Chapter 3B

44 5 0
                                    

🍁🍁🍁

"Semangatlah dalam menggapai apa yang manfaat bagimu dan mintalah pertolongan kepada Allah dan jangan bersikap lemah."

-HR. Muslim 2664-

•┈┈••••○○❁🍃🌺🍃❁○○••••┈┈•

"Kak Raffa! Tunggu aku! Iihh, Kak Raffa jalannya cepet banget. Baru semenit aja udah di depan pintu." Kakiku melangkah secara cepat, bahkan setengah berlari mengejar langkah Kak Raffa.

"Ya Allah. Kak Raffa kakinya panjang banget. Ini juga toko buku apa mall sih? Luas banget gini," kataku sambil ngos-ngosan lantaran mengejar Kak Raffa yang sudah lumayan jauh.

"Kak! Kak Raffa! Tunggu Shafi ih!" Percuma saja sebenarnya. Kak Raffa tidak akan mendengarnya karena suaraku pasti teredam oleh suara nasyid yang diputar dari speaker yang terpasang di toko buku itu.

"Kak Raf-"

Gdubrak!

"Aw!"

"Adudududuhh ... sakit sakit sakit ... Astaghfirullah ... Huufffttt ...."

Aku mengusap-usap kakiku sambil mengaduh dan berjingkrak-jingkrak layaknya anak kecil. Kakiku terkena sesuatu yang cukup keras tadi.

"Maaf, Mba. Maaf, tadi ngga sengaja," ucap seorang perempuan dengan panik. Aku masih meringis menahan sakit sambil mengusap-usapnya.

"Ngga papa, Mba. Saya yang minta maaf. Gara-gara saya ngga lihat-lihat tadi malah Mba jadi ketabrak. Duh, bukunya ada yang rusak nggak, ya?"

Aku berjongkok dan membantu perempuan di depanku mengambil bukunya yang terjatuh gara-gara kutabrak. Aku mengembalikan buku itu lalu kembali mengatakan maaf padanya. Pantas saja kakiku terasa sakit. Ternyata buku yang terjatuh dan mengenai kakiku itu cukup tebal dan hard cover. Masih beruntung kakiku tidak patah tulang jari.

"Serius nih, kaki Mba ngga papa? Kita periksa aja, ya? Takutnya patah tulang gimana?" ucap perempuan berhijab pashmina berwarna hitam lengkap dengan kacamatanya dengan penuh kekhawatiran. Aku mengatakan bahwa aku baik-baik saja dan sekaligus berpamitan padanya. Rasanya berlebihan sekali kalau sampai patah tulang. Perempuan itu menahanku dan menawarkan diri untuk membantuku berjalan ke tempat tujuan. Jelas aku menolaknya karena aku sendiri tidak tahu tempat tujuanku. Yang jelas tujuanku adalah manusia, yaitu Kak Raffa. Di mana manusia itu berada di situlah tujuanku.

Aku pun pamit lebih dulu pada wanita itu. Sampailah aku di depan eskalator setelah berjalan dengan sisa tenaga dan kekuatan yang ada. Seharusnya tadi aku menerima saja bantuan dari Mba-Mba itu. Mengitari toko buku seluas ini cukup membuat kakiku terasa bertambah sakit. Beruntung di sini tersedia eskalator yang membuatku merasa sedikit terbantu untuk naik ke lantai dua.

Setelah menaiki eskalator, akhirnya aku sampai di lantai kedua Heaven Book's. Aku mulai menjelajah lagi di antara susunan buku yang sangat tertata dengan baik. Sampailah aku di tempat buku non fiksi berjejer rapi. Aku berjalan sambil mengamati buku-buku tebal dengan mata berbinar. Tak henti-hentinya kugumamkan kalimat "MaaSyaaAllah".

"Yaa Allah, bayangin aja dulu punya perpustakaan pribadi segede ini. Bersyukur banget. Bukunya lengkap lagi," ujarku dengan girang.

"Nah, ini nih. Perempuan butuh banget ini." Aku menyentuh buku berwarna ungu muda berukuran A5 bertuliskan Fikih Wanita. Sudah lama aku menginginkan buku itu. Tapi, belum juga terbeli. Uang tabunganku selalu habis terpakai untuk hal lain. Sewaktu masih sekolah dulu, sudah nyaris terbeli tapi tiba-tiba saja ada tugas kelompok yang memang lebih membutuhkan uang banyak. Akhirnya aku menggunakan uang tersebut untuk mengerjakan tugas sekolah. Sedangkan sekarang, aku memang ada uang. Tapi uang itu kugunakan untuk persiapan wisuda sekolah tanggal 2 Mei nanti. Belum lagi ada hal lainnya yang lebih urgent.

Sedalam Makna Sujud Cintaku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang