[9] Etika Diatas Jabatan

65 11 1
                                    

"Woi Cakar!" Oscar melambaikan tangannya ke arah Cakra yang masih mematung di tempat. Laki-laki itu langsung menghampirinya.

Cakra menoleh menatap orang yang tampak asing di matanya. Dia tidak mengenalnya, tapi dia sempat tau kalo laki-laki itu adalah salah satu temannya Gavi. Oscar menghampirinya yang masih diam disana bersama seorang gadis yang tadi sempat bercekcok dengannya. Gadis itu juga diam, tampak kesal dengan keadaan.

"Lo ngapain berdiri disitu? Lo mau bantuin Cakra buat beresin makanan ini?" tanya Oscar ke arah gadis itu dengan sinis.

"Awas lo!" ancamnya sambil pergi dari hadapan mereka. Gadis itu menghentakan kakinya sebelum pergi.

Setelah kepergian gadis itu, Cakra langsung membereskan semua sisa makanan yang tumpah tadi.

"Mau gue bantuin Cak?" tawar Oscar.

"Terimakasih. Tapi gak perlu. Ini perbuatan saya," balasnya.

"Oh yaudah kalo lo nolak. Gue juga males." Oscar tampak melipat kedua tangannya ke dada.

"Terus ngapain tadi nawarin?"

"Pencitraan aja sih," balasnya.

"Kamu temannya Gavi?" tanya Cakra tidak menatap lawan bicaranya, dia masih sibuk membereskan sisa makanan dengan tangannya.

"Iya. Oscar. Panggil gue Oscar."

"Apa kamu juga bukan sekolah disini?" tanyanya.

"Iya. Gue sekelas sama Gavi. Gue cuman mau bantuin dia disini."

"Apa alasanmu?"

"Alasan apa? Emangnya lo gak dikasih tau sama Gavi tentang tujuan dia ke sekolah ini?" tanya Oscar balik.

"Kenapa kamu mau melakukan hal yang bukan urusan kamu?" tanya nya lagi. Kali ini Cakra menghadap ke arah Oscar, menatap wajahnya.

"Karena dia temen gue, dia sahabat gue."

"Kenapa kamu mau? Secara gak langsung dia menjebloskan kamu dalam masalahnya."

"Cak, menurutmu apa definisi seorang teman?" tanya Oscar yang langsung membuat Cakra menyalihkan pandangnya lagi. Menunduk dan menatap sisa makanan yang belum di bersihkan.

"Saya tidak tau. Karena saya tidak pernah punya teman. Kamu bertanya di orang yang salah."

"Kalo gitu, gue kasih tau."

"Definisi teman itu adalah simbiosis mutualisme, saling melengkapi.
Contohnya kayak gue sama Gavi. Dia kaya, dan gue miskin. Dan dia gak pernah tuh bedain derajat kita. Malahan dia selalu bantuin gue waktu gue lagi butuh duit. Dan sebaliknya, kalo dia ada masalah, itu juga jadi masalah gue Cak. Walaupun kita bukan siapa-siapa."

Cakra terdiam mendengar jawaban yang diberikan oleh Oscar. Benar, teman adalah dia yang selalu melengkapi. Namun apakah ada orang yang tulus seperti itu? Nyatanya dia hanya menemukan orang-orang yang selalu membutuhkan bantuannya namun tidak mau membantunya balik. Dia tidak tau rasanya punya teman. Karena sejak 8 tahun dia tidak pernah memilikinya. Padahal memiliki teman  adalah impian terbesarnya. Namun, dia tidak pernah mendapatkannya. Entah karena dia miskin, jadi mereka takut dia akan menjadi bebannya. Atau mungkin karena dia sendiri yang terlalu kaku untuk berteman.

Fight Or DieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang