[3]

714 126 18
                                    

Brak.

Bugh.

Gudang yang temaram adalah hal yang pertama kali indra penglihatannya tangkap di tengah pukulan bertubi-tubi yang diterima tubuhnya.

"Ngerasa udah hebat hah?!"

Sejujurnya, San tidak merasakan apa-apa. Sekujur tubuhnya seperti mati rasa, mungkin karna terlalu sering menerima pukulan.

Terkadang San heran, kenapa sepertinya dunia sangat membencinya? Dia hanya menolak keinginan orang-orang ini, kenapa mereka malah memukulnya? Apa salahnya?

San meringis ketika salah satu orang itu mencengkram kuat pipinya.

"Woy anak lacur!"

Lagi-lagi panggilan yang sama. Kenapa?

Ah, terlalu banyak kenapa dalam hidupnya.

"Kenapa kalo Gue anak lacur? Ngerugiin Lo? Atau jangan-jangan bapak Lo pernah make ibu Gue?"

Bugh.

San langsung tersungkur begitu satu pukulan mendarat tepat di rahangnya. Ah, sial. Sepertinya Dia harus libur bekerja hari ini karna wajahnya lebam sana-sini.

Pandangan San mengabur sesaat setelah orang itu membenturkan kepalanya ke tembok gudang.

Rasanya San ingin tidur, mungkin akan ada orang baik yang menemukannya di gudang ini. Oh, bel pulang sudah berbunyi berjam-jam yang lalu. Mungkin bermalam di gudang sekolah juga bukan ide yang buruk.

Salah satu dari Mereka memekik terkejut, "Jeno bego! Nanti Dia mati gimana?"

"Biarin. Anak lacur ini cuma ngotorin sekolah kita," ujar Jeno dingin.

Empat orang itu langsung meninggalkan gudang, meninggalkan korban bully Mereka yang mungkin sudah pingsan sekarang.

-o0o-

"Engh," lenguhan itu lolos begitu saja.

Manik serupa kucing itu perlahan terbuka, mengerjap pelan karna cahaya lampu yang menyilaukan. Setelah kesadarannya terkumpul sempurna, barulah mata itu terbuka lebar.

Langit-langit kamar berwarna gelap dengan hiasan bintang ini seperti tidak asing. Oh, ini kamarnya.

Tunggu, bukannya San pingsan di lantai gudang? Kenapa Dia tiba-tiba ada di sini?

Cklek.

Seseorang masuk ke apartemennya, San tebak itu pasti kak Seonghwa.

Dan, tebakannya meleset.

"Oh? Gimana rasanya? Ada yang sakit?"

Orang yang baru masuk itu adalah Jung Wooyoung yang entah membawa apa di dalam kantong plastik itu.

"Lo.... kenapa bisa ada di sini?"

Wooyoung tersenyum, "Saya mau ngajakin Kamu makan siang abis pulang sekolah. Eh, Kamu nya gak keluar-keluar dari sekolah. Jadi Saya nyusulin deh ke dalem."

"Oh."

"Nah Saya bawa makanan nih. Kamu suka masakan Jepang gak?"

Wooyoung mengeluarkan sesuatu dari dalam kantong plastik yang dibawanya. Tapi San sangat yakin di dalam situ masih ada hal lain.

San menunjuk kantong plastik yang kini tergeletak di kasur, "Itu apa?"

"Obat, buat luka-lukanya," sahut Wooyoung.

San terdiam, bingung merespon seperti apa kebaikan Wooyoung. Biasanya Dia akan mengacuhkan bantuan dari siapapun, tapi anehnya Dia ingin membalas kebaikan Wooyoung. Aneh. Dan debaran sialan ini juga aneh.

[✓] The TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang