Arthun 10

5K 303 30
                                    

Setelah mengantar Alula, dia langsung menuju markas CRUEL DANGER. Setibanya di markas Arthun melangkah masuk dengan tatapan tajam dan tangan yang terkepal. Tidak ada yang berani menyapa sang ketua terlihat dia sedang menahan emosi dan aura yang berbeda.

Dilantai dua tempatnya mereka sedang bergurau tiba tiba senyap.

"Lo kenapa Thun?" Tanya Brian dengan hati-hati, agar tidak memancing emosi.

"Lo, Rafa, Cio ikut gue ketempat inti" titah Arthun sambil menunjuk Brian, Rafa dan Cio. Tanpa menjawab pertanyaan Brian.

Mereka bertiga mengikuti Arthun dari belakang. Setibanya di tempat para inti mereka duduk dan melingkarkan di meja bundar.

Sebelum berucap Arthun menghela nafas. "Gue minta kalian buat nyari tau siapa yang ngasih ni surat"

Sambil memberi surat yang tadi. Mereka membulatkan matanya setelah membaca surat itu.

Arthun lama banget kita nggak ketemu. Udah berapa tahun kira kira?. Ohh gimana sama geng Lo yang sok itu, apa jangan-jangan udah bubar?. Gue lihat cewek Lo cakep juga, bodynya manteb. Berapa per jamnya?.
Boleh lah bagi bagi sama gue.

Gue males ngomong banyak-banyak. Gue mau Lo sama geng Lo bubar. Atau cewek Lo buat gue, lumayan.

Jangan cari cari informasi tentang gue!!!

Bubarin geng Lo dan perusahaan itu. Atau cewek yang Lo jaga bertahun-tahun akan hilang.

Ini bukan main main.!!!

~GL~

"Gila ini bukan main main ancamannya." Sahut Rafa dengan menggelengkan kepalanya.

Brian berdiri dari duduknya dan melangkah ke arah Arthun yang sedang duduk.
"Gue nggak mau adek gue yang jadi ancamannya"

Dia bingung harus berbuat apa saat adiknya yang terancam.

"Cio Lo cari tau siapa yang ngasih surat itu. Dan Lo fa kumpulin anggota buat jaga jaga di mansion Danudaksa. Titah Arthun dengan berdiri dari duduknya. Memang Cio yang sangat ahli dalam mencari tau atau melacak. Cio dan Rafa langsung keluar untuk memberi informasi kepada yang lain.

"Yan, minta penjagaan lebih ketat sama bodyguard Lo."

Brian pergi dari markas menuju mansion keluarganya setalah mengiyakan omongan Arthun tadi.

🐣🐣🐣

"LULA ABANGMU YANG PALING GANTENG PULANG NIH" teriak Brian sambil berlari menuju kamar Alula yang terletak di lantai 2.

Di anak tangga pertama tiba tiba telinganya di tarik dari belakang dengan keras.

"AKHH, KAMPRET SIAPA SIH." kesal Brian sambil membalikkan badannya. Seketika dia membulatkan mata saat tau siapa yang menjewer.

"Bagus ya kamu pulang malam teriak-teriak, ngatain mamah kampret. Kamu tu yang kampret." Bukannya melepas jeweran sang mamah malah menambah jeweran semakin keras.

Brian merintih kesakitan dengan muka yang sok sok menyedihkan.

"Mamah tega lepas dulu sakit tau."

"Ohh iya mah, papah mana kok nggak ada?" Tanya Brian sambil mengelus telinga yang memerah akibat jeweran sang mamah.

"Tuh di tempat kerjanya" balas Anya (mamah lula) dengan sinis dan melangkah ke kamar anak perempuannya.

"IYAN JANGAN LUPA PINTUNYA DI TUTUP." teriak Anya saat sudah di atas.

"Anjir mamahnya siapa itu ribet bener." Gumam Brian sambil menutup pintu.

Disinilah Brian setelah keributan dengan sang mamah. Di tempat kerja sang papah sambil menghadap papahnya.

ArthunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang