeh mengingat Kean yang tidak mau bertemu sang Papa selama beberapa hari karena sang papa murka. Kemudian Kean kecil datang kekantor Papa sendirian membawa kue buatannya. Gadis itu sampai belajar caranya membuat kue dengan neneknya dan pulang sampai larut ketika belajar.

Dan sampai sekarang, Dean tidak pernah mendengar mereka bertengkar hebat apalagi sampai Papa murka. Kean dan Papa itu sama. Sama sama keras kepala, suka berargumen dan memiliki jalan pikiran yang sama. Berbeda dengan Deandra. Gadis itu masuk kedalam kelasnya dan meletakkan tasnya di atas meja.

"Lo, gapapa kan Di? Gue denger Rafa gangguin lo." Dia Raka. Temannya dari SMP. Laki laki hebat yang disayangnya selain Papa. Raka memperhatikan Dean dari atas hingga bawah yang membuat gadis itu tersenyum.

"Gue gapapa kok, Ka. Tadi kebetulan ada Kean. Jadi Kean yang ladenin Rafa." Raka menarik tangannya dan melipatnya di depan dada. Dean pun duduk di samping Raka. "Kean ladenin Rafa? Lo serius?"

Dean menganggukkan kepalanya. "Kean udah biasa ngadepin yang kaya gitu buat gue. Gue seneng ada Kean disamping gue."

Raka terdiam. Dean benar, Kean memang selalu ada. Kean memang bisa diandalkan, namun apa gadis itu mampu? Kean juga manusia. Dan Rafa? Ia tau sifat Rafa. Rafa tidak akan melepaskan orang yang mengusiknya itu. Apa kali ini, kembarannya memiliki rencana lain untuk mengusiknya.

ooOoo

Rafa membanting tasnya diatas meja. Ia kesal dengan gadis itu. Gadis itu dengan berani mengabaikannya dan kembarannya dengan berani menantangnya. Dave yang baru datang langsung menghampiri sahabatnya yang terlihat uring-uringan itu.

"Woy, napa lo? Tumbenan udah dateng jam segini, biasa juga lo kalem kalem aja." Rafa melirik Dave kesal. "Sombong banget tu cewek, gue diabaikan. Awas aja dia. Dalam waktu 15 hari gue gak bisa dapetin tuh cewek, gue bakal pake serba pink."

Dave menatapnya serius. "Seriusan lo? Serba pink?" Kemudian tawanya meledak. Ia tau harga diri seorang Calder Rafael Garman itu setinggi apa. Rafa mendengus kemudian duduk di bangkunya.

Dave duduk disamping Rafa. "Ini pasti bukan karena pengabaian Dean doang kan, Raf? Tapi ada sebab lain. Iyakan?"

Rafa menatap Dave lama kemudian memainkan ponselnya. Ia tidak akan menceritakan bahwa kembaran gadis itu berani menantangnya. Tidak akan, harga dirinya itu penting.

"Raf, hari ini anak anak basket berangkat. Kok lo gak ikutan sih?" Rafa menatap Dave malas. "Gue bukan anak basket."

Dave menatap ponselnya. "Gue tadi gak sengaja ketemu Kean. Mukanya sedih gitu, lo tau kenapa?" Dave berucap tanpa mengalihkan pandangannya.

Rafa yang mendengar itu tidak merespon. Dave memang sering memperhatikan gadis itu, bahkan dari awal masuk sekolah. Namun yang ia ketahui bahwa gadis pujaan Dave memiliki kekasih. Bahkan sampai sekarang Rafa tidak tau siapa Kean yang dibahas oleh Dave. Begitu banyak gadis bernama Kean. Ada Keanara, Keanora, Keandra, Keanisa, bahkan Keantara. Rafa tidak tau Kean yang mana.

"Samperin elah, cupu banget lo. Tikung" Dave mendengus mendengar ucapan Rafa. "Gue gasuka ngerebut punya orang."

Rafa menatap Dave hina. "Daripada jadi sadboy seumur hidup, mau lo?"

Dave menghiraukan ucapan Rafa. Rafa yang melihat itu hanya terkekeh dan melihat ponselnya lagi.

SurenderTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang