2. Varo dengan Perasaannya

141 23 32
                                    

"Aku mau jadi pacar kamu."

WHAT?

Varo langsung menatap tajam Nira membuat yang ditatap langsung menciut.

"Al." Ringis Nira. Varo semakin mempertajam matanya dengan wajah yang sudah tidak berekspresi sama sekali.

"Gila lo." Dingin Varo.

"Al, aku becanda astaga. Matanya tajem banget, sih." Nira yang tadinya takut langsung terkekeh di depan Varo. Lucu sekali wajah Varo ketika mendengar ucapannya barusan.

"Turun." Dingin Varo.

"Al, aku becanda doang. Aku gak minta itu kok, maafin aku. Bukan itu yang aku minta."

"Lain kali lo minta, gue udah gak mood." Datar Varo.

"Maksud kamu?" Tanya Nira.

"Turun." Datar Varo.

"Kamu jangan marah dong, aku beneran becanda doang. Sumpah." Mohon Nira.

"Gue gak marah."

Nira mengerjapkan matanya. Tidak marah? Ini bagaimana? Wajah dan ucapannya yang dingin itu bikin orang takut, dan dengan santainya ia bilang tidak marah?

"Kamu beneran?" Nira memastikan.

"Gue buru-buru." Sahut Varo.

"Eh, kamu ada urusan, yah?"

"Hm."

"Tapi beneran aku gak minta itu kok, aku masih mau kok nunggu kamu."

"Yaudah turun, gue buru-buru."

"Tapi gak marah, kan?"

"Iya."

"Beneran?"

"Hm."

"Beneran kan, Al?"

"Astaga, Khanira." Geram Varo. Nira langsung meringis.

"Iya iya aku turun." Nira dengan cepat turun dari mobil Varo.

"Hati-hati." Ucapnya sebelum keluar. Varo menganggukkan kepalanya lalu kembali menancap gas.

Varo melajukan mobilnya dengan kecepatan rata-rata, tujuannya saat ini sangat penting di pikirannya. Entah apa yang buat dirinya jadi mementingkan hal tersebut.

Hingga terhitung 30 menit ia sudah sampai di sebuah rumah besar. Ia sudah dikenal di sini, kemudian ia memasukkan mobilnya ketika gerbang rumah itu dibuka. Setelah memarkirkan mobilnya, Varo mengambil ponselnya disaku jaket levis yang di kenakannya.

"Gue di depan rumah lo." Ucap Varo pada orang yang sekarang di telponnya.

"Masuk aja kalo gitu, biasa juga langsung masuk. Gue di taman belakang."

Varo langsung memutuskan sambungan panggilan, ia turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah yang sudah biasa ia datangi. Ia sudah hafal kalau pemilik rumah ini jam begini sudah tidak ada di rumah. Varo kemudian terus melangkahkan kakinya menuju halaman belakang.

"Ngapain, Lo? Tumben sendiri doang?"

"Sengaja." Singkat Varo lalu menarik kursi dan mendaratkan bokongnya.

"Ifah mana?"

"Wididi, lo baru ketemu semalem udah main top aja." Sahut Raffa terkekeh.

Rumah Raffa ternyata yang di datangi Varo. xixi

"Tujuan gue emang mau ketemu dia." Datar Varo. Raffa menaikkan satu keningnya dan melirik tajam Varo.

"Dih, lo suka sama sepupu gue?" Tanya Raffa menyipitkan matanya.

ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang