“Pa, kita temui tante cantik ya, besok Salsa nggak bisa lagi ketemu tante cantik. Kita ke rumah tante cantik ya, pa.” Gadis cilik itu merengek pada sang ayah untuk menemui wanita yang selalu ia temui tiap pagi sebelum masuk kelas.
“Salsa, Sayang, pagi tadi, kan, sudah ketemu sama tante cantik. Lagian sekarang sudah malam. Habiskan makanannya ya," ucapnya tersenyum pada sang anak.
“Salsa nggak mau, Papa jahat. Salsa juga nggak mau ikut papa, biar Salsa tinggal aja sama bi Inah.” Ia merajuk berlari masuk kamar. “Papa jahat, Salsa benci Papa. Papa sudah nggak sayang sama Salsa.” Ia menelungkup di atas kasur sambil menangis.
Lelaki itu segera menyusul gadis ciliknya ke dalam kamar. “Salsa, maafkan papa ya, papa sayang kok sama Salsa, jangan nangis ya, Sayang.” Ia membelai kepala gadis ciliknya.
Gadis cilik itu menatap wajah sang ayah. “Papa benaran sayang sama Salsa?”
“Iya sayang, Papa sayang sekali sama anak papa, jangan nangis lagi, ya.” Ia melemparkan senyuman pada sang anak, lalu mengecup pipi cabi gadis cilik itu.
“Kalau begitu, yuk kita ke tempat tante cantik, Pa.” Ia segera duduk dan menarik tangan lelaki itu.
'Apa yang harus aku lakukan, Santi nggak mau untuk bertemu aku, sedangkan Salsa ingin menemui dia, bagaimana caranya ya?' Lelaki itu termenung memikirkan cara untuk membujuk gadis ciliknya.
“Ayo dong, Pa.” Gadis cilik itu masih menarik-narik tangan sang ayah.
“Bagaimana kalau kita ke Mall, Salsa mau apa pun papa belikan, mau makanan, mau mainan, Papa belikan,” ucapnya membujuk gadis ciliknya.
“Salsa nggak mau itu semua, Salsa maunya ketemu tante cantik." Ia menatap sang ayah.
Karena si anak tidak mau dibujuk, maka ia mengabulkan permintaan gadis ciliknya. “ Oke, sekarang kita ke tempat tante cantik.”
“ Asyik ... ke tempat tante cantik kita sekarang." Ia pun menarik tangan sang ayah ke luar kamar dan mengambil kunci mobil.
"Ini kunci mobilnya, Pa,” Ia memberikan kunci mobil sambil tersenyum.
Mereka akhirnya pergi ke rumah wanita yang disebut tante cantik oleh gadis cilik itu. Setelah sampai di tempat tujuan, mobil pun diberhentikan di depan pagar sebuah rumah yang sangat besar. Lelaki itu turun dan menekan bel yang berada di sudut pagar besi itu. Tak lama kemudian terlihat seorang laki-laki membukakan pagar.
“Maaf, bapak ada keperluan apa?” tanya laki-laki itu.
“Kenalkan, saya Bram temannya pak Adrian. Pak Adriannya ada?” sahutnya.
“Maaf, pak Ardian lagi keluar, tapi kalau istrinya ada. Kalau bapak ada pesan, biar saya panggil Non Santi dulu." Ia beranjak ke dalam rumah.
“Maaf, Non. Di luar ada temannya bapak yang mau bertemu, namanya pak Bram," ucap laki-laki itu.
“Bram! Untuk apa dia kesini. Bilang saja mas Adrian nggak di rumah Mang. Katakan saya nggak bisa menemuinya, karena suami saya lagi nggak ada," paparnya.
Rasa benci setelah kepergian sang ibu, masih terpatri di hatinya untuk lelaki itu.
“Baik, Non. Mamang ke depan dulu,” sahut si mamang. Ia kemudian keluar menemui laki-laki itu.
“Maaf, pak. Non Santi nggak bisa menemui bapak, karena suaminya nggak di rumah,” ucapnya.
“Baik mang, kalau begitu ....”
“Tante cantiiik." Tiba-tiba gadis yang sedari tadi berdiri, berlari ke dalam rumah sambil memanggil tante cantiknya.
“Salsa,” sang ayah terkejut melihat anaknya berlari menuju rumah, ia segera berlari menyusul dan menahan tubuh gadis ciliknya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Pernikahan Tanpa Cinta (TAMAT)
RomanceSebagian cerita telah dihapus karena yang baca udah lebih 5000 tapi yang ngasih vote hanya seratusan. Jadi bagi yang mau lanjut baca ceritanya silakan baca di KBM APP dengan judul yang sama. Terimakasih telah membaca cerita author dan maaf atas semu...