[WY] 11. Bertemu si Penyelamat

290 28 11
                                    

Hampir empat belas hari Licia dirawat, sekarang gadis itu sudah diperbolehkan untuk pulang. Selama Licia di rumah sakit, Zayn dan Martin selalu setia menemani dan merawatnya dengan baik hingga saat ini. Begitupun dengan Tristan, Tristan akan menemani Licia; menggantikan Zayn juga Martin ketika dua lelaki itu sedang ada urusan.

Masalah biaya rumah sakit sudah ditanggung oleh seseorang, namun Zayn dan Martin enggan menjawab, sehingga Licia dibuat penasaran sekaligus tidak enak pada orang itu. Ia ingin mengganti uangnya, akan tetapi Zayn menyuruhnya untuk tetap santai tanpa merasa tidak enak hati.

Tiba di depan sebuah rumah yang memiliki satu lantai namun terlihat begitu luas dan lumayan megah, Zayn mendorong kursi roda Licia dan membawa gadis itu masuk. Martin mengekori dari belakang. Sudah hampir dua minggu ini Martin belum menunjukan rupa aslinya pada Licia.

"Zayn, ini-"

"Welcome to my house, Lici. Mulai sekarang lo akan tinggal di sini." Zayn buru-buru menyela, memberi jawaban. Seolah tahu apa yang akan ditanyakan oleh gadis itu.

"Tinggal di sini? Tapi-"

"Di rumah ini ada orang yang lagi nunggu lo, Lici. Ayo kita temui dia." Lagi, Zayn menyela. Dia membawa Licia ke ruang tengah, dimana ada empat lelaki tampan yang sedang duduk manis sembari merokok tengah menunggu kedatangan gadis itu. Keempat lelaki tersebut sama-sama mengenakan baju berwarna hitam.

Tubuh Licia menegang ketika sudah berada satu ruangan dengan keempat lelaki itu, dia langsung disambut dengan tatapan tidak bersahabat yang membuatnya takut dan gugup.

"Licia, ini mereka yang mau ketemu sama lo," ujar Zayn, dia berdiri di samping Licia. Gadis itu mendongak, Zayn memberikan senyuman yang menenangkan. Sementara Martin hanya melirik sekilas lalu mendaratkan bokong di sofa.

"Kenalin diri lo pada sama dia," titah Zayn.

"Gue Reja." Dimulai dari ujung sebelah kiri, si lelaki yang memakai kalung berbandul tengkorak memperkenalkan diri. Kemudian dilanjut oleh lelaki yang berada disebelahnya.

"Rafael," ujar lelaki yang memakai gelang bergambar tengkorak, lelaki itu sedikit cuek. Walau begitu tatapan matanya yang tajam tidak beralih sedikitpun dari Licia. Seolah sedang menganalisa.

"Gue Rivaldo, panggil aja A'a Rival. Yang paling ganteng di rumah ini, ya, cuma gue." Lelaki di sebelah Rafael memperkenalkan diri, dia memang agak narsis dan memiliki tingkat kepercayaan diri yang tinggi. Berkat kenarsisannya, Rivaldo kerap dijadikan mangsa untuk dihujat oleh sang adik; Zayn.

Ketiga orang sudah memperkenalkan diri, namun si lelaki berkacamata yang berada di sebelah Rivaldo hanya diam. Dia tidak minat untuk memberitahu siapa namanya. Licia pun tidak memiliki keinginan untuk bertanya, gadis itu hanya menginginkan satu hal. Pulang.

"Salam kenal semuanya, aku Licia. Ngomong-ngomong, kenapa kalian mau ketemu sama aku?"

++++++

"Kami tidak bisa melanjutkan pencarian anak Bapak dan Ibu lagi. Kami rasa pencarian ini harus segera diakhiri sekarang." Seorang polisi berbadan tinggi dan kekar berucap pada kedua orang tua Licia, mereka sedang berbicara di kediaman gadis itu.

Ada alasan mengapa polisi ingin mengakhiri pencarian Licia, selain menduga Licia sudah tewas; sama seperti kejadian sebelumnya, anggota tim kepolisian pun telah kehilangan dua rekannya sewaktu mencari gadis itu ke sekitar hutan.

Ini seperti sebuah peringatan yang tidak boleh diabaikan, sebelum si pria bertopeng membantai seluruh tim mereka.

"Kenapa harus diakhiri? Ini 'kan tugas kalian semua, kasusnya pun tidak berat, saya hanya ingin kalian mencari anak saya, itu saja. Kalau kerja yang becus, dong, Pak! Jangan-jangan kalian seperti ini juga, ya, kalau ada kasus lain?" Edgar angkat suara, sedikit menyindir diakhir. Hanya masalah ini pun mereka angkat tangan, sebenarnya mereka polisi sungguhan apa gadungan, sih?

Safety or DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang