[8]

622 106 18
                                    

Sudah seminggu berlalu sejak kejadian menginap, San kembali pada aktivitas sebagai pelajar sekaligus barista, sementara Wooyoung sibuk dengan sesuatu.

Sibuk menguntit Choi San.

Bukan tanpa alasan. Kemarin lusa Wooyoung tidak sengaja melihat salah satu orang yang mengejarnya tengah mengikuti San yang berangkat sekolah.

Lalu kemarin Wooyoung memergoki orang yang sama mengikuti San ketika si bocah SMA pulang kerja.

Wooyoung mengernyit heran, kenapa orang-orang Lee Minhyuk malah mengikuti Choi San?

Jadi, untuk keamanan Wooyoung menguntit San sekarang supaya jika terjadi sesuatu Wooyoung bisa langsung bertindak.

Sekarang San memasuki area mall yang ramai, beberapa kali mengecek ponsel di tangannya. Langkah kaki kecil itu berhenti di sebuah restoran cepat saji. Dia memasuki restoran yang temboknya dari kaca transparan hingga Wooyoung pun bisa melihat jelas dari luar restoran.

Wooyoung pikir anjing-anjing itu akan melakukan hal yang sama, apalagi ini tempat ramai. Tapi di luar dugaan, mereka malah mengikuti San sampai masuk dan duduk di lokasi yang agak jauh.

Wooyoung mengernyit, memindai restoran sebelum dia akhirnya ikut masuk juga. Tempat di mana orang-orang suruhan Lee Minhyuk duduk adalah titik buta cctv di restoran tersebut. Dia spontan menarik revolvernya dan langsung melesatkan tembakan ke kepala salah satu diantara dua orang yang duduk di pojokan itu --mengabaikan fakta kalau ini tempat umum dan statusnya sebagai tahanan kota.

Wooyoung melirik seorang pelayan yang sepertinya hendak menelpon polisi jika saja Wooyoung tidak memanggil, "Kau," telunjuk Wooyoung mengarah ke pojok, "Ke sana. Salah satu dari mereka membawa pistol dan akan menembak bocah itu," lalu jarinya berpindah ke Choi San.

Si pelayan menurut, mengikuti perintah Wooyoung, lalu mengangkat tinggi-tinggi pistol yang ditemukannya.

Wooyoung memasukkan revolvernya sambil berjalan ke luar restoran, "Terserah Kalian mau laporin Saya atau engga."

Semua orang di restoran tersebut terdiam, mana mungkin mereka melaporkan seseorang karna dia menyelamatkan nyawa orang lain. Ya, walaupun caranya salah, tapi tetap saja itu sebuah kebaikan. Rasanya tidak adil jika kebaikan tersebut malah dibalas hukuman.

San masih terdiam di tempatnya, kejadian tadi terlalu cepat hingga otaknya belum memproses secara keseluruhan. Jadi itulah sosok Jung Wooyoung sebenarnya, dingin, tak tersentuh, tak punya belas kasihan.

San baru pertama kali melihat sisi Jung Wooyoung yang ini. Wooyoung yang biasa bersamanya adalah pribadi yang hangat, perhatian, dan lembut.

Tapi kenapa Wooyoung menyelamatkannya? Padahal jika Wooyoung tidak menyelamatkannya, San sudah meninggalkan dunia yang menyiksa ini.

"San," panggil Jongho sambil menepuk-nepuk punggung San.

Menyadari teman sekelompoknya yang masih syok, Jongho kembali membuka suara, "Tugasnya dikerjain lusa aja ya. Deadlinenya masih dua minggu lagi kok."

San mengangguk lesu.

"Mau Gue anter pulang?" tawar Jongho.

"Enggak. Gue bisa sendiri."

"Okay, hati-hati ya."

Para pegawai restoran meminta maaf pada pengunjung yang merasa terganggu karna keributan tadi.

-o0o-

"Halo, Sunshine!"

San berjengit kaget, kopi di tangannya bahkan hampir tumpah andai dia tidak punya reflek yang bagus.

[✓] The TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang