[2] Black List

273 56 2
                                    

Sebuah lembaran kertas ia terima dengan tangan yang sudah panas dingin. Jantungnya dari tadi terus berdetak kencang saat mendengar namanya di panggil di ruang bimbingan konseling lewat speaker sekolah.

Pelan-pelan ia membacanya, berharap kertas itu bukanlah kertas yang membawa berita buruk.

"Apa maksudnya Bu?" tanya Cakra setelah membaca isi surat tersebut. Surat tersebut berisi sebuah pernyataan bahwa dirinya sudah masuk ke dalam daftar hitam sekolah.

Jika satu kali lagi dia membuat kesalahan, itu artinya dia benar-benar akan dikeluarkan dari sekolah ini. Jadi bisa dibilang hanya ada satu kali kesempatan dirinya bisa berada di sekolah impiannya ini.

"Tulisan itu kurang jelas?" tanya Bu Nining, selaku guru bimbingan konseling.

"Ta-tapi kenapa Bu? Apa salah saya?" tanya Cakra dengan suara yang bergetar. Mencoba untuk mencari pembelaan bahwa dirinya tidak pernah melakukan kesalahan apapun.

Bu Nining tampak merogoh saku seragamnya, mengambil handphone nya lalu mencari sebuah foto yang menjadi bukti pelanggaran Cakra yang sudah ia terima. Wanita dengan rambut bondol itu memperlihatkan foto itu ke arah Cakra. Dimana dirinya berada di dalam gambar itu dengan sebuah rokok yang ada di dalam mulutnya.

"Bukti ini sudah sangat jelas bukan? Sudah berapa kali kamu melakukan pelanggaran? Kamu pikir karena sekolah ini gratis untuk kamu, kamu bisa seenaknya melanggar tata tertib sekolah?" tegas Bu Nining.

"Mencuri jam tangan, memalak orang, merokok, besok apa lagi? Itu sudah keterlaluan Cakra. "

"Bu, saya tidak pernah melakukan itu. Itu semua cuman fitnah. Rio dan kawan-kawannya mencoba untuk menjebak saya." balas Cakra mencoba mencari pembelaan.

Tetapi percuma saja dia menjelaskan panjang lebar, Bu Nining adalah Bu Nining, yang tidak akan pernah mempercayai nya. Entah kenapa? Ia juga tidak tau kenapa wanita itu selalu membela yang salah. Dia tidak pernah mendapatkan keadilan di sini.

"Saya tidak pernah melakukan itu Bu!"

"Apa seorang pencuri akan mengaku kalo dirinya mencuri?" tanya Bu Nining dengan tatapan tajamnya.

Sudah ia duga kata apa yang akan muncul dari wanita itu setelah mendengar penjelasan darinya. Itu adalah kalimat andalannya yang mampu membuatnya menutup mulut, tidak berani untuk berbuat apa-apa selain menerima hukuman yang akan ia terima nantinya.

"Besok kamu diskors, tidak boleh mengikuti pembelajaran selama tiga hari."

Tidak masalah dia akan diskors atau dihukum seberat apapun itu asalkan tidak dikeluarkan dari sekolah ini. Sejak dulu dia selalu mengidam-idamkan sekolahan ini. Selain beaya nya yang tidak memberatkannya karena sekolah ini adalah sekolah yang menganut sistem beasiswa. Ada seleksi test uji masuk, jika lolos maka anak itu mendapatkan keringanan.

Sekolah itu juga memiliki banyak ekstrakurikuler. Seperti eskul musik misalnya. Dia sangat suka, walaupun ia tidak bisa masuk eskul itu tetapi OSIS selalu mengadakan event atau kegiatan yang akan diikuti oleh anggota eskul masing-masing. Jadi dia bisa melihat dan mendengarkan betapa kerennya mereka saat berada di atas panggung.

Ia tidak bisa membayangkan bagaimana jika dia dikeluarkan dari sekolah impiannya hanya karena orang yang bukan siapa-siapanya.

Mencoba memberanikan diri dia berjalan ke arah kelasnya sambil meremas kertas yang ia terima dari ruang BK tadi. Karena ini adalah jam istirahat jadi tidak ada guru di dalam kelas.

Dia berjalan ke arah Rio dan kedua temannya yaitu Fadly dan Gilang yang sedang memainkan kartu remi poker di meja pojok.

"Rio, saya ingin bicara denganmu!"

Fight Or DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang