⚘𝟶𝟾

77 13 5
                                    

Chaeyeon pulang – sendirian tanpa di antar Jisung yang ternyata ada jadwal

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Chaeyeon pulang – sendirian tanpa di antar Jisung yang ternyata ada jadwal. Gadis itu baik-baik saja jika harus pulang sendirian, karena ia mengerti jadwal Jisung lebih penting dari apapun.

Sebenarnya, bukan Jisung tak ingin mengantar apalagi jika harus mengantar dengan sepedanya – yang akan menciptakan rasa nostalgia. Chaeyeon menolak dengan keras kepala, dengan alasan ia tak ingin Jisung terlambat, tak ingin merepotkan, ataupun belum siap merasakan hal layaknya Chaeyeon-Jisung semasa sekolah dulu.

Jisung juga paham, perasaannya dan perasaan Chaeyeon sekarang terasa campur aduk dan membingungkan. Sama-sama kecewa, entah kecewa pada diri sendiri ataupun kecewa pada keadaan yang ada.

“Dia gak nganter unnie? Ish cowok gak tanggung jawab!” ujar Chaeryeong sarkas. Chaeyeon sedikit melotot karena kaget, darimana Chaeryeong tau jika ia bertemu dengan Jisung hari ini?
“Maksudnya?” tanya Chaeyeon memastikan. Chaeryeong yang berdiri di ambang pintu kamar sambil melipat tangannya di depan, merotasikan bola matanya malas.

“Hufttt – emang pantes ya peluk-pelukan sama cowok lain pas statusnya di cewek udah tunangan sama orang lain?”

“CHAERYEONG!” bentak Chaeyeon, kata-kata Chaeryeong barusan begitu menusuk hingga ulu hati. Memang benar, tapi di sini Chaeyeon merasa tak bersalah sepenuhnya. Jisung bukan orang lain, tapi Jisung adalah sosok yang berarti bagi Chaeyeon dulu dan mungkin sekarangpun masih sama.

“Percuma kasih tau unnie, tapi unnie sendiri juga harus sadar kalo Yoshi oppa itu tunangan unnie. Tolong hargain dia! Setidaknya kalo unnie gak cinta, unnie bisa jaga perasaannya biar gak terluka gara-gara liat kalian berdua!”

Blam!

Chaeryeong masuk dalam kamarnya sendiri, menutup pintu sedikit di banting akibat kesal. Chaeyeon tau yang di maksud kalian berdua oleh Chaeryeong. Sekarang Chaeyeon hanya bisa menghela nafas pendek, masuk dalam kamar nya sendiri dan melempar tubuh ke kasur. Berharap ia dapat melepas penat sedikit.

***

“Jam-jam kamu dimana~ appa akan menemukanmu~” Hyunjin mengendap-endap seperti seorang maling. Mencari Jam-jam di sekeliling rumah – karena mereka sedang bermain petak umpet.

Ryujin? Ibu muda itu sedang menata barang-barang, Hyunjin memang sedikit kurang ajar. Ketika sang istri sibuk membereskan barang-barang Hyunjin malah sibuk bermain dengan Jam-jam, yaa seharusnya putri kecil mereka istirahat sekarang karena sehabis perjalanan. Tapi Jam-jam merengek meminta main petak umpet, sudahlah yang penting jam-jam tak menangis. Itu akan tambah merepotkan jika ia menangis-

“HUAAAAA EOMMAAAAAAA APPPAAAAAA!” Ryujin yang sedang meletakkan baju di lemari langsung keluar kamar, dan melihat Jam-jam yang terpeleset di halaman depan karena licinnya lantai akibat salju.

Hyunjin yang lebih dekat dengan Jam-jam juga langsung menolong gadis kecil itu, menggendongnya dan memberi kecupan masih agar sang gadis cepat diam.

“Astaga! Hyunjin-ah! Kalo jagain Jam-jam yang bener kenapa sih?!” Ryujin merebut Jam-jam dari gendongan Hyunjin. Ibu muda itu terlihat amat marah.

“Aku kan gak tau kalo dia bakal keluar,” bela Hyunjin

“Jadi kamu nyalahin anak kecil?! Jam-jam masih kecil, gak tau apa-apa. Gak tau kalo di luar licin! Harunya kamu lebih hati-hati!” pertengkaran keduanya membuat Jam-jam lebih menangis

“Aku terus yang di salahin, lagian kamu beresin barang besok juga bisa. Kenapa gak ikut jagain Jam-jam?!”

“Dahlah, debat sama kamu gak akan ada habisnya! Aku capek!”

“Kamu pikir aku enggak?”

“Huaaaaaaaaa,” tangisan Jam-jam semakin mengeras, Ryujin memilih pergi ke kamar dan menenangkan gadis kecil itu di sana. Hyunjin membuang nafas berat, terduduk di sofa dan meremas rambutnya kasar.

“Ck,” hanya satu decakkan kesal yang keluar dari mulut Hyunjin, Hyunjin mengambil ponselnya dan menelepon seseorang.

“Gue perlu temen buat ngobrol.”

***

Chaewon menyendok satu kue brownis coklat di hadapannya, dari tekstur yang di rasakan hanya dengan lewat sendok yang ia penang – brownis coklat itu terasa lembut. Yena dan Eunbi menunggu dengan tak sabar.

Chaewon membuka mulutnya dan memakan brownis tadi, mengunyah secara perlahan. Setelahnya, ia menatap kedua unnie nya dengan tatapan seperti hendak menangis.

“Woah ini terlalu luar biasa! Woah jinjja! Ah ani ... ck siapa yang membuatnya unnie? Rasanya ... manis tapi tak terlalu, pas sekali dan tak membuatku ‘enek’.” Yena dan Eunbi tersenyum penuh kemenangan.

“Mulai sekarang aku akan berlangganan di sini juga!” dari kejauhan, Felix yang sedang meletakkan gelas untuk menyeduh kopi tersenyum tipis melihat salah satu pelanggan nya puas dengan brownis buatannya.

Sepertinya Felix tak hanya senang untuk Chaewon yang puas dengan pesanannya, tapi juga senang melihat gadis itu di sini – sudah lama sejak terakhir kali Felix melihat gadis itu bersama sahabatnya Lee Chaeyeon yang hilang entah kemana – lebih tepatnya Felix belum bertemu lagi setelah kejadian yang membuat Jisung menjadi sosok yang dingin.

***

“Sakura-Chan! Kenapa lo gak terima aja sih tawaran oka-san buat tinggal sama kita?” Chaeyeon berbicara di telepon bersama Sakura, gadis asal Jepang itu sudah di tawari untuk tinggal bersama dengan keluarga Lee tapi ia menolak dengan alasan tak enak hati.

“Emangnya kenapa kalo gue gak di sana? Toh kalo oka-san pergi keluar masih ada Chaer-”

“Gue lagi berantem sama dia,” potong Chaeyeon cepat.

“Kok bisa? Ada masalah apa?”

“Lo bisa ke sini gak malem ini? Gue butuh temen bicara.”

“Bisa kok, ntar gue kesana.”

“Ok, thanks Ra. Gue tunggu,” setelah itu sambungan telepon terputus. Chaeyeon memutuskan secara sepihak setelah mendengar dehaman Sakura dari seberang telepon. Chaeyeon melihat ke arah ponsel nya, yang wallpaper nya terpasang fotonya bersama Yoshi.

Jika di lihat memang pasangan serasi, tapi jujur meski separuh hati Chaeyeon sudah terisi oleh Yoshi tetap saja bayang-bayang Jisung tak kunjug pergi. Hatinya, masih milik pemuda itu sampai sekarang.

Sebenarnya, pernikahan ini bukanlah kemauan Chaeyeon sendiri. Yoona, wanita umur pertangahan 30-an itu menjodohkan Yoshi dan Chaeyeon waktu mereka terliat begitu dekat, apalagi Yoshi yang membantu menyembuhkan trauma Chaeyeon.

Chaeyeon menurut saja, lagipula ia juga merasa menyukai Yoshi kala itu. Semua berjalan lancar, bahkan dari setitik rasa kini menjadi separuh rasa – yang Chaeyeon kira sudah sepenuh hati tapi siapa yang tau ia kembali oleng ke masalalu dari ingatan yang kembali?

Don't Leave Me Again! • Han Ft. Chaeyeon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang