Beberapa hari sejak kejadian itu, mingyu tidak pernah hadir di kantornya. Seolah dia menghilang begitu saja tanpa jejak ataupun alasan yang jelas. Kabar menghilangnya mingyu kim menjadi topik pembicaraan hangat oleh hampir seluruh karyawan di perusahaan sooyoung di setiap kesempatan yang ada. Terutama setelah mendengar rumor bahwa mingyu memiliki hubungan spesial pada CEO mereka. Entah dari mana rumor itu berawal, yang jelas orang-orang mulai membuat spekulasi mereka sendiri tanpa ada konfirmasi dan mempercayainya begitu saja.
Namun, sooyoung park tetap tidak peduli. Dia membiarkan seluruh kabar angin beredar dan tetap bungkam. Mengabaikan tanda tanya di ekspresi para karyawan setiap melihatnya tapi tidak berani maju untuk membuka mulutnya.
Tentu saja. Lagipula siapa orang bodoh yang berani menanyakan hal sensitif dan pribadi seperti itu langsung pada bos mereka sendiri? Di sisi lain tanpa sepengetahuan siapapun, sooyoung telah menyiapkan surat pemecatan untuk mingyu yang tadinya akan dia berikan setelah mereka bertemu kembali. Entah mengapa sooyoung masih berpikir pria brengsek itu masih memiliki nyali untuk datang ke kantornya setelah semua yang dia lakukan.
sooyoung terus menunggu dan menunggu… tapi batang hidung mingyu belum terlihat sedikitpun hingga sekarang.
Ya. Tidak masalah. Justru bagus, bukan?
sooyoung tidak perlu melihat wajah pria yang dibencinya lagi.
Untiuk ke sekian kalinya, sooyoung melihat amplop putih bersih di dalam lacinya. Dia memejamkan kedua matanya sebelum mendorong laci itu kembali. Mungkin cepat atau lambat dia perlu membuang amplop itu jika mingyu benar-benar tidak akan muncul lagi di hadapannya. sooyoung membuka mulutnya dan menarik napas dalam sebelum tersenyum tipis di balik kedua tangannya yang bertaut.
Baguslah.
mingyu masih tahu pilihan terbaik untuk mereka berdua.
Walau begitu… benarkah ini akhir yang terbaik?
Tidak. Masih ada satu misteri lagi.
Ekspresi sooyoung kembali mengeras dan dia membuka kedua matanya. Mencari dokumen yang dia pisahkan dari dokumen lainnya karena memiliki kadar kepentingan yang berbeda. Di antara tumpukan itu ada surat persetujuan pertama yang telah dia tanda tangani dengan bodoh, begitu pula surat kedua yang waktu itu sooyoung sadari masih ada di atas meja saat terakhir kali dia menginap di apartemen mingyu .
Untuk surat pertama yang hanya salinan bisa sooyoung mengerti, tapi surat yang kedua seharusnya belum sampai di perusahaan licik itu, 'kan? Ataukah mingyu sudah membuat salinannya yang dia berikan pada perusahaan itu sehingga dia merasa tidak perlu membawa yang asli? Tapi kapan dia melakukannya? Saat dia masih tidur? sooyoung berpikir keras memikirkan segala kemungkinan yang ada namun enggan mendatangi langsung perusahaan sialan tersebut untuk bertanya.
Dan yang lebih aneh lagi adalah… sudah mau dua minggu berlalu dan masih tidak ada tindakan dari perusahaan yang ingin 'kerja sama' dengan sooyoung itu. Tentu saja sooyoung bersyukur tapi di sisi lain, dia semakin heran. mingyu bersikeras meminta tanda tangannya saat itu karena dia dikejar waktu, 'kan? Lalu kenapa dan untuk apa mereka mengulur waktu kembali?
Jika alasan mingyu menghilang karena tugasnya sudah selesai dan perusahaan itu segera menghubunginya, maka sooyoung tidak akan menyelidikinya lebih jauh.
Hanya saja, ini sudah terlalu lama.
Apakah mereka jadi lengah karena merasa menang telah mendapatkan sooyoung park ?
Suara pintu yang dibuka membuat lamunan sooyoung pecah. sooyoung hampir memasukkan surat-surat penting itu ke dalam laci lagi saat dia melihat siapa yang baru masuk ruangannya, "sooyoung -sama, saya telah mendatangi perusahaan itu seperti yang anda minta," ekspresi sooyoung langsung tegang dan seluruh organ tubuhnya terasa berhenti, "saya masih belum dijelaskan alasan pastinya dan mereka bilang akan mengirimkan surat pernyataan baru melalui email. Karena itu, saya tidak memiliki pilihan selain kembali sekarang dan menyampaikan pesan pada anda."
KAMU SEDANG MEMBACA
joy in the house
De Todojoy×boys cerita joy dengan para bujang . . . . random storiette oneshoot twoshoot