Prolog

483 20 10
                                    

Gagal di SNMPTN dan gagal mendapat kesempatan untuk kuliah. Ini karena ulah kakakku. Ah, bukan. Ini takdir. Takdir memang suka sekali menguji kesabaran.

Aku mencoba menerima kenyataan yang perlahan terkupas oleh waktu. Semakin lama semakin tampak kebenarannya. Ya, kebenaran perlahan terbuka dengan sendirinya.

"Mana sih yang lain. Jadwal jam satu, jam setengah dua belum muncul juga. Si manis juga belum kelihatan."

"Sabar. Ntar juga dateng,"

Aku hanya menyimak pembicaraan mereka.

Di sini memang cukup sejuk, tapi kalau lama menunggu bisa-bisa lumutan. Rasanya aku ingin pulang saja. Sayangnya, aku memiliki tugas yang lebih penting. Mengingat aku salah satu panitia di acara yang akan didiskusikan.

"Fi, coba dong tanya Paketu. Jadi ngga rapatnya," ujar Chila.

"Hn? Aku?" kataku terkejut sambil menunjuk diri sendiri.

Aku? Ah, ayolah. Please! Understand me!

"Iya, kamu. Shafiyah Humaira Habibatul Ayyizzahra. Ya ampun, panjang banget namamu," jawab Chila dengan memperpanjang intonasi dalam penyebutan namaku.

Aku tidak bisa. Bagaimana cara mengawalinya? Salam? Ah, bagaimana Yaa Allah.

Jariku mulai mengutak-atik ponsel. Tapi tiba-tiba kuletakkan di meja. Mereka menatapku penuh pertanyaan "what's wrong?"

I see from their eyes. And, let's see for the next expression.

"Aku—ngga punya nomornya. Hehe ..."

See? Aku meringis kuda. Berharap mereka paham. Lagi pula memang benar, aku tidak menyimpan nomor Pak Ketua yang katanya 'manisnya melebihi fruktosa'. Suka heran, memangnya mereka pernah mencicipi rasa dari fruktosa? Sampai-sampai bisa menyimpulkan kalau 'dia' memiliki kadar kemanisan melebihi fruktosa. Ya walaupun itu benar bahwa fruktosa itu gula yang paling manis. Tapi selama aku hidup di dunia selama ini belum pernah mencicipi rasa manis dari fruktosa.

"Astaghfirullah! Nomornya Paketu aja ngga kamu simpen, Fi?!" Linda dengan ketus. Aku menggeleng santai. Apa yang salah?

"Yaa Allah! Tau, ah! Bosen liat tingkahmu," lanjut Linda yang terlihat semakin kesal padaku.

"Tidak perlu marah, ayo masuk. Udah banyak yang kumpul," kata orang dari arah belakangku dengan suara khasnya.

Aku dan yang lainnya menatap sejenak, kemudian beranjak dari kursi menuju ke dalam masjid.

Setelah masuk ke dalam, beberapa menit kemudian rapat di mulai. Kak Yusuf membukanya dengan salam kemudian langsung pada inti pembahasan. Ini yang menjadi nilai plus dari Kak Yusuf, dia tidak 'bertele-tele' dalam setiap hal. He is always to the point.

Kak Yusuf menjelaskan dengan rumus luas persegi panjang. Aku menyimaknya dengan baik. Kucatat dengan rapih di buku catatanku. Saat aku mencatat, Linda membisikkan sesuatu padaku.

"Lihat deh. Paketu perhatiin kamu terus. Ancaman nih," bisik Linda yang duduk di sebelah kananku. Aku membalasnya dengan menulis sesuatu di halaman belakang bukuku.

Ancaman apa? Perasaan ngga ada masalah deh.

Aku termasuk tipe orang yang mudah geli. Jujur, saat Linda berbisik pun rasanya sangat geli.

"Karna kamu ngga nyimpen kontaknya," jawabnya santai.

Kenapa Linda masih memikirkan itu? Aku saja sudah melupakan. Karena bagiku itu bukan hal yang perlu diingat-ingat. Dasar Linda. Saat aku asyik menulis lagi di buku, seseorang memanggil namaku.

"Shafiyah Humaira Habibatul Ayyizzahra," katanya dengan lantang.

Allahu Akbar!! Apakah yang dikatakan Linda itu benar?! Apa yang akan dilakukannya padaku? Menghukumku? Hanya karena tidak menyimpan kontaknya? Itu berlebihan!

Aku mendongak karena merasa terpanggil. Gugup rasanya.

"I-Iya?" kataku gagap.

"Bisa bantu saya?" katanya.

"Eum. Kalo Shafi bisa, InSyaaAllah Shafi bantu." 

"Bantu saya menyempurnakan separuh agama saya."

🕊🕊🕊

Author Menyapa :

Bissmillah,

Assalamu'alaykum, Hallo!! Alhamdulillah, ini cerita baru dan perdanaku! Kuy kepoin ceritanya! Kalian akan bertemu dengan Shafiyah, Kak Yusuf, dan lain-lain. Mohon maklum atas segala kekurangannya. Saya masih belajar heheh... Silakan tambah di perpusatakaan masing-masing. Jangan lupa voment!

Shafiyyah dibaca Shofiyyah

Silaturrahmi dengan author di akun instagramku @diksifaa_

Terima kasih sudah membaca!
Jazaakumullah Khoiron :)

Hak cipta dilindungi oleh Allah SWT.

🕊SujudCintaku🕊
~@diksifaa_

Sedalam Makna Sujud Cintaku [Slow Update]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang