"...Siapa namamu?"
Rasanya seperti baru saja kemarin mingyu kim mendengar pertanyaan itu. Wanita cantik yang sedikit lebih pendek dari mingyu tersebut menatapnya penuh curiga dengan dua alis mengernyit dalam. Berusaha memberi jarak di antara mereka dan menatapnya rendah karena level yang jelas jauh berbeda.
Pandangan tajam dan menilai itu membuat mingyu yakin dia akan melewati waktu cukup panjang jika ingin mendapat kepercayaan dari calon atasan barunya tersebut. Walau begitu, berusaha menunjukkan sisi profesionalnya sebagai kepala marketing berpengalaman, mingyu memasang senyuman tipisnya.
"Namaku—"
Tapi, siapa sangka...
"Kim...m!"
...di sini mereka sekarang.
Desahan sooyoung park menggema di ruang makan. Piring-piring kotor bekas mereka makan masih tergeletak tanpa suara di atas meja, sesekali bergetar seakan ada gempa bumi di sekitarnya. Belum sempat diangkat karena dua insan di sana kembali bergumul melupakan mereka. Kesepuluh jari sooyoung menekuk di pinggir meja. Berusaha menahan tubuhnya untuk tidak menghentak terlalu keras karena dorongan dari pria di belakangnya yang tidak bisa sabar menyentuh tubuhnya lagi untuk ke sekian kalinya.
Tentu saja ini bukan pertama kali. sooyoung bahkan sudah kehilangan hitungan berapa kali mereka melakukannya. Menggertakkan giginya sendiri, sooyoung bisa merasakan mingyu menggigit bagian belakang lehernya meninggalkan tanda di sana. Bibir lembutnya kembali turun menelusuri lekuk leher sooyoung dan sesekali menciumnya atau hanya diam di sana sementara tubuh bawahnya terus bergerak. Mencari titik di dalam sooyoung yang bisa membuatnya semakin sempit menjepit miiliknya dengan kuat.
"Sebentar lagi... sooyounghng."
"Ah! Akh—" sooyoung reflek mencakar meja sebelum berusaha menutup mulutnya sendiri. mingyu kembali mendorongnya dengan kuat dan kasar hingga sooyoung reflek membuka mulutnya tanpa bisa mengeluarkan suaranya yang tertahan. mingyu masih memejamkan kedua matanya erat dan menggertakkan giginya. Tangannya yang besar reflek mengeratkan genggamannya, dia yakin ini pasti meninggalkan bekas di pinggang ramping sooyoung.
Kedua kaki sooyoung terbuka saat mingyu terus mendorongnya. Dia bisa merasakan cairan mingyu sebagian keluar membasahi bagian selangkangannya, turun melewati paha kakinya yang bergetar. Ujung kaki sooyoung hampir tidak menyentuh lantai karena mingyu menahan sisi-sisi pinggangnya, sedikit mengangkatnya memastikan spermanya masuk semakin dalam meski dia tidak bisa menghentikan sebagian yang keluar dari lubang kekasihnya itu.
mingyu baru mendesah lega setelah dia merasa telah mengeluarkan semuanya. Dia melihat sooyoung yang kini mengatur napasnya dengan menyembuyikan wajahnya di atas meja. Bagian payudara dan belakang lehernya yang penuh bercak merah dan bekas gigitan itu terlihat jelas bersama keringat yang membuat kulitnya semakin mengkilap. Rambut hitamnya yang panjang juga terlihat basah karena keringat. mingyu mengatur napasnya sebelum turun lalu mencium leher putih itu sembari menyelipkan tangannya pada dada sooyoung yang langsung tersentak kaget karena sentuhannya.
Memijat dada sooyoung dengan lembut bermaksud menenangkan tubuhnya, mingyu menggerakkan jari-jari dan telapak tangannya yang terlatih. sooyoung sedikit melenguh dan mendesah lagi ketika jari mingyu mulai mencubit dan memelintir nipple-nya yang telah memerah. sooyoung menyadari mingyu telah sibuk mencium bagian belakang kepalanya sebelum turun dan menggigit cuping telinganya. sooyoung merintih sebelum menoleh pelan, mencari wajah mingyu untuk mempertemukan bibir mereka.
mingyu menurut dan mengikuti gestur atasannya. Tanpa melepaskan penyatuan tubuh mereka dan tetap menggerakkan tangannya, mingyu menerima bibir sooyoung dan langsung melumatnya. Tautan alis sooyoung langsung pecah begitu mingyu kembali mendominasinya dengan mudah. Kepalanya terasa pegal karena terus menoleh, namun dia sendiri tidak bisa benar-benar menarik dirinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
joy in the house
Randomjoy×boys cerita joy dengan para bujang . . . . random storiette oneshoot twoshoot