[5]

720 118 11
                                        

"Iya, kayaknya sakit."

["....."]

"Enggak kok, cuma kecapekan aja."

["....."]

"Udah, Hyung. Iya, ish bawel! Iya-iya, janji."

Tut.

Telepon dimatikan sepihak.

Hari ini agaknya berbeda bagi seorang Choi San. Dia yang biasanya bangun pagi untuk menyiapkan makanan Bella dan berangkat sekolah, malah bangun kesiangan. Yah, ternyata pukulan Jeno dan teman-temannya cukup kencang. Bahkan San masih merasa beberapa bagian tubuhnya pegal dan sakit.

Huh! Membosankan~

Seharian ini hanya San habiskan untuk menonton televisi dan bermain-main dengan Bella, memanjakan kucing berwarna abu-abu itu dengan usapan dan belaian lembut.

Ponsel? San bukan manusia yang kecanduan dengan benda pipih itu. Dia hanya menggunakannya untuk dua hal, pertama menelpon Seonghwa, kedua menerima telpon Seonghwa.

Mau bagaimana lagi, cuma anak tunggal keluarga Park itu yang dekat dengannya. Apalagi dengan fakta mereka tumbuh bersama sejak kecil dan Seonghwa yang mengetahui hampir seluruh cerita hidup San, termasuk rahasia kelamnya di masa lalu.

"Dih, manja," gerutu San pada kucingnya yang menenggelamkan kepala kecil itu ke perutnya.

Suara bel pintu mengalihkan atensi San. Ia mengernyit bingung, sebelum berjalan ke arah pintu, menerka-nerka siapa gerangan orang yang bertamu ke apartemen kumuh ini.

Cklek.

Surai pirang itu, mustahil San tidak mengenalinya.

'Merepotkan.'

San memandang sinis, sebelah tangannya masih menggendong Bella. Dia berujar datar, "Maaf gak terima tamu."

Brak.

San tau itu tidak sopan, tapi Jung Wooyoung jelas lebih tidak sopan. Seenak hati datang dan sok akrab dengannya, benar-benar mencurigakan. Apalagi San tau jelas siapa seorang Jung Wooyoung itu.

Sosok sadis yang mengorbankan teman-temannya sendiri demi sebuah misi sampah.

Tok! Tok! Tok!

Tiga ketukan di pintu sukses memutar arah berjalan San. Dia berbalik, menghampiri pintu itu lagi masih dengan Bella di gendongannya.

Kali ini bukan wajah Wooyoung yang tertangkap indra penglihatan San, melainkan sebuah notes yang tergeletak di lantai. San menengok ke arah kiri, tempat tangga berada, dan melihat Wooyoung yang berjalan seperti hendak pulang.

San mengangkat plastik itu sambil mencabut notes yang tertempel di sana.

'Makan, meng. Kucing suka ikan, kan?'

San menautkan alisnya, membuat wajahnya terlihat lebih kecil. Tanpa sadar, ia mengerucutkan bibirnya. Maniknya melirik Bella yang sedang berjalan di sela-sela kakinya.

Dengan polosnya San berujar, "Emang kita mirip ya?"

Si kucing berhenti berjalan-jalan, mendongak menatap San sambil mengedipkan matanya beberapa kali, lalu kembali melanjutkan kegiatan bermainnya.

San menutup pintu, membawa plastik tadi dan meletakannya di sofa. Sticky notes masih dipegangnya. Dia masuk ke kamar, meletakan notes tadi di lemari. Entah apa tujuannya.

Lalu kembali lagi ke ruang tengah.

Bella menatap antusias sesuatu yang terbungkus plastik itu, mengelilinginya dan sesekali mengendus-endus.

[✓] The TargetTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang