wine.

454 78 18
                                    

Just say no, please.

.
.
.
.

"Siapa Kim Taehyung?"

Sekarang bukan saja Jungkook yang terlihat tak mengerti, tapi perempuan Kang yang bertanya pun mendelik heran ke arah Jungkook yang sudah sepenuhnya menghadap ke arahnya.

"Dia mengenalmu, bagaimana bisa kau tanya siapa, Kook?"

"Kenapa tiba-tiba bertanya tentang Kim Taehyung disaat aku hanya tau jika orang itu yang akhir-akhir ini sering menghubungimu? Kalian pacaran?"

Seulgi melepas selimutnya, "Kenapa mengalihkan pembicaraan? Dan tidak, kami tidak pacaran."

"Siapa yang mengalihkan pembicaraan? Aku sunggu tidak mengerti arah pembicaraanmu," jawab Jungkook berusaha tenang.

"Aku menemukan kalian pernah foto bersama, dengan Namjoon juga."

Jungkook menatap Seulgi tidak mengerti, sedang Seulgi malah bingung sendiri.

"Denganku?"

"Ya, kalian terlihat akrab, jadi kukira kau juga mengenalnya," lirih Seulgi.

"Oh? Bagaimana dengan Swiss tahun lalu? Setelah putus denganku."

"Bagaimana kau tahu?"

"Taehyung," jawab Seulgi.

"Taehyung? Siapa Kim Taehyung?"

Jungkook semakin terlihat tidak mengerti, kerutan di dahinya semakin jelas dan nampak rautnya terlihat jengkel karena pembahasan tentang Kim Taehyung tidak kunjung selesai. Ia kan cemburu.

"Kau jadi model untuk seseorang?"

Perlahan, otaknya merangkai kalimat Seulgi yang samar menjadi rentetan clue, dan sebuah nama terlontar lirih dari mulutnya, "Vante?"

Seulgi mendengar Jungkook bergumam masih terdiam menunggunya bicara lagi.

"Vante itu Kim Taehyung?"

Seulgi mengangguk ragu, ia juga tidak tahu apa atau siapa itu nama yang barusan disebut Jungkook, tapi memahami Jungkook tiba-tiba mengerti setelah ia menyebutkan mengenai model. Mungkin benar Vante adalah Kim Taehyung yang dikenalnya.

"Jadi? Sudah tahu aku mengenalnya- oh bukan mengenal, hanya tau nama Kim Taehyung. Apa yang ingin kau ketahui tentangnya?"

"Tidak ada," jawab Seulgi menggeser tubuhnya menghadap kembali ke arah televisi.

Jungkook nampak tidak nyaman, "sungguh tidak jelas."

Sedetik kemudian, terdengar Jungkook yang mengaduh karena kepalan tangan Seulgi dipundaknya.

Jungkook tersenyum setelah mendapat lirikan dari perempuan Kang itu. Sejenak tersadar entah pikiran darimana tapi akhirnya pertanyaan itu muncul tanpa ia aba-aba.

"Tertarik padanya?"

Seulgi tersentak, mengedarkan pandangannya gugup yang ditangkap Jungkook sedikit janggal.

"Kau sudah mengatakan hanya mengenal namanya, aku tidak akan bertanya lebih. Toh, aku hanya penasaran kenapa kalian bisa foto bersama. Itu saja, aku mengantuk."

Seulgi bangkit, menyampirkan selimut dipundak Jungkook dan segera berlalu masuk ke kamarnya.

Jungkook yang bergeming, memandang pintu kamar Seulgi yang tertutup pelan, menyunggingkan senyum miringnya sebelum berseru, "padahal aku hanya butuh jawaban 'tidak'."

Membaringkan tubuhnya, Jungkook menyelimuti tubuhnya dengan selimut yang barusan diberikan Seulgi, menutup kepalanya berusaha membungkam suara-suara dari pemikirannya sendiri. Ia masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan, tapi Kang Seulgi terus menerus membuatnya gelisah, terlebih datangnya Kim Taehyung ke kehidupan mereka, menambah utas benar merah diantara rajutan yang masih Jungkook untai diantara jemarinya dan perempuan Kang terkasihnya itu.

Sedang dibalik pintu kamarnya, Seulgi masih berusaha terlelap, tapi dering ponselnya membuyarkannya sejenak, beralih ke benda menyala itu dengan senyuman yang tidak ditahan.

Disana tertulis pesan ucapan selamat malam dari Kim Taehyung.

Dan ajakan makan siang bersama.

Tidak ada alasan untuk menolak bagi Seulgi.

Hanya makan siang, kan.

Makan di siang hari.

Hanya itulah yang dijanjikan Taehyung, tapi setiba mereka di keesokan hari dimana janji itu terjadi, ajakan makan siang itu berlanjut dengan ajakan Taehyung dengan dua tiket pameran lukisan di pusat kota.

"Yes or yes?"

Seulgi menahan tawanya melihat Taehyung yang bertanya dengan gaya chic-nya yang khas. Kontras dengan penampilannya hari ini yang terlihat seperti balita.

"Sayang tiketnya jika aku menjawab 'no', bukan?"

Taehyung mengangkat tangannya untuk menyusap halus puncak kepala Seulgi, "good girl."

"Aku tahu ini bukan saat yang tepat untuk merona, tapi berhenti bersikap manis." Seulgi menyentak main-main tangan Taehyung dan mengambil alih tiket yang sebelumnya digenggam Taehyung disisi tangannya yang lain.

Tapi tidak semudah itu, Taehyung mengangkat tangannya ke udara, menggoda Seulgi yang hendak meraih tiket bewarna keemasan itu.

Keduanya tertawa hampir terbahak karena tidak mau kalah satu sama lain, bahkan Seulgi sekarang sedang menggelitiki perut Taehyung yang terjangkau pandangnya.

Dengan langkah ringan keduanya masih membagi tawa diantara pengguna jalan yang lain.

Tempat pameran hanya berjarak dua puluh langkah dari tempat mereka berdiri, namun Seulgi membagi sinyal pada Taehyung jika ia harus mengangkat ponselnya yang berdering. Taehyung mengangguk dan berdiri membelakangi Seulgi agar perempuan itu lebih leluasa berbicara.

"Ya, Kook?"

Benar. Itu dari Jungkook.

"Dimana?"

Seulgi mengedarkan pandangnya, "aku akan ke tempat pameran lukisan."

"Okay."

Panggilan telfon ditutup sepihak dan tanpa Seulgi ketahui ternyata Jungkook sedang berdiri tak jauh darinya.

"Sudah?"

Seulgi mengangguk menerima ajakan Taehyung untuk masuk ke area pameran dengan masih tanpa menyadari kehadiran Jungkook.

Jungkook mendecak tidak mengerti kenapa ia bertindak sejauh ini. Apa yang ia harapkan sebenarnya sampai harus mengikuti Seulgi yang akhirnya ia malah melihat Seulgi bercanda menggoda satu sama lain dengan Kim Taehyung dan pergi bersama ke pameran lukisan seperti saat ini.

Ditatapnya Seulgi yang masih berada di antrean sedang Taehyung yang berdiri di depan mesin minuman.

Bukankah mereka seperti orang yang sedang berkencan?

Entahlah.

Jungkook ingin menyusul.

Tapi ada sesuatu yang menahannya.

Entah perasaan darimana.

Ia marah.

Dan lagi, pemikiran itu datang lagi mengganggu benaknya.

Sudahkah saatnya ini dia untuk mundur?





C u on the next chapter❤

Mons Igneus || seulkook • vseul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang