3 AM, Seconds to The End

895 303 90
                                    

CHAPTER 11 | 3 AM, SECONDS TO THE END

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

CHAPTER 11 | 3 AM, SECONDS TO THE END

🦊🐻

Jeonin terjatuh pada lututnya, menangis tersedu-sedu. Tak jauh berbeda dengan Hyorim yang kontan melakukan hal serupa. Keduanya tak kuasa menahan tangis.

Mereka melihat semuanya. Sedetik setelah Jiyu mengucapkan nama anak-anak itu. Para ibu tersebut langsung diperlihatkan pada alur kisah dan detail kejadian pada masa lampau tersebut. 10 tahun yang lalu, ketika semua misteri itu bermula.

Ternyata begitulah ceritanya. Ternyata itulah alasannya. Ternyata itu yang mengubah sebuah penantian menjadi sebuah rasa haus yang begitu besar sampai-sampai menghendaki jiwa para anak lelaki muda tak berdosa yang menghasilkan wangi yang menarik perhatian Riry.

Ya. Hantu wanita itu menjadi penguasa hutan ini tepat ketika rasa marah dan kegembiraan sesaatnya dapat menjadi pengaruh akan suburnya tanaman yang tumbuh di hutan sana. Menipu para Molocha soal akan datangnya kemakmuran dan kelestarian hutan jikalau keinginannya akan seorang anak lelaki terpenuhi.

Egois, namun menyedihkan di saat yang bersamaan.

Terlepas dari apa pun, Riry hanyalah bentuk keputusasaan akan penantian sia-sia kedua putra, yang tak pernah sampai padanya.

Mengatur napas, menenangkan diri. Jeonin malah kembali dibuat emosional kala menemukan sebuah benda. "I-ini ... kalung Beomgyu," desisnya, cekatan membungkuk demi meraih kalung dengan liontin indah tak jauh dari kakinya. Mengeluarkan miliknya yang serupa dengan itu. Melanjutkan dengan suara sumbang, "Lihat? Ini persis, bukan? Ini adalah kalung istimewa dengan suamiku, dia memberikannya pada anak kami ketika sakit keras, sebagai tanda bahwa hanya Beomgyulah yang akan menggantikan posisi lelaki terbaik dalam hidupku."

Cerita sedih lainnya, Han Jiseung harus tutup usia tiga tahun yang lalu, tepat saat Beomgyu akan mendaftar ke SMP. Pria itu sangat menyayangi keluarganya, tak pernah sekali pun terpikir olehnya akan meninggalkan keluarga kecilnya dengan cara itu. Tidak sama sekali.

"Kecintaannya pada musik mengalir pada darah Beomgyu juga. Beomgyu kami sudah menjadi anak musik yang hebat sejak kecil, turunan dari ayahnya. Itulah kenapa liontin ini bersimbol musik," tutur Jeonin dengan suara gemetar tak kuasa menahan isak. "T-tapi ... tapi sekarang aku malah sekali lagi harus kehilangan orang itu. Lelaki yang paling berharga dalam hidupku ... Beomgyu anakku ...."

"Jeonin, sudahlah," lirih Hyorim, mengusap bahu sang lawan. "Apa kau lupa? Saat ini kita sedang mencari mereka."

"Aku adalah wanita yang sangat payah dan—"

"Sssshh, bukan." Hyorim memeluknya erat. "Kita adalah wanita hebat. Yang juga melahirkan anak-anak hebat dari rahim kita. Kita harus berusaha sampai akhir menjaga mereka, 'kan?"

Jeonin mengangguk di bahu Hyorim. Mencoba untuk setuju.

"Kita duduk dulu di sini sebentar, tenangkan diri kita. Semua yang baru saja kita lihat, pantas membuat mental kita sedikit terguncang," kata Hyorim lagi, melepas pelukan dan mengusap pipi basahnya. Menoleh pada Jiyu yang sedang mendekap Yeonha dan Aera di kiri dan kanan, menyiratkan dari matanya; semua akan baik-baik saja.

[✓] 12 HOURS : To Bring You BackTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang