⚘𝟶𝟻

131 16 20
                                    

Yena menggosok-gosokkan tangannya dengan gelisah, ia sudah datang beberapa menit yang lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Yena menggosok-gosokkan tangannya dengan gelisah, ia sudah datang beberapa menit yang lalu. Jantungnya berdegup kencang, antara siap dan tidak siap.

"AAA hmpp-" jerit Yena kaget ketika bahunya di tepuk oleh seseorang tapi orang itu langsung membekap mulut Yena agar berhenti menjerit dan mencegah timbulnya banyak perhatian tertuju pada mereka.

Yena menatap kaget Changbin yang membekapnya dan menyingkirkan tangan Changbin dari mulutnya, "Wlek tangan lo - " ucapan Yena terpotong karena Changbin menyahut duluan, "Bau tanah ya? Sorry gue tadi abis jatuh dan belom sempet cuci tangan, gue ke kamar mandi dulu!"

Belum sempat Yena menjawab Changbin sudah pergi duluan membuat Yena mengumpat tertahan, "Dasar!" kata Yena sambil menganggkat salah satu tangannya hendak memukul.

Setelah kepergian Changbin tadi, makanan dan soju yang Yena pesan sudah datang. Ada mie hitam alias jjamjangmyun, bibimbab, dan bulgogi. Pertama Yena memanggang daging babi itu sambil menunggu Changbin kembali, tak lama ternyata pemuda itu telah kembali.

Meski Changbin yang image nya dingin dan kaku, entah mengapa di hadapan Yena pemuda Seo itu tampak hangat dan diam-diam penuh perhatian. Changbin mulai menyumpit dan memasukkan bibimbab ke dalam mulutnya.

"Lu mau ngomong apaan, Yen?" tanya Changbin sambil mengunyah makanannya. Yena langsung terdiam, tangannya yang tadi sibuk membolak-balikkan daging di panggangan juga ikut terdiam. Gadis berwajah mirip bebek itu meletakkan sumpitnya, dan menaruh tangannya di kedua pahanya, diam-diam meremas ujung hoodie nya.

"Gue suka sama lu, Bin!" kata Yena dengan gamblang, terdengar jelas sekali di telinga Changbin. Yena hanya bisa menahan nafasnya untuk beberapa saat, ia takut. Sungguh takut jika Changbin dan dirinya setelah ini akan canggung.

Sebenarnya, Yena tak keberatan di tolak hari ini juga karena jika ia di tolak hari ini masih ada hari esok untuk berjuang, namun jika mereka jadi canggung dan saling menjauh itu lah hal yang paling menyakitkan bagi seorang Choi Yena.

Changbin menatap lurus ke arah Yena yang sekarang malah mengigit bibir bawahnya terlihat sekali jika ia takut, Changbin kemudian menghela nafas pelan.

"Okey."

"Ha?" Yena mengerjap beberapa kali, masih mencerna maksud kata 'okey' dari pemuda yang ia sukai ini.

"Heh dagingnya gosong tuh!" kata Changbin membuyarkan lamunan Yena, dan segera mungkin Yena mengambil sumpitnya kembali dan membalikkan daging yang gosong itu.

"Yahh sayang banget gosong, lu mah!" kesal Changbin pada Yena, kenapa seolah Changbin tak mendengar pernyataan Yena tadi. Apa maksudnya? Dan kini Changbin malah sibuk memanggang daging.

"Bin lu - "

"Sorry," hanya satu kata itu yang entah mengapa langsung merubah atmosfer di sekitar mereka menjadi canggung, entah canggung karena Changbin yang sepertinya tak enak hati menolak Yena ataupun karena Yena yang canggung karena pengungkapan rasa sukanya.

"Gue - " omongan Changbin terpotong oleh Yena.

"Iya sans aja kalik, gue paham kok. Gak usah minta maaf juga hehehe, tapi kita masih temenan kan?" tanya Yena berusaha seceria mungkin. Changbin tampak terkejut, seperti ada sesuatu yang hendak ia sampaikan tapi Changbin rasa Yena menahannya untuk bicara lanjut mengenai topik perasaan ini.

"Iya lah," kata Changbin yang juga berusaha ikut tidak canggung.

***

"Hyunjin, aku ingin bicara denganmu," kata Ryujin yang tengah duduk di tepi ranjang, Hyunjin yang baru saja selesai mandi mengangguk saja dan ikut duduk di sebelah Ryujin.

"Tugas kita udah selesai kayaknya, jadi aku rasa kita gak perlu ikut ke Korsel sekarang, Jamjam masih ingin di sini."

Hyunjin menghela nafas pelan, "Bukannya selesai, tapi malah tambah sulit. Aku gak nyangka bakal kejadian kek gini, harusnya aku cari Chaeyeon sejak dulu dan minta maaf secepetnya," ujar Hyunjin yang terlihat merasa amat bersalah. Ryujin mengusap lembut punggung suaminya itu, ia tau Hyunjin amat merasa bersalah pada Chaeyeon dan Jisung. Karena kejadian masa lalu, Hyunjin berpikir jika saja ia tak melakukan kerjasama dengan Heejin ataupun ia tak sampai berkelahi dengan Jisung kala itu ... mungkin Chaeyeon tak akan mengalami kecelakaan dan Jisung juga tak menjadi depresi akibat Chaeyeon pergi meninggalkannya.

"Itu semua sudah takdir Hyunjin, jangan selalu menyalahkan dirimu sendiri." Kata Ryujin sedih, di saat seperti ini Ryujin bisa bersikap dewasa dan selalu menenangkan Hyunjin.

"Chaeyeon udah punya Yoshi, dan Jisung ... Jisung harusnya melupakan Chaeyeon sekarang. Aku akan menghubungi Jisung dan mengatakan sebenarnya," Ryujin beranjak dari duduknya tapi di tahan oleh Hyunjin.

"Belum saatnya Ryu, jangan buat Jisung down lagi karena sebentar lagi dia bakal comeback sama 3racha. Masih ada waktu, lagipula aku masih bisa liat ada setitik cinta Chaeyeon buat Jisung. Ini licik memang untuk Yoshi, tapi jika Chaeyeon nya sendiri masih menyukai orang lain, bukan kah itu bakal buat kehidupan pernikahan mereka gak bahagia sepenuhnya?"

Ryujin diam, ia tak tau harus berkomentar apa. "Tapi - "

"Ini mungkin bakal sulit buat Chaeyeon. Lagi. Tapi cuman gadis itu yang bisa menentukan dimana hatinya akan berlabuh jauh, sementara waktu kita ikutin alurnya aja. Jika ada sesuatu yang perlu ikut campur tangan kita, baru kita bertindak."

"Okey," ujar Ryujin pasrah.

***

Seminggu telah berlalu dan sekarang adalah hari dimana Chaeyeon, Yoshi, Chaeryeong, Yoona, serta keluarga Hwang pergi ke bandara untuk cek out. Semua barang telah di siapkan, hari itu juga mereka terbang ke Korsel dan tiba dengan selamat di bandara Inceon.

Chaeyeon menatap lurus kedepan tanah kelahirannya ini, jujur ada rasa rindu yang amat besar yang ia pendam tapi ada juga rasa takut yang tersembunyi di lubuk hatinya yang paling dalam.

Chaeryeong mengusap tangan kakaknya yang terasa dingin, "Jangan takut unni, kami di sini!" ucap Chaeryeong sambil tersenyum tulus. Chaeyeon mau tak mau ikut tersenyum olehnya, ia mengangguk dan memegang tangan Chaeryeong lembut.

Mari berharap hanya ada hari-hari yang baik yang akan terjadi kedepannya. Entah itu baik untuk Chaeyeon, Jisung maupun Yoshi. Di sisi lain, Ryujin yang sedang menggendong Jamjam melirik Hyunjin, pemuda itu mengangguk berusaha meyakinkan Ryujin jika semua akan baik-baik saja.

***





Maap ya, kalo ceritanya pertama gak terlalu fokus dulu sama 3 tokoh utama 😶

Jadi, aku harap kalian gak bosen☹️

Don't Leave Me Again! • Han Ft. Chaeyeon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang