Lost Him, She Takes

1K 323 32
                                    

CHAPTER O4 | LOST HIM, SHE TAKES

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER O4 | LOST HIM, SHE TAKES

🦊🐻

Han Jeonin—nama wanita si pemilik penginapan itu. Dari rupanya, terlihat seusia dengan Hyorim; pastilah sudah menikah dan memiliki anak juga. Tapi melihat penginapan itu, tak berpenghuni dan tak terurus. Jeonin mengurus semuanya sendirian? Di mana keluarganya?

"Kalian tak perlu membayar. Fasilitas di sini sudah tidak sebagus sebelumnya. Aku mengijinkan kalian tinggal sebagai bentuk belas kasihku saja," tutur Jeonin menjelaskan apa adanya, sempat pula sebentar mengajak Hyorim sedikit berkeliling untuk mengecek toilet dan dapur yang memang sudah lama tak dijamah.

"Tidak perlu membayar?"

"Aku juga tidak punya karyawan yang akan melayani kalian seperti seharusnya. Kalian harus mengurus dari kalian sendiri. Apakah ada yang kurang jelas lagi?" Jeonin berhenti di depan sebuah kamar, berbalik menghadap Hyorim. "Aku tadinya hanya mampir untuk meletakkan barangku. Setelah ini aku harus pergi mengurus sesuatu."

Hyorim mengangguk lambat. "Terima kasih."

"Kurasa hanya kalian pendatang penginapanku, jadi aku tak perlu mencemaskan apa pun lagi," tukas sang lawan, hendak memacu langkah pergi.

"Ah, maaf, Jeonin-ssi."

Jeonin berhenti, menoleh pada Hyorim.

"Apa kau punya obat demam?"

***

Sudah berlalu tiga jam sejak Hyorim dan anak-anaknya tinggal dan beristirahat di penginapan aneh itu, dengan Jeonin sang pemilik yang harus pergi meninggalkan mereka tanpa memberi pelayanan apa pun lagi setelah memberikan obat demam itu. Hyorim dan Jiyu yang menjadi oknum super repot selama hampir empat jam belakangan sebab mengurusi Yeonjun yang kondisinya tak kunjung membaik.

"Masih merasa tidak enak?" tanya Jiyu, rautnya berubah panik kala mengecek kondisi Yeonjun untuk yang kesekian kalinya dan malah menemukan kepala anak itu dibasahi keringat dingin, bahkan surai poninya sampai lepek pula. Jiyu mendesah makin kalut saat menemukan Yeonjun merespon anggukan. "Duh, kenapa? Kan sudah minum obat!" racaunya, terlihat tersiksa.

"Kenapa, Jiyu?"

Jiyu menoleh pada mama, menggeleng pasrah. "Tidak ada kemajuan. Malah dia makin berkeringat dingin."

Hyorim mendekat untuk mengusap kepala Yeonjun yang sudah berbaring di kasur itu. "Kenapa, ya?" gumamnya, merasa buruk. "Yeonjun, dengar mama?"

"Hm." Yeonjun mulai memaksa diri membuka mata dan perlahan duduk—menyadari orang-orang sekitarnya mulai resah karena keadaannya.

"Apa yang kau makan sebelum jadi begini, hm?"

"Hanya makan siang yang sama dengan punya Yeonha," jawab Yeonjun serak, Jiyu pun reflek menahannya yang tetap memaksa duduk.

"Tidur saja dulu kalau memang merasa sangat sakit!"

Yeonjun menggeleng. "Sudah tidak apa."

Di luar, Aera memekik girang pada Yeonha, sejurus kemudian kedua gadis itu melompat bersisian dengan senang. "Sinyalnya muncul! Sinyalnya muncul!"

Memang benar. Karena setelahnya dapat terdengar denting deretan notifikasi dari ponsel semuanya.

"Sudah ada sinyal, katanya," kata mama, mengusak rambut Yeonjun. "Kau lanjut tidur saja, ya. Mama mau coba menelpon Papa kalian lagi."

Anak itu akhirnya mengulum senyum, mengangguk patuh.

Tak lama sampai ponsel Jiyu berdering barbar. Buru-buru dia mengeluarkan dari saku. Itu ternyata Seokjin, kekasihnya yang sedang menelpon. "Ah, Jiyu juga harus angkat telepon, Ma," pamitnya, menahan senyum menatap mama.

Hyorim sudah paham betul arti ekspresi itu. "Hm. Cepat sana." Memandangi Jiyu menjauh cepat, Hyorim mulai membantu Yeonjun membenarkan posisi dan menyelimutinya kembali. Tegak kemudian, hendak ikut pergi. "Yeonjun, kalau butuh sesuatu, panggil siapa saja, okay?"

***

Selama satu jam itu, semuanya sudah sibuk dengan kegiatan masing-masing, seperti mama yang langsung repot menyiapkan makan malam di dapur, Jiyu yang masih tertawa-tawa dengan telpon bersama Seokjin, serta di teras yang terdapat Yeonha bermain game dan Aera belajar kimia.

Hyorim tiba-tiba saja kepikiran soal Yeonjun saat maniknya menangkap ketiga anak perempuannya sedang sibuk masing-masing di luar dan tidak ada yang di kamar. Yang artinya tidak ada yang sedang bersama Yeonjun. Menjeda acara memotong bawang yang dia bawa dari rumah, Hyorim berlalu mencuci kedua tangan dan mengeringkan singkat. Dia merasa perlu untuk memeriksa kondisi Yeonjun lagi.

"Yeonjun?" panggilnya kala nyaris mencapai pintu kamar. Lantas membuka pintu. "Yeonjun?" nada panggilnya menaik, rautnya berubah bingung mendapati kamar itu kosong dan selimut yang sudah tersibak berantakan. Oh, anak itu sudah bangun?

"Yeonjun, kau di dalam?" Hyorim beralih ke toilet, mengetuk pintunya dua kali, kemudian mendapati pintu itu terdorong dan terbuka ringan. Yeonjun tidak ada di sana. Perasaan buruk mulai merayapi dada, dia pun berbalik ke luar kamar dengan gesit. "Yeonjun?"

"Ada apa, Ma?" Jiyu muncul di depannya, terlihat baru saja usai menyimpan ponsel ke dalam saku. "Yeonjun sudah bangun?"

"Entahlah, dia tidak ada di kamarnya! Yeonjun?!" Hyorim melengos melewati Jiyu, berlari ke luar dan menyambar Aera dan Yeonha yang masih duduk anteng di sana. "Mana Yeonjun?"

Keduanya angkat bahu. "Bukannya dari tadi tidur di kamar?"

Yeonha mengangguk setuju. "Dia tidak terlihat keluar sama sekali."

Hyorim meremat rambutnya, frustasi. Melayangkan netra ke seluruh penjuru. "YEONJUN?!"

***

DICARI ANAK HILANG, GUYS.

DICARI ANAK HILANG, GUYS

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[✓] 12 HOURS : To Bring You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang