[WY] 01. Tangisan Seorang Pelukis

1.1K 82 16
                                    

Di dalam rumah yang nampak terbengkalai, terdapat sosok pria berpakaian serba hitam dengan topeng yang menutupi wajah, berjalan pelan mendekati kursi; tempat seorang wanita malang yang sedang terikat, tangannya menggenggam pisau tajam yang mengkilat karena baru saja diasah.


Namanya Kim. Kim dikenal dan ditakuti oleh semua orang karena lelaki itu sangat kejam dan juga brutal dalam membunuh. Sosok pembunuh yang cerdik, hingga polisi saja tidak bisa menangkapnya. Padahal, dia selalu berkeliaran di mana saja.

Kim menatap lama wajah wanita cantik itu. Berkulit putih, rambut pendek sebahu dan mata hitam bulat yang indah dipandang lama-lama. Segera, Kim melepas kain yang menutupi bibir mungil wanita tersebut.

"K-ka-kamu siapa?! Kenapa kamu culik aku?!" Wanita itu bertanya dengan suara terbata, ditatapnya wajah Kim yang tertutup oleh topeng.

Di balik topengnya dia tertawa, menertawai kebodohan wanita yang ada di hadapannya.

"Kamu ingin tau siapa namaku? Baiklah, mari kita berkenalan sejenak, cantik. Namaku adalah Kim Maheswara Robbert. Ah, sepertinya nama itu terlalu panjang, kamu bisa memanggilku 'Kim'," ucapnya, memperkenalkan diri sambil berjalan memutari si wanita.

Mata wanita itu lantas membelalak tatkala mengetahui jika lelaki yang sudah menculiknya itu bernama Kim. Seorang pembunuh berantai yang begitu keji dan tidak mengenal ampun. Itu berarti masa hidupnya akan segera berakhir hari ini.

"Toloooong!! Tolong akuuu!!" Tidak ada pilihan lain selain berteriak meminta tolong. Si wanita berharap ada seseorang yang bisa menyelamatkannya dari orang yang menjelma sebagai malaikat maut.

Kim menghentikan langkah putarannya tepat di hadapan wanita tersebut. "Kamu berisik sekali, Honey. O'iya, boleh aku tau siapa namamu?" tanya Kim dengan suara lembut, namun justru membuat gadis yang ada di hadapannya ini merinding.

"Alena," jawab wanita itu pelan.

"Baiklah, kurasa sudah cukup sampai disini perkenalan kita. Namaku Kim dan kamu Alena."

"A-apa aku boleh pulang, Kim? Ma-ma pasti mengkhawatirkanku." Sungguh pertanyaan bodoh! Mana bisa Kim melepaskan korbannya dengan begitu saja. Walaupun dia kabur, Kim akan dengan sangat cepat kembali menangkapnya.

Kim tergelak keras mendengar perkataan tersebut. "Pulang? Kamu ingin pulang? Baiklah, kamu akan segera kupulangkan," imbuh Kim, tentu saja dengan maksud dan arti yang berbeda.

"Sebelum pulang, bagaimana jika kita bermain-main sebentar? Sudah lama sekali aku ingin bermain denganmu." Jangan tergiur, karena itu salah satu tipu dayanya sebelum mengirimkan korban ke sisi Tuhan. Jika meng'iya'kan, maka bersiaplah mengikuti permainan gilanya.

"B-bermain apa? Bukankah di sini tidak ada—"

"Kamu suka melukis, 'kan? Aku mengetahuinya dari akun social media-mu," potong Kim sebelum dia beranjak pergi dan mengambil sebuah kanvas yang sudah dia sediakan.

"Ya, aku suka." Rasa takut yang sempat menyelimuti Alena perlahan sirna, pikiran negatif yang tadi bersarang dalam otaknya hilang begitu saja ketika mendengar hal-hal yang berkaitan dengan hobinya.

"Aku juga suka, jadi bagaimana jika kita melukis? Ah, tidak. Maksudku, kamu cukup diam melihatku melukis, akan kutunjukan kemampuanku padamu."

Safety or DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang