message.

1.1K 127 22
                                    

I love you, unconditionally.

.
.
.
.

Menatap ujung sepatunya, Seulgi bergeming, memaki dalam hati beberapa pengendara yang sengaja melaju kencang disaat traffic light berhenti diwarna kuning.

Dua puluh menit lalu, ia mendapat panggilan suara dari Mr. Goo jika ada beberapa masalah yang mengharuskan Seulgi datang ke butik lebih awal.

Tanpa Seulgi sadari, hari ini sudah masuk minggu ke tiga semenjak Jungkook datang berkunjung, mengeluh dirinya yang sangat rindu dan serenade serta gumaman merdu yang mendayu mengalun mengisi ruang flat-nya setiap Jungkook membuka suara, menyusun nada menjadi lullaby hangat yang juga mengisi ruang hati Seulgi.

Dan jangan lupakan kecupan manis disetiap mata mereka bertemu.

Tidak ada penerimaan dan penolakan.

Seulgi hanya mengikuti impulse-nya.

Karna apapun pilihan Seulgi, ia akan tetap berbuat salah.

Bahkan kehadiran Jungkook yang ia butuhkan setiap waktu disaat dirinya mati-matian menolak kehadiran Jungkook di dekatnya adalah hal yang tidak pernah seharusnya ia benarkan.

Sama seperti tiga minggu ini, puluhan pesan itu masih sama pengirimnya, panggilan tak terjawab, rentetan e-mail dan voice note yang masuk.

Dan Seulgi memilih untuk tetap mengabaikannya.

Namun, satu hal yang tidak pernah dapat Seulgi abaikan adalah fakta dirinya juga merindukan laki-laki itu melebihi apapun.

Seulgi tersentak kala sebuah tangan terayun di depannya.

"Maam,"

"Oh? Mr. Goo?"

Seulgi menyerahkan cup lain dari tangganya dan ucapan terimakasih datang dari Mr. Goo.

"Baik-baik saja, maam?" tanya Mr. Goo sarat kekhawatiran melihat Bosnya itu sedikit pucat pagi ini.

Seulgi mengangguk, "jadi designer itu masih ngotot?"

Mr. Goo berdeham mengiyakan dan mengikuti langkah Seulgi.

Dari jarak pandang yang tidak jauh, seseorang mengamati keduanya yang sempat berhenti di depan pintu dengan kedua alis perempuan itu menukik kesal, kekehan terdengar dengan tepukan asal dikedua sisi belakang celana jeans keluaran merk terbaru, "gemas sekali padahal sedang marah-marah."

Tak lama suara sol sepatu milik laki-laki yang berdandan parlente itu mengikuti langkah Seulgi.

"Aku tidak menyangka dia begitu keras kepala," Seulgi mengomel dengan tangan yang sibuk merapikan blouse yang dipakaikan pada mannequin bertopi pantai.

Sementara Mr. Goo kembali mengangguk tanpa menyadari ada seseorang lain yang kembali terkekeh dibelakang mereka.

"Aku yakin dia begitu karena dia baru saja membuatkan baju khusus untuk ibu negara,"

"Siapa namanya? Aku bahkan tidak pernah mendengarnya."

Seulgi menarik gorden dan Mr. Goo menarik sisi lain sambil berujar, "tapi maam, bulan lalu Anda sudah menghubunginya."

Dan keputusan untuk menyahuti omelan Seulgi adalah pilihan yang salah, karena yang ia dapati malah tatapan garang ala singa betina yang anaknya sedang diganggu.

Mr. Goo tersenyum kikuk saat Seulgi kembali membuka suaranya, "siapa memangnya dia? Huh menyebalkan sekali, awas saja kalau bertemu, aku sobek long coat-nya itu."

Mons Igneus || seulkook • vseul Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang