sea.

321 61 8
                                    

Even waves seem mocking me right know.

.
.
.
.

Hembusan angin di pinggiran pesisir pantai Korea Selatan memang sudah tak asing lagi bagi Jeon Jungkook. Direngangkannya lengannya itu sambil menguap berusaha menyesuaikan kembali sendinya yang sempat kaku setelah duduk hampir setengah jam.

Menunggu kailnya dimakan ikan.

Jungkook tidak tahu memancing bisa semenyenangkan ini. Padahal sedari tadi yang ia dapat hanyalah rumput laut dan hal tidak berguna lainnya.

Matanya mengedar masih berusaha menikmati hembusan angin pantai di bulan april. 

Setelah berpikir delapan kali, Jeju akhirnya jadi destinasi pelariannya.

Karena dirasa Swiss terlalu jauh. Dan Jungkook tidak ingin nekat pergi kesana sendiri disaat masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikannya.

Paling tidak disini juga ia menemukan tempat untuk disewa, ya jadi tempat tinggal, ya jadi studionya.

Jungkook berhasil menyewa tempat ini dengan harga cukup rendah berkat wajahnya yang sebelumnya diberkati Tuhan. 

Terlalu indah untuk dilewatkan.

Klasik. Padahal Jungkook kelewat ingin terbahak ketika pemilik tempat ini mengatakan alasannya. Tapi bagaimanapun sepertinya Jungkook harus sangat bersyukur. Paling tidak ia tidak perlu banyak pengeluaran untuk tempat tinggal dan biaya lain selama disini. Jungkook sendiri tidak yakin sampai kapan ia disini dan cukup berani untuk kembali ke Seoul, ia tidak boleh boros. Walaupun Jungkook lebih sering tergoda dengan street food yang dijual disini. Habis enak betul. Jungkook sampai sering kalap.

Terhitung hari ini jatuh ditanggal awal bulan april, sudah hampir dua bulan Jungkook beradaptasi dengan lingkungan barunya. Meskipun lebih sering bercengkrama dengan para orang tua disekitar rumahnya, Jungkook merasakan cukup menyenangkan dikelilingi orang ramah. Padahal sebelumnya Jungkook lebih memilih jadi pribadi yang menjauh dengan kegiatan sosial dalam bentuk apapun itu.

Paling tidak, dalam beberapa minggunya disini, Jungkook berhasil meyakinkan dirinya baik-baik saja.

Ya paling tidak sejauh ini.

Harinya tidak terlalu membosankan meskipun matanya lebih sering memandang ombak laut dan hamparan kebun dibandingkan menatap smartphone-nya seharian. Bisa dibilang Jungkook hanya bercengkrama dengan alat elektroniknya hanya saat bekerja, mengedit foto dan video untuk dikirimnya ke studio utamanya di Seoul.

"Anak tampan sedang apa?"

Jungkook mendongak ke arah suara dimana seorang nenek melambaikan tangannya ceria ke arah Jungkook.

"Sedang bersantai, Nek!" Jungkook tersenyum lalu meletakkan alat pancingnya untuk duduk diseberang Nenek yang masih sibuk mengupas kerang.

Jungkook berinisiatif membantuk sang nenek yang hanya tersenyum mendapati Jungkook yang semakin hari semakin terlihat tampan.

Mereka hanya bersenda gurau ringan, bertanya tentang hal rancu dan Jungkook yang senantiasa menjadi pendengar untuk nenek yang bersemnagat menceritakan cucunya yang habis kabur dari rumah karena tidak dibelikan playstation.

Mons Igneus || seulkook • vseul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang