⚘𝟶𝟹

133 24 38
                                    

Maaf ya telat update. Ada yang nungguin gak?

Yoshi menggendong Jamjam memasuki rumah yang sekarang di tempati oleh Hyunjin dan Ryujin, Chaeyeon mengikuti Yosi dari belakang bersama Hyunjin dan Ryujin

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Yoshi menggendong Jamjam memasuki rumah yang sekarang di tempati oleh Hyunjin dan Ryujin, Chaeyeon mengikuti Yosi dari belakang bersama Hyunjin dan Ryujin.

Jamjam tampak senang sekali setelah sampai dirumah mungkin karena perjalanan mereka yang cukup jauh, tapi menyenangkan karena Jamjam di sepanjang jalan bernyanyi bersama Chaeyeon.

Yoshi menurunkan Jamjam di ruang tengah, “Jamjam akan mengambil mainan dulu Yoshi appa tunggu sini ya!” dengan suara khas anak kecil Jamjam berujar demikian lalu berlari ke arah kamarnya.

“Jamjam kawai sekali, lu kok bisa sih punya anak selucu Jamjam? Padahal bapaknya modelan kek lu, gak nyangka gue hahaha,” Yoshi terkekeh pelan sambil duduk di sofa bersama Hyunjin sambil menunggu Jamjam kembali.

[Kawai = imut]

“Lu bilang modelan kek gue? Gini-gini gue tuh imut nan tampan, ya pantes lah anak gue imutnya nurun nya dari gue!” jawab Hyunjin kesal. Yoshi tak membalas apapun, ia hanya memberi reaksi tersenyum tipis sambil menggeleng pelan.

Chaeyeon dan Ryujin sedang berada di dapur untuk menyiapkan makan siang, Ryujin yang sibuk memanaskan air untuk memasak sup sedangkan Chaeyeon sedang memotong beberapa bahan untuk membuat sup.

“Chae, gue boleh tanya sesuatu gak?” Chaeyeon berdeham sebentar. Jujur, ia sebenarnya merasa sedikit canggung jika berdua saja dengan Ryujin. Meski Ryujin adalah teman lama, tapi Ryujin juga termasuk dalam orang-orang yang terlibat dalam masa lalunya.

Meski itu semua telah berlalu 5 tahun yang lalu, dan meski trauma Chaeyeon sudah sedikit demi sedikit terobati tetap saja gadis itu was-was dan belum bisa membuka sepenuhnya pada orang lain, apalagi orang-orang yang tahu maupun terlibat dalam masa lalunya.

“Iya, tanya aja,” Chaeyeon menoleh sebentar, ia mencoba terlihat biasa saja, bahkan ia menyawab dengan sebuah senyuman tulus agar Ryujin yang tadinya tampak ragu untuk bertanya menjadi lebih santai untuk bertanya.

“Gue denger dulu lu sebelum pindah ke Jepang, lu sempet hilang ingatan sebagian ya?” Chaeyeon langsung menghentikan tangannya untuk memotong sayuran. Ryujin khawatir jika ia salah bicara, dan dengan segera gadis itu meminta maaf, “Gue gak maksud buat lu inget masa lalu yang kelam, sorry Chae.”

“Eh? E-enggak kok, sans aja. Hm ... iya, gue dulu sempet hilang ingatan sebagian. Tapi, sebenernya sebelum gue pergi dari Korea ... ingatan gue udah balik, cuman terlambat aja. Oka-san udah pesen tiket buat ke Jepang, dan sorry gue gak bisa nemuin kalian buat yang terakhir kali sebelum pergi waktu itu, gue ... terlalu takut,” nada bicara Chaeyeon memelan saat kalimat terkahir menandakan gadis itu benar-benar takut.

Ryujin mendekat dan mengelus punggung Chaeyeon pelan, “Kita paham kok. Tapi ... hm jujur gue kasihan sama Jisung, dia kacau banget pas tau lu pergi. Dia bahkan enggan buat buka hati untuk cewek lain, gue rasa ... dia debut di 3racha dan pengen keliling dunia alesannya cuman satu, yaitu elo, Chaeyeon.”

Chaeyeon terdiam seribu bahasa, entah mengapa hatinya terasa tertohok dengan pendapat Ryujin berusan. Ryujin yang baru saja menyadari apa yang ia katakan langsung gelagapan sendiri, meruntuki kebodohannya karena telah mengatakan hal-hal yang seharusnya tak di katakan.

“Ah ... sorry Chae, gue ... gue gak maksud buat – ”

“Ah air nya Ryu!” Chaeyeon berdiri dan langsung mengecilkan api karena air yang di rebus Ryujin telah matang, dengan segera Chaeyeon memasukkan bahan-bahan yang telah ia potong tadi ke dalam air yang mendidih.

Siang itu, suasana dapur begitu canggung dan terasa mencengkram. Padahal mereka tidak sedang berada di sebuah pertandingan masak tapi rasanya seperti di buru waktu.

***

Di sepanjang perjalanan pulang, Chaeyeon terdiam. Pikirannya masih teriang-iang dengan perkataan Ryujin tadi siang. Benerkah itu semua karena Chaeyeon? Demi mencari Chaeyeon?

“Ada apa?” tanya Yoshi memecah lamunan Chaeyeon.

“Heung ... gak kenapa-kenapa kok,” Yoshi tau Chaeyeon berbohong dan Chaeyeon tau jika Yoshi tak mudah di bohongi olehnya. Selama ini Yoshi yang selalu memperhatikannya, Yoshi itu bagaikan seseorang yang mengetahui bagaimana Chaeyeon lebih dari siapapun.

“Katakan saja, ada yang menganggu pikiranmu?”

Chaeyeon menggeleng pelan, “Aku gak bisa, terlalu rumit by.” Yoshi menghela nafas pelan, ia membelai rambut Chaeyeon lembut, “Baiklah, aku gak akan maksa kamu buat cerita. Tapi, jangan di pendam sendirian jika itu perlu di ceritakan, ingat! Aku ada untuk kamu, dan berbagilah rasa sakit mu denganku.”

Chaeyeon tersenyum, ia mengangguk pelan setelah itu. Mobil Yoshi sudah terparkir di halaman rumah Chaeyeon, pemuda itu tak ingin mempir karena ia harus ke kantor untuk mengurus sesuatu.

“Oh ane udah pulang?” Chaeryeong terpekik kaget ketika melihat Chaeyeon pulang. Chaeyeon mengangguk lantas duduk di sebelah Chaeryeong yang sedang duduk di sofa sambil memakan cemilan.

[Ane = kakak perempuan untuk anggota keluarga]

“Kenapa lemas sekali? Kan baru aja ketemu calon suami,” Chaeyeon memasang wajah datar.

“Diamlah, kakak pusing!” setelah itu Chaeyeon berdiri dan masuk dalam kamarnya sendiri. Mengunci pintu dari dalam lantas menghempaskan tubuhnya ke kasur.

Bruk

“Haaah,” Chaeyeon menghela nafas lelah, ia menatap langit-langit kamarnya. Ia masih ingat surat yang dulu ia titipkan pada Hangyul untuk di berikan pada Jisung, Chaeyeon mengusap wajahnya gusar, tanpa sengaja ia telah menahan Jisung untuk membuka hatinya untuk orang lain.

Chaeyeon bangun dari duduknya, ia mengambil suatu kotak berukuran sedang yang berada di bawah ranjang miliknya. Membuka kotak itu yang berisikan barang-barang nya yang menyangkut masa lalu nya. Sebuah kertas lama ia keluarkan, serta mengambil sebuah gelang dengan hiasan bunga matahari dari dalam kotak.

Salinan surat yang ia berikan pada Jisung masih ada, Chaeyeon membaca tulisannya kembali dan menangisi masa lalu yang seharusnya telah menjadi kenangan serta yang sudah terkubur oleh debu-debu kisahnya sekarang.

Aku tau ini menyakitkan
Aku terluka dan kamu lebih tersakiti
Maaf telah membuatmu menyimpan memori kita sendirian, serta pergi tanpa berperasaan.
Aku meninggalkanmu sendirian ...

Kenapa kisah kita begitu rumit dan melelahkan?
Seperti berada disebuah perjalanan yang terjal. Aku bahkan pernah ragu apakah kita bisa bersama.
Padahal aku hanya ingin bahagia, hanya bersamamu.
Karena kamu adalah kebahagiaan ku.

Kamu adalah penghangatku.
Udara dingin itu membuatmu menangkupkan tanganku, dan aku menyukai itu.

Kamu adalah payungku.
Melindungiku dari tetesan air hujan yang mungkin saja buatku sakit.
Kamu adalah obatku.
Katika aku merasa sakit, hanya dengan melihatmu tersenyum aku merasa lebih baik.

Candamu mengundang tawaku.
Dan itu menghiburku ketika aku merasa lelah dan putus asa.
Tak bisakah kita bersama? Seperti dulu. Aku ingin bersamamu.
Lagi. Lagi. Dan lagi.
Aku sungguh merindukanmu Han Jisung.

Sekarang hati Chaeyeon kembali goyah, tapi mau bagaimana pun ia telah terikat pada Yoshi bukan terikat – masih belum tepatnya, mereka hampir melaksanakan pernikahan beberapa bulan lagi. Bukankah terlambat jika Chaeyeon ingin kembali pada Han Jisung? Meski Chaeyeon juga tak tau dengan pasti apakah Jisung benar-benar masih mencintainya saat ini.

***

Don't Leave Me Again! • Han Ft. Chaeyeon [✓]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang