Suka banget sama little interaksi joy sama taemin, dan karna ada yg request juga jadilah ff ini semoga kalian sukak ya 💚
.
.
.
.
."Taemin."
Taemin tahu kalau joy punya problematika tidur yang tidak jelas dan kacau. Seperti mendadak sulit tidur yang berujung membuat ranjang mereka ikut bergerak tiap beberapa menit sekali karena joy sibuk mencari posisi tidur nyaman. Menghadap kiri, menghadap kanan. Telentang rapih mengikuti posisi tidur ideal atau seenaknya dengan kaki menindih kaki taemin di bawah selimut yang setengah tersingkap. Telungkup, lalu kembali ke posisi telentang karena dada yang tertekan berat tubuh membuatnya sesak. Dalam pejamnya, taemin akan menahan egonya yang berteriak memprotes dan mendumel, menunggu joy tidur di bawah iluminasi cahaya yang remang, di balik selimut yang tidak pernah mencapai pinggangnya. Taemin akan menariknya ke atas, menangkal dingin yang menyusup ke permukaan kulit perempuan itu.
"Taemin."
Ada satu lagi problematika tidur yang tidak kalah kacaunya. Joy akan mendadak bangun pukul dua pagi untuk mengetes suku kata di atas lidahnya. Seperti memastikan apakah nyawa taemin masih terkumpul di detik itu, lalu ia bakal mendistorsi pikiran setengah sadarnya dengan pertanyaan acak yang muncul di otak. Lama-lama joy seperti tumpukan buku tebal yang menunggu dibaca, kamu akan merasa bersalah dan gatal ingin membuka halaman demi halamannya dan cepat-cepat menyelesaikannya. Taemin akan mendesah resah sebelum melempar respon.
Taemin tidak ingin protes, tidak akan.
Ada jeda sepuluh detik sebelum ia menyahut untuk beranjak dari kesunyian pukul dua pagi yang hanya diisi oleh deru napasnya dan joy, suara detak jarum jam di atas nakas, dan sesekali suara mesin kendaraan yang melaju kencang di kejauhan. "Hm?"
Ranjang bergerak, joy mengubah posisinya. Taemin menebak posisi joy dengan mata yang masih terpejam. "Masih bangun?"
"Hn." Suara joy jadi lebih dekat, tebakannya tepat. Joy menghadap ke arahnya.
Joy mendesis di balik suara pasrahnya. Pasrah tidak bisa tidur, mungkin. "Hn itu bangun atau enggak?"
"Coba tebak."
"Kamu masih bangun." Joy berkata begitu (lebih tepatnya, dia dibangunkan, bukan masih bangun), selimutnya dia singkap dan jemarinya menggapai lengan taemin yang ditaruh di atas perutnya. Menggambar-gambar pola acak di atas kulitnya yang tidak disaput baju tidur. Meninggalkan goresan-goresan tipis di bawah kuku telunjuknya yang runcing.
"Taemin."
"Hm?"
Bahkan dalam kesadarannya yang hanya tertuang setengahnya, taemin bisa tahu joy menarik napas panjang. Bilangan jeda terkumpul, dan berakhir saat kata-kata ini dilayangkan, "Kenapa lantai di kamar mandi dingin, tapi karpet rasanya hangat? Bikin jadi malas mandi."
"Jorok."
"Kasar sekali." Telunjuk joy menggores kasar permukaan kulitnya, mencakar. Kesadaran taemin naik sedikit. "Jadi, kenapa? Temperaturnya beda, ya?"
Ini sudah terjadi ratusan kali, kalau taemin melakukan kalkulasi kasar. Ini mekanismenya dalam menghadapi problematika tidur yang tak kunjung selesai di malam-malam pikirannya mendadak disesaki beragam persoalan, meminta untuk disemburkan lewat kata-kata. Joy akan membombardirnya dengan pertanyaan serius sampai pertanyaan sampah seperti apakah kecoak bisa muntah atau kecoak bisa merasa kesakitan saat dipukul. Dia akan mendesak taemin, meminta taemin untuk menemaninya terjaga, dan minta maaf sekaligus berterima kasih di pagi harinya karena sudah mau mendengarkannya.

KAMU SEDANG MEMBACA
joy in the house
Aléatoirejoy×boys cerita joy dengan para bujang . . . . random storiette oneshoot twoshoot