6. Perempuannya Demam

91 15 10
                                    

Selamat Membaca❤️❤️
_________________________
Varo dengan cepat melangkahkan kakinya, tubuhnya yang tinggi dan kekar itu semakin membuat karyawati tergila-gila. Apalagi paras Varo yang sedang serius dan terburu-buru itu tentu menambah ketampanan di wajahnya.

Oh my God!

Bagaimana kaum hawa di kantor itu tidak tergila-gila.

Pagi ini Varo memang bangun lebih awal, dikarenakan ada pemberitahuan dari sekretaris Ayah kalau akan meeting tiba-tiba dengan perusahaan lain. Untung saja Varel-kakaknya pernah mengajarkan bagaimana cara memimpin meeting.

Drrtt! Drrtt!

Ponselnya memang sudah tiga kali berdering tanda panggilan masuk. Namun Varo tidak menghiraukannya, setahunya hari tidak ada kesibukan lain selain di kantor. Jadi wajar saja ia tidak mengangkat telpon.

Buru-buru ia memakai jas hitam di tubuhnya ketika sudah sampai di ruangan meeting, padahal masih jam 10. Jadwal meeting satu jam lagi, tapi Varo sudah kelihatan sibuk seperti akan memulai saat ini juga.

Sekretaris Ayah terlihat sedang mempersiapkan keperluan Varo bersama karyawan lain yang sudah siap di tempatnya masing-masing.

Sekretaris Ayah atau sering di sapa Dini yang sibuk menyiapkan keperluan meeting buat Varo, menimbulkan tanda tanya di kepala karyawan di situ.

Siapa dia?

Siapa anak itu?

Kurang lebih seperti itu isi kepala orang-orang di hadapan Varo.

"Semuanya sudah selesai dan tinggal menunggu klien, Pak."

"Terima kasih." Jawab Varo lalu duduk di kursinya dan berhadapan dengan laptop.

Olan yang baru saja masuk langsung melongo di depan pintu saat melihat Varo duduk di kursi pemimpin rapat.
"Loh, kok dia yang duduk di situ?"

"Olan, silahkan bergabung dengan teman-teman yang lain. Klien kita sebentar lagi akan sampai." Ucap Dini, ia memang anak yang ramah.

"Dini, saya nanya kok bisa dia duduk di situ?"

Varo sama sekali tidak memperdulikan ucapan Olan. Wajahnya sangat fokus di depan laptop.

Gue anak pemilik perusahaan, anjir!

Varo masih sempat-sempatnya mengumpat dalam hati.

"Iya, Olan. Pak Al yang memimpin rapat." Jawab Dini.

"Pak? Dini manggil dia Pak?" Sewot Olan.

"Olan, syut. Kamu duduk saja." Tegur Dini dengan pelan.

Olan yang kesal pun merapatkan bokongnya di samping Dini, ia dengan kesal membuka map yang ada di depannya. Ia masih kesal dengan Varo yang memimpin meeting pagi ini.

Drrtt! Drrtt!

Ponsel Varo kembali berdering. Semua menoleh melihat ponsel Varo yang berdering di atas meja, sekali-kali mereka melirik Varo yang sama sekali tidak memperdulikan ponselnya, saking fokusnya dia.

Suasana menjadi hening setelah ponsel Varo tak berdering lagi. Hingga beberapa saat kemudian klien yang tunggu-tunggu pun datang, Dini yang gerakannya memang cepat pun mempersilahkan kliennya duduk di samping Varo.

"Selamat pagi, Pak." Ucap Varo ramah.

"Yah, Pak Al. Selamat pagi." Jawab seorang laki-laki tegap di hadapan Varo.

"Bagaimana? Apa kita langsung mulai saja?" Tanya Varo dengan wibawanya.

Drrtt! Drrtt!

Ponselnya kembali berdering. Varo langsung mematikan tanpa membaca nama yang tertera di situ.

ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang