Jam menunjukkan pukul 8 malam.
Setelah mengantar Ifah pulang, Varo terlebih dahulu menahan tangan Ifah ketika gadis itu hendak mau turun dari mobil.
"Kenapa, kak?"
"Fah, lo suka sama bonekanya?"
Ifah menganggukkan kepalanya mantap.
"Aku suka banget, kak. Kan, aku emang suka boneka panda.""Nanti bawah yah di puncak."
"Boleh?"
"Boleh, Fah. Gue malah seneng kalo lo mau bawah kemanapun lo pergi."
Ifah tersenyum memeluk boneka panda berukuran sedang itu.
"Makasih yah, Kak Varo.""Sama-sama, Fah. Udah sana lo masuk. Langsung istirahat." Ucap Varo mengusap rambut panjang milik Ifah.
Ifah yang diperlukan seperti itu jadi menahan nafas, kakinya tiba-tiba lemas tak mau keluar dari mobil.
"Kenapa, Fah?"
Ifah tersentak dan buru-buru mengubah posisi duduknya. Ia jadi sering gugup berhadapan dengan Varo.
"Gapapa, Kak. Ini aku mau turun tapi mobilnya ke kunci."Varo mengernyitkan keningnya lalu menoleh pada tangan kanannya.
"Fah, mobilnya gak ke kunci."Ais! Gara-gara grogi didepan Varo. Ifah jadi tidak bisa membuka pintu mobil.
"Susah yah dibuka?" Tanya Varo.
Varo memajukan badannya berniat membantu Ifah membuka pintu. Hal itu justru membuat mata Ifah terbelalak.
Astagfirullah.
Ifah membatin seketika melihat wajah Varo yang sangat dekat.
Glek!
Salivanya susah patah tertelan.
"Udah, Fah." Ucap Varo ketika pintu mobil sudah terbuka sedikit.
"M-makasih, Kak."
Sungguh, Ifah tidak mau lagi melihat wajah Varo yang dekat seperti tadi. Jantungnya seperti mendadak berhenti.
Varo menatap heran gerak-gerik Ifah yang berbeda dari menit sebelumnya.
"Kenapa, Fah?""Kebelet pipis, Kak."
Tuhkan! Ifah jadi berbohong.
"Bisa jalan?"
Aduh! Pertanyaan apalagi ini.
"Bisa, kok. Ini aku mau turun."
Ifah buru-buru keluar dari mobil dengan nafas yang tertahan sedikit. Kemudian berbalik badan melihat Varo yang sudah tersenyum di dalam mobil.
Iya, yah. Kak Varo emang ganteng banget. Monolog Ifah dalam hati.
"Lo gak mau ucapin hati-hati buat gue, Fah?"
"A-aku mau ucapin kok, Kak."
Varo tersenyum dan menaikkan kedua keningnya tanda menunggu Ifah mengucapkan hati-hati.
Ifah menelan salivanya pelan-pelan, lalu menghembuskan nafasnya.
"Kak Varo hati-hati, yah. Jangan ngebut-ngebut, udah malam soalnya. Makasih juga udah anterin aku pulang."Varo yang di dalam mobil jadi tersenyum memperlihatkan giginya.
"Iya, Ifah. Gue copy.""Iya, Kak."
"Yaudah, sana masuk. Nanti masuk angin kelamaan diluar."
"Mau lihat Kak Varo pulang dulu."
"Mau lihat gue pulang dulu, atau masih mau sama-sama gue dulu, Fah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
ALVARO (On Going)
Teen Fiction[ANTI PLAGIAT]🚫 𝐀𝐥𝐯𝐚𝐫𝐨 𝐏𝐫𝐚𝐭𝐚𝐦𝐚 𝐏𝐮𝐭𝐫𝐚. Anak dari pemilik PT. Pratama Tambang yang memiliki cabang diseluruh pelosok Indonesia. Lelaki tampan yang tidak suka ketika ada perempuan yang mengejar laki-laki. Ia tidak pernah membuka hati...