Prolog

343 35 2
                                    

Cerita Alvaro ini bagian dari cerita "Hi, love" di cerita pertamaku, kalau kalian rada-rada bingung atau gimana, baca dulu "Hi,love"
Happy reading.
__________________________
Laki-laki dengan postur tubuh yang tinggi itu sedang mengayunkan kakinya menuruni tangga sambil memainkan kunci mobilnya.

Setibanya dibawah, ia mencari seseorang. Tidak ada di ruang tamu dan ruang keluarga. Kemudian ia beranjak menuju dapur, dilihatnya wanita dengan daster selutut serta rambut yang digulung ke atas sedang mengayunkan tangannya diatas wajan. Lelaki itu tersenyum dan langsung mencium pipinya.

"Kagetin Bunda aja kamu." Varo hanya cengingiran.

"Varo ke sekolah dulu." Pamitnya.

"Hati-hati, jangan ngebut." Varo mengangguk lalu meninggalkan Bundanya yang sedang memasak.

Ting!
Ponselnya bunyi tanda pesan masuk.

Naufal
Raffa dtgnya mlm.

gue udh otewe.
Read

Varo langsung menancap gas menuju sekolah, Ia menghentikan mobilnya di pinggir jalan. Sambil menunggu lampu merah berganti menjadi hijau, Varo mengelilingi matanya sembari memerhatikan beberapa pejalan kaki yang berjalan diujung sana. Hingga detik selanjutnya, ia menangkap sosok perempuan yang baru saja keluar dari supermarket. Perempuan itu tersenyum sambil memerhatikan jalan, hal itu membuat Varo mengernyitkan dahinya.

"Aneh." Gumam Varo, sesaat kemudian ia menancapkan kembali gasnya menuju sekolah.

Varo memarkirkan mobilnya ketika sudah sampai di sekolah, ia keluar dan mendapati Naufal sedang berbicara pada Oliv disana. Varo berdiri samping mobilnya sembari menunggu Naufal selesai.

Varo menghampiri Naufal yang baru saja selesai berbicara dengan Oliv.
"Sibuk banget kayaknya."

"Biasa aja."

"Oliv, cewek yang udah suka lo sejak lama."

"Gue tahu."

"Gak minat?"

"Miror, bendahara gue nganggur."

Ais! Varo hanya tersenyum kecut.
"Udah banyak surat dikirimin sama dia."

"Deketin." Balas Naufal terkesan menggoda, hanya saja wajah Naufal yang datar tidak terlihat seperti sedang menggoda sahabatnya ini.

"Nyari yang pas."

"Gak bosen dikirimin terus?"

Varo hanya mengedikkan bahunya saja menjawab Naufal.
"Mau bosan juga tetep bakal dikirimin terus." Celetuk Varo.

"Nira baik, dia juga pintar."

"Hati gue gak mau." Balas Varo dan langsung meninggalkan Naufal di parkiran.

Naufal menggelengkan kepalanya lalu menyusul Varo yang berdiri dipinggiran panggung promnight.

Varo sambil mengelilingi matanya melihat panggung di depannya.
"Udah beres semua?"

"Tinggal nunggu malem."

Varo manggut-manggut saja sambil terus melihat panggung, hingga matanya tertuju pada perempuan yang sedang berjalan ke arahnya sambil tersenyum bahagia.

Varo menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.
"Dateng lagi."

Naufal menoleh kesamping dan melihat Nira berjalan ke arah mereka, ia tersenyum kecil dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Ada-ada saja.

"Gue pergi?" Tanya Naufal sontak mendapat tatapan tajam dari Varo. Ia terkekeh dan kemudian membiarkan Nira datang menghampiri Varo.

"Hay, Al." Sapa Nira dengan senyum manisnya.

"Hm."

Varo sudah biasa dengan panggilan dari Nira, sudah tidak asing lagi baginya ketika Nira memanggilnya dengan sebutan Al.

"Udah dari tadi, yah?"

Ingin sekali Varo menjawab perempuan didepannya dengan senyumannya juga, tapi hatinya tidak ingin.
"Baru."

"Kotak yang gue kasih waktu kemah udah dibuka belom?" Tanya Nira dengan semangat.

"Belom."

"Kenapa?"

Varo menghela nafasnya, ia dari dulu tidak suka jika ada perempuan yang selalu mengejarnya, apalagi harus dikasih hadiah atau apapun itu.
"Gak sempet."

"Oh gak sempet, yah."

Varo melirik Nira yang tersenyum paksa, ia tidak suka menyakiti hati perempuan. Dia hanya tidak suka dikejar, tidak ada gunanya juga.

"Pulang gue buka."

Nira langsung tersenyum memperlihatkan deretan giginya.
"Beneran, yah." Varo menganggukkan kepalanya.
"Yaudah, gue ke secret dulu."

"Fal, gue ke sana dulu." Naufal menganggukkan kepalanya saja. Ia memang lumayan akrab dengan anggota-anggotanya.

"Jangan lupa dibuka, yah!"

Varo menggelengkan kepalanya mendengar teriakan gadis itu.

"Kotak apa?" Tanya Naufal.

"Gue juga gak tahu isinya apa."
"Cincin mungkin." Lanjut Varo becanda.

"Mana ada." Datar Naufal.

"Siapa tau, kan." Balas Varo terkekeh.

"Terserah."

"Emang terserah gue."

Naufal memutar bola matanya malas, sahabatnya yang satu kadang cuek kadang juga jail sama seperti sekarang ini.
"Jangan cuek-cuek."

"Gue cuek? Sama?" Tanya Varo menunjuk dirinya sendiri.

"Nira."

"Emang lo yang  miror, tuh Naura lo mau kemanain."

"Gue tahu apa yang harus gue lakuin."
"Dan lo harus tahu apa yang harus lo lakuin." Sambung Naufal dengan menepuk bahu Varo.

"Gue juga tahu apa yang hati gue mau." Balas Varo.
_____________________
pencet bintang di bawah.
komen sebanyak-banyaknya yuhuuuu
Gimana dengan Varo?




Ulfa Tusyaidah Arifin
30 agustus 2020

ALVARO (On Going)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang