[WY] 23. Dibayangi Ancaman

67 9 0
                                    

Sudah hampir tengah malam, tetapi Licia masih belum juga bisa memejamkan kedua mata. Rasa takut semakin menggerogoti jiwanya, takut terhadap desiran lembut yang seolah-olah merayap dari setiap sudut ruangan.

Di luar jendela, hujan masih turun dengan deras; sangat awet. Menciptakan pola yang membingungkan di kaca dan menggambar siluet-siluet yang tampaknya bergerak.

Setiap guntur yang menggelegar dan kilat yang menerangi langit malam menambah ketegangan, seolah-olah langit pun merasa ketakutan yang sama. Licia menggigil, menyelubungi dirinya dengan selimut, mencoba melawan rasa dingin yang merayap ke tulang-tulangnya. beberapa kali juga Licia mengubah posisi tidur.

Meskipun lampu kamar menyala, bayangan gelap seolah menari di sudut ruangan, dan suara samar dari luar terasa seperti bisikan yang menghantui, mengingatkannya pada kejadian malam itu yang tak akan pernah bisa dia lupakan.

Ponsel Licia yang diletakan tidak jauh dari tempat dia berbaring, bergetar; berkali-kali. Berhasil membuatnya terkejut. Segera gadis itu raih ponsel miliknya, di layar ada pesan baru dari nomor yang tidak dia kenal. Nomor asing tersebut mengirimkan beberapa gambar.

Licia mengerutkan dahi, sedikit bingung namun merasa penasaran, dengan cepat ia membuka pesan itu. Begitu gambar muncul di layar, jantung Licia langsung berdebar kencang sebab foto dalam pesan tersebut menampilkan dirinya di dalam kamar yang sama—berbaring di sisi ranjang sembari memeluk sebuah boneka.

Itu posisi dia beberapa menit yang lalu.

Detailnya sangat jelas, dari selimut yang bermotif bunga hingga lampu meja yang memancarkan cahaya lembut. Bahkan posisi dan pakaian yang ia kenakan tepat seperti yang terlihat dalam foto.

Kemudian Licia menggulir beberapa gambar selanjutnya, dimana digambar itu terlihat dirinya baru saja keluar dari kamar mandi, duduk di depan meja belajar, dan terakhir sedang meringkuk di tengah ranjang.

Licia merasakan darahnya berpacu dengan cepat. Bagaimana mungkin seseorang bisa memotret dirinya dengan akurat dalam kamar pribadi tanpa ia sadari?

Ia segera duduk, menatap sekeliling kamar dengan panik; mencari tanda-tanda keberadaan orang lain. Akan tetapi, kamar itu tampak tidak ada yang aneh dan tidak ada tanda bahwa seseorang baru saja berada di sana.

Dengan cepat, Licia membuka kembali pesan tersebut, berharap ada informasi lebih lanjut tentang pengirimnya. Namun, tidak ada pesan tambahan—hanya gambar itu saja yang tampak menatap balik kepadanya dengan dingin.

Keingin tahuan berubah menjadi kecemasan saat ia menyadari bahwa ini bukan hanya sekadar lelucon. Pikiran Licia mulai dipenuhi berbagai pertanyaan.

Siapa yang bisa memiliki akses ke ruang pribadinya? Bagaimana mereka bisa mengambil foto tanpa terdeteksi? Mungkinkah ini ulah si pria bertopeng? Tetapi, sejak kapan dia masuk ke dalam kamar?

Rasa cemas semakin menyelimuti, membuatnya berpikir tentang kemungkinan bahwa ia sedang diawasi dan kini ia harus menghadapi kenyataan bahwa privasinya telah dilanggar.

Ponsel Licia kembali bergetar. Kali ini seseorang yang menggunakan nomor asing tersebut mengirimkan gambar dengan pesan teks setelahnya.

+62 888+++...
Mencari sesuatu, Fixie?

Melihat gambar dirinya yang sedang kebingungan, ditambah panggilan asing yang diberikan oleh sosok tidak dia ketahui membuatnya semakin ketakutan. Walau begitu, ia harus segera memberitahu kedua orang tuanya, supaya mereka bisa melaporkan kejadian ini pada pihak yang berwajib.

Bangkit dari kasur dan segera beranjak menuju pintu kamar, ponsel Licia kembali bergetar. Lagi, itu pesan teks dan gambar yang dilampirkan. Dimana Licia sedang memegang gagang pintu.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 23 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Safety or DeathTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang